Ketergesaan itu yang membuat sesuatu tidak matang.
Termasuk dalam hal berkepribadian. Karenanya karakter tergesa-gesa termasuk
yang hendaknya dihindari demi baiknya kepribadian.
Dalam perspektif beragama, ketergesaan rawan buta pada
segala dampak. Selain itu, ketergesaan juga berasal dari setan sehingga rawan
menabrak tata aturan Allah azza wa jalla. Buta pada dampak dan menabrak
tata aturan itulah benih-benih pertumbuhan ego diri yang tidak proporsional.
Bila ada yang perlu kita renungkan berulang-ulang
nasehatnya, maka di antaranya adalah nasehat dari dua sahabat Rasulullah ini.
Sahabat pertama bernama Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, yang memandu
batasannya sebagai berikut: "Sikap berhati-hati berasal dari Allah,
sedangkan sikap tergesa-gesa datangnya dari setan." Adapun sahabat
kedua bernama Amr bin 'Ash radhiyallahu 'anhu, yang berpetuah: "Seseorang
akan menyesal akibat dari perbuatan tergesa-gesanya."
Bagi seorang muslim nan Da'i, godaan besar ketergesaan
adalah pada tantangan dalam dakwahnya. Kesal terhadap musuh dakwah yang terus
menzalimi, lalu ingin segera membalasnya atau berdoa agar Allah menimpakan azab
terhadap mereka. Sehingga fokus kita tak lagi berdakwah, namun beralih
mengutuki. Padahal Azab adalah hak Allah azza wa jalla, dan Allah tidak
akan lalai. Sebagaimana Allah subhanahu wata'ala telah menyatakan dalam
surat Ibrahim ayat 42, "Janganlah kamu mengira bahwa Allah itu lupa
terhadap apa yang dilakukan oleh orang-orang yang zalim."
Sungguh saat pengharapan akan azab lebih didahulukan
daripada pengharapan akan hidayah, maka sesungguhnya itulah ketergesaan. Sebab
Azab adalah hasil, sementara hidayah adalah proses. Lebih mengharapkan hasil dan
tidak berkenan menjalani proses adalah indikator ketergesaan. Jangankan kepada
para Da'i, kepada musuh-musuh-Nya pun diwanti-wanti dengan tegas dalam Ar Ra'd
ayat 6, "Mereka meminta kepadamu supaya disegerakan (datangnya) siksa,
sebelum (mereka meminta) kebaikan. Padahal telah terjadi bermacam-macam contoh
siksa sebelum mereka."
Bahkan lebih ditegaskan lagi dengan firman-Nya di
surat Yunus ayat 11, "Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan
bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah
diakhiri umur mereka." Begitulah, sungguh tiada arti kehidupan manusia
di dunia ini bila tak lagi memiliki perhatian terhadap proses.
Semoga kita semakin matang dalam berkepribadian,
sehingga memahami bahwa proses jauh lebih penting daripada sekadar hasil. Karena
kita berada di dunia sebagai aktor, yang akan dinilai sesuai durasi dan
kualitas perannya.
Muhammad Irfan Abdul Aziz
17 Ramadhan 1437 H
Twitter: @Daybakh
BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar