Tantangan kearifan kita adalah
kemarahan. Oleh karenanya, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun telah
memberikan arahan spesifik untuk pengendalian potensi kemarahan ini. Meminta
perlindungan kepada Allah, itu yang pertama. Sebab kemarahan dipicu oleh syaitan.
Selain itu arahannya dengan berwudlu,
guna memadamkan bara api syaitani. Bisa diikuti dengan mengubah sikap
merendahkan diri. Pun diimbangi dengan merenungi dampak kemarahan dan keutamaan
menahan kemarahan.
Jadi; berlindung kepada Allah, berwudlu,
merendahkan diri, dan merenungi dampaknya.
Pernah suatu kali Rasulullah menasehati
dua orang yang saling mencela. "Sesungguhnya aku mengetahui perkataan yang
apabila seseorang menyebutnya maka niscaya pertikaian yang terjadi akan hilang,
dan kata-kata tersebut adalah 'Aku berlindung kepada Allah dari setan yang
terkutuk.'"
Dalam kesempatan lain, Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam pernah bersabda, "Sesungguhnya sifat marah itu
adalah dari setan, dan setan itu diciptakan dari api, dan bahwasannya api dapat
dipadamkan dengan air. Apabila seseorang di antara kalian marah, maka hendaklah
ia berwudlu."
Adapun tentang mengubah posisi
merendahkan diri, arahannya sebagai berikut: "Apabila salah seorang di
antara kalian marah dan pada waktu itu ia sedang berdiri, maka hendaklah dia
duduk. Sekiranya tidak juga hilang, maka hendaklah dia berbaring." Begitu
sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
Sementara Mu'adz radhiyallahu 'anhu
telah meriwayatkan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, "Siapa yang
dapat menahan gejolak amarahnya, sedang dia sebenarnya mampu melampiaskan
kemarahannya itu, maka Allah akan memanggilnya di atas sekalian makhluk pada
hari kiamat sampai Allah memberikan pilihan beberapa bidadari sesuai dengan
kehendaknya." Demikianlah balasan bagi yang mampu menahan marah meskipun dia
mampu melampiaskannya.
Ada baiknya kita merenungi dua ungkapan
berikut. Ungkapan pertama dinyatakan oleh ulama, dan ungkapan kedua dinyatakan
oleh penyair.
Ulama mengatakan, "Barangsiapa
kemarahannya muncul, maka kecerdasan pikirannya akan berkurang." Sementara
penyair mengatakan, "Menahan diri untuk memaki orang yang tercela merupakan
suatu kehormatan, dan akan lebih bahaya baginya jika dia membalas makian orang
tercela tersebut."
Semoga kita bisa mengelola kemarahan
kita, agar tercapai kearifan kita dalam menghadapi tantangan-tantangan dakwah.
Alangkah indahnya Da'i yang penuh kearifan; yang hanya marah karena Allah azza
wa jalla dengan tetap terekspresikan dalam kearifan hayati. Dengan izin Allah, Aamiin.
Muhammad Irfan Abdul Aziz
14 Ramadhan 1437 H
Twitter: @Daybakh
BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar