Salah satu identitas bulan Ramadhan adalah bulan al
Quran. Ada satu hal yang mungkin perlu kita renungkan; kenapa surat-surat di
dalam al Quran itu disebut surat-surat al Muhakkamah? Al Qurthubi dalam
Kumpulan Hukum-Hukum al Quran-nya menjelaskan bahwa hal itu karena surat-surat
dalam al Quran terlindung dari perubahan.
Ada bentukan lain kosakata ini yaitu Al Hakamah,
itulah sebutan bagi tali pengekang kuda. Filosofinya karena melindungi kuda
dari keliarannya. Demikianlah, baik al Muhakkamah maupun al Hakamah berangkat
dari asal kata yang sama yaitu al Hakam. Itulah Hikmah, lalu merebak sebutan
Ahli Hikmah, orang yang memiliki hikmah.
Adalah orang yang memiliki Keadilan, Kebijaksanaan,
Ilmu, Kenabian, ataupun al Quran. Itu bila kita merujuk makna hikmah secara
bahasa. Memiliki keadilan, berarti orang tersebut terlindung dari perbuatan
zalim. Memiliki kebijaksanaan, berarti orang tersebut terlindung dari perbuatan
amarah. Memiliki ilmu, berarti orang tersebut terlindung dari perbuatan bodoh.
Memiliki kenabian, berarti orang tersebut terlindung dari perbuatan di luar
syariat-Nya serta melindungi manusia dari kekufuran. Memiliki al Quran, berarti
orang tersebut terlindung dari perbuatan di luar panduan Allah.
Bagi masyarakat Indonesia, kata hikmah mungkin tidak
asing lagi. Sebab iapun teresapkan dalam kaedah berbahasa kita. Bila disebut
hikmah, maka yang terbayang adalah kesan moral. Lebih jauh lagi maksudnya
adalah keahlian dan kesesuaian dalam perkataan dan perbuatan.
Dalam dakwah, kita membutuhkan hikmah karena memang
itulah yang diperintahkan Allah kepada kita saat menyeru manusia (an Nahl :
125). Tapi hikmah bukan persoalan kelembutan semata, lebih dari itu adalah
persoalan ketegasan menata. Ia tahu siapa pada apa, dan apa pada siapa. Ia
paham peletakan dan penempatan segala sesuatu sesuai ketetapan dan kelayakan.
Maka tidak heran bila kemudian hikmah adalah yang melahirkan kesan mendalam, karena ia memang lahir dari perenungan mendalam.
Maka berhikmah dalam dakwah, berarti menghadirkan
dakwah dengan segala kesan mendalam di setiap jiwa-jiwa objek dakwah. Karena
dakwah diproses dengan kesesuaian perkataan dan perbuatan. Ada keserasian, ada
kelugasan, dan ada pula ketepatan. Selalu ada kekuatan alasan dan landasan di balik perkataan dan perbuatan sang dai.
Sungguh benar firmanNya dalam surat al Baqarah ayat
269, "Dan barangsiapa dianugerahi Hikmah itu, ia benar-benar telah
dianugerahi karunia yang banyak." Semoga ini merupakan salah satu yang
selalu kita pohonkan kepada Allah azza wa jalla.
Muhammad Irfan Abdul Aziz
4 Ramadhan 1437 H
Twitter: @Daybakh
BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar