"Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka harus ada
keselarasan antara amal dan niat," begitu kata Dr. Shaleh bin Ghanim
as Sadlani dalam Niat dan Pengaruhnya dalam Hukum Syara'. "Karena
jika tidak, maka hanya kehinaanlah yang akan didapatkan. Tergantung pada
niatlah, kita akan mendapatkan derajat baik di dunia maupun di akhirat."
Kita perlu tahu, bahwa niat selain syarat diterimanya amal, juga
akan berfaedah dalam dua hal. Pertama, memberikan pahala meski amalan tak
ternunaikan. Kedua, memberikan pahala bagi amalan yang dibolehkan.
Yang pertama contohnya ada dalam beberapa riwayat hadits
Rasulullah. Seperti, "Tidaklah seorang yang berniat hendak shalat
tengah malam kemudian dia tertidur, melainkan akan ditulis pahala shalatnya dan
juga tidurnya adalah sedekah."
Rasulullah juga pernah bersabda, "Barangsiapa berwudlu
dan menyempurnakan wudlunya, kemudian pergi menuju masjid (untuk shalat
berjamaah), lalu didapatinya semua orang telah selesai shalat, maka ia akan
diberi pahala sebagaimana orang yang telah shalat dan hadir di masjid dengan
tidak dikurangi sedikitpun (pahalanya)."
Dalam amalan utama seperti jihad pun demikian. Kata Rasulullah,
"Barangsiapa meminta kepada Allah untuk mati syahid dengan ikhlas, maka
Allah akan menaikkan dia ke tingkatan para syuhada sekalipun ia mati di atas
tempat tidur." Bahkan saat perang Tabuk para sahabat terheran-heran,
"Bagaimana mungkin mereka bisa bersama kami, sedangkan mereka berada di
Madinah?" Jawab Rasulullah, "Mereka di sana (tidak ikut
perang) karena terhalang udzur."
Adapun yang kedua, contohnya seperti pesan Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam kepada Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu,
"Sesungguhnya ketika engkau memberikan nafkah demi mendapatkan ridho
Allah, maka tidak ada lain kecuali engkau akan mendapatkan ganjaran dari
pemberian itu, meskipun pemberian nafkah tersebut engkau berikan kepada
istrimu."
Begitulah niat; maka tetap dapat peroleh pahala shalat malam
meskipun tertidur, tetap dapat pahala shalat berjamaah meskipun terlambat,
tetap dapat pahala syahid meskipun wafat di atas ranjang. Begitupun niat
membuat penunaian nafkah kepada istri dapat berpahala.
Terkait niat ini, satu sabda yang perlu kita wantikan dalam diri
adalah yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu. "Barangsiapa
menjadikan akhirat sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan memberikan kekayaan
dalam hatinya dan akan mengumpulkan apa yang selama ini bercerai-berai (pada
orang tersebut), dan dunia juga akan datang kepadanya dengan tunduk. Tetapi
barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan
memberikan kemiskinan di hadapan kedua matanya dan akan mencerai-beraikan apa
yang telah terkumpul (dari orang tersebut), serta dunia tidak akan datang
kepadanya kecuali apa yang telah ditakdirkan untuknya."
Sejatinya ada empat perkara yang mesti kita jauhi dalam konteks
pondasi ikhlas ini. Pertama, perbuatan baik yang diniatkan untuk Allah
tetapi lebih mementingkan balasan di dunia berupa kemudahan rezeki atau lainnya
daripada balasan surga dan dijauhkan dari neraka. Kedua, perbuatan baik
yang ingin dilihat orang lain. Ketiga, perbuatan baik yang diniatkan
untuk mendapatkan imbalan harta. Keempat, perbuatan baik yang diiringi
dengan perbuatan yang mengandung kekufuran.
Muhammad Irfan Abdul Aziz
25 Ramadhan 1437 H
Twitter: @Daybakh
BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar