Kamis, 30 Juni 2016

MEMBENAHI PONDASI IKHLAS DALAM BERDAKWAH (2)


"Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka harus ada keselarasan antara amal dan niat," begitu kata Dr. Shaleh bin Ghanim as Sadlani dalam Niat dan Pengaruhnya dalam Hukum Syara'. "Karena jika tidak, maka hanya kehinaanlah yang akan didapatkan. Tergantung pada niatlah, kita akan mendapatkan derajat baik di dunia maupun di akhirat."


Kita perlu tahu, bahwa niat selain syarat diterimanya amal, juga akan berfaedah dalam dua hal. Pertama, memberikan pahala meski amalan tak ternunaikan. Kedua, memberikan pahala bagi amalan yang dibolehkan.

Yang pertama contohnya ada dalam beberapa riwayat hadits Rasulullah. Seperti, "Tidaklah seorang yang berniat hendak shalat tengah malam kemudian dia tertidur, melainkan akan ditulis pahala shalatnya dan juga tidurnya adalah sedekah."

Rasulullah juga pernah bersabda, "Barangsiapa berwudlu dan menyempurnakan wudlunya, kemudian pergi menuju masjid (untuk shalat berjamaah), lalu didapatinya semua orang telah selesai shalat, maka ia akan diberi pahala sebagaimana orang yang telah shalat dan hadir di masjid dengan tidak dikurangi sedikitpun (pahalanya)."

Dalam amalan utama seperti jihad pun demikian. Kata Rasulullah, "Barangsiapa meminta kepada Allah untuk mati syahid dengan ikhlas, maka Allah akan menaikkan dia ke tingkatan para syuhada sekalipun ia mati di atas tempat tidur." Bahkan saat perang Tabuk para sahabat terheran-heran, "Bagaimana mungkin mereka bisa bersama kami, sedangkan mereka berada di Madinah?" Jawab Rasulullah, "Mereka di sana (tidak ikut perang) karena terhalang udzur."

Adapun yang kedua, contohnya seperti pesan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu, "Sesungguhnya ketika engkau memberikan nafkah demi mendapatkan ridho Allah, maka tidak ada lain kecuali engkau akan mendapatkan ganjaran dari pemberian itu, meskipun pemberian nafkah tersebut engkau berikan kepada istrimu."

Begitulah niat; maka tetap dapat peroleh pahala shalat malam meskipun tertidur, tetap dapat pahala shalat berjamaah meskipun terlambat, tetap dapat pahala syahid meskipun wafat di atas ranjang. Begitupun niat membuat penunaian nafkah kepada istri dapat berpahala.

Terkait niat ini, satu sabda yang perlu kita wantikan dalam diri adalah yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu. "Barangsiapa menjadikan akhirat sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan memberikan kekayaan dalam hatinya dan akan mengumpulkan apa yang selama ini bercerai-berai (pada orang tersebut), dan dunia juga akan datang kepadanya dengan tunduk. Tetapi barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan memberikan kemiskinan di hadapan kedua matanya dan akan mencerai-beraikan apa yang telah terkumpul (dari orang tersebut), serta dunia tidak akan datang kepadanya kecuali apa yang telah ditakdirkan untuknya."

Sejatinya ada empat perkara yang mesti kita jauhi dalam konteks pondasi ikhlas ini. Pertama, perbuatan baik yang diniatkan untuk Allah tetapi lebih mementingkan balasan di dunia berupa kemudahan rezeki atau lainnya daripada balasan surga dan dijauhkan dari neraka. Kedua, perbuatan baik yang ingin dilihat orang lain. Ketiga, perbuatan baik yang diniatkan untuk mendapatkan imbalan harta. Keempat, perbuatan baik yang diiringi dengan perbuatan yang mengandung kekufuran.



Muhammad Irfan Abdul Aziz
25 Ramadhan 1437 H

Twitter: @Daybakh
BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan


Tidak ada komentar: