Berapa banyak yang memeluk Islam karena akhlak
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam? Bahkan Mush'ab bin Umair radhiyallahu
'anhu pun sukses berdakwah di Yatsrib karena akhlak baiknya melayani dua
majikannya yang merupakan tokoh dari suku Aus dan suku Khazraj. Kesabaran dan
ketekunan dalam melayani itulah yang akhirnya memikat tokoh-tokoh dari dua suku
itu untuk memeluk Islam lalu mengajak serta kaumnya.
Begitulah akhlak, tertampil alami, maka mudah menyatu
dengan sunah alam. Sebab memang begitulah hakikat akhlak, yang menurut simpulan
Dr. Sa'd al Qahthani adalah gambaran batin seseorang yang tampil secara spontan
tanpa melalui pikiran.
Sementara Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq dalam Muqaddimah
fii al Akhlaq telah mengurai dua macam akhlak: pertama yang merupakan
Tabiat asal dan kedua yang merupakan Tabiat hasil latihan kebiasaan. Bila yang
pertama merupakan bawaan turun-temurun, adapun yang kedua itu merupakan hasil dari
proses pemikiran yang kemudian melekat sehingga menjadi kebiasaan. Jadi tidak
ada alasan untuk tidak berakhlak baik, sebab terlalu banyak kesempatan yang
kita miliki untuk mulai secara rutin menata pemikiran kita dan membina
kebiasaan yang baik.
Nah, jika akhlak itu berada dalam diri seseorang, maka
agar diketahui oleh orang lain perlu ditampakkan dalam perbuatan yang nyata
yaitu perilaku. Ini seperti pohon yang dapat kita ketahui baik atau buruknya dari
buahnya, begitu permisalan dari Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq. Perilaku itu sendiri
adalah perbuatan yang didasarkan pada kemauan. Karenanya, membina akhlak memang
mutlak diperlukan kemauan. Tanpa kemauan, maka akhlak kita hanyalah tabiat asal
yang turun-temurun tanpa pernah terbenahi.
Akhlak yang baik sesungguhnya merupakan ibadah yang
paling agung dan kewajiban yang paling utama; sebab ianya adalah visi dakwah
Rasulullah. Maka para Da'i memang dituntut untuk menampilkan akhlak baiknya
kepada orang lain di segala bidang.
Kiranya pesan Ibnul Qayyim dalam Madaarijus
Saalikin layak kita camkan baik-baik sebagai bekalan membina akhlak ini. “Akhlak
yang baik dibangun di atas empat hal,” begitu pesannya. “Yaitu
Sabar, Penjagaan diri, Berani dan Adil. Dan munculnya semua akhlak yang baik
adalah dari empat sifat ini.”
Empat hal ini yang hendaknya selalu kita jaga.
Pastikan diri tetap dalam aura kesabaran, pastikan diri tetap dalam komitmen
penjagaan diri, pastikan diri tetap tampil berani, serta pastikan diri tetap
dalam sikap yang adil. Bila sedikit saja kita kehilangan aura kesabaran, sedikit
saja kehilangan komitmen penjagaan diri, sedikit saja kehilangan pernampilan
berani, serta sedikit saja kehilangan sikap adil; maka sedikit demi sedikit
kita mulai kehilangan akhlak baik. Memburuklah akhlak kita secara bertahap.
Padahal di antara nasehat Rasulullah shalallahu
alaihi wasallam kepada Amr bin Ash radhiyallahu 'anhu dahulu kala
hendak berangkat dakwah adalah terkait empat hal berikut yang salah satunya
adalah perkara akhlak. “Terdapat empat hal yang jika ada dalam dirimu maka
kamu tidak akan kehilangan dunia,” sabda Rasulullah. “Menjaga amanah,
Jujur dalam perkataan, Berakhlak baik, dan Tidak tamak dalam masalah makanan.”
Hal ini kemudian diulang-ulang oleh Ahmad Syauqi dengan syairnya, “Kekekalan
suatu bangsa itu tergantung pada akhlaknya. Apabila akhlak mereka hilang, maka
lenyaplah mereka.”
Tentu seorang Muslim nan Da’i lebih berhak terhadap
dunia ini sebagaimana amanahnya sebagai khilafah di muka bumi. Maka akhlak
adalah prasyarat merengkuhnya, pun merengkuh hati-hati yang ada di altar dunia
ini untuk turut dalam bimbingan hidayah bersamanya.
Oleh karenanya, sering-seringlah berdoa untuk menjadi
bagian yang dipimpin Rasulullah sebagaimana sabdanya. “Aku adalah pemimpin
di sebuah rumah di dalam surga nanti (yang diperuntukkan) bagi orang yang
meninggalkan perdebatan, walaupun orang tersebut berada di pihak yang benar,”
begitu sabdanya sebagaimana dalam riwayat Abu Dawud.
Lalu lanjut beliau, “Aku pemimpin di dalam rumah di
tengah-tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta, walaupun hanya untuk
bermain-main.”
Dan terakhir kata beliau, “Aku pemimpin di sebuah
rumah di surga yang tertinggi bagi orang yang memiliki akhlak yang baik.”
Semoga kita bisa meninggalkan perdebatan meski di
pihak yang benar, dapat meninggalkan dusta walaupun untuk bercanda, serta
berkenan memiliki akhlak yang baik. Sungguh tiada modal terbaik dalam dakwah
kecuali modal akhlak.
Muhammad Irfan Abdul Aziz
22 Ramadhan 1437 H
Twitter: @Daybakh
BBM
PIN: 56C730A3
Channel
Telegram: @MadrasahRamadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar