Menjadi teladan, itulah inti seorang Da'i. Al Ashfihani dalam Kosakata Lahfadz-Lahfadz Al Quran menjelaskan istilah ini dengan kalimat, "Ia menjadi teladan, jika ia diikuti oleh orang lain." Sementara Dr. Sa'd al Qahthani mengatakan, bahwa keteladanan yang baik adalah yang terdapat pada diri Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
Jadi seorang Da'i memang semestinya terus menggali nilai-nilai keteladanan pada sosok Rasulullah dan juga terus menghampiri orang-perorang agar terinspirasi darinya hingga mengikuti kebaikan-kebaikan yang telah ia hidupkan. Begitulah esensi Da'i. Maka tanpanya, ia belumlah berperan sebagai Da'i sejatinya.
Tetapi keteladanan bukanlah hal yang mudah. Memang ia fungsi utama, namun tidak serta-merta mudah ditunaikan. Bahkan cenderung menjadi ujian dan tantangan bagi para Da'i.
Bagaimana bukan ujian dan tantangan, bila seorang Da'i harus melaksanakan sendiri atas apa yang diucapkannya? Ini seperti sulitnya membangun konsentrasi kita untuk berbicara dengan diri sendiri. Karena samar dan mudah buyar. Jauh lebih mudah berbicara dengan orang lain, karena tampak nyata.
Tapi seketika kita melaksanakan yang kita ucapkan, maka orang lain pun akan turut. Sebab mereka akhirnya tidak hanya menerima konsepsinya, namun juga menerima aplikasinya.
Mungkin yang cukup terkenal dalam hal ini pada shirah Rasulullah adalah saat beliau menyuruh para sahabat untuk tahallul (bercukur) pada perang Hudaibiyyah namun tiada yang kunjung menunaikannya. Maka Ummu Salamah memberi usulan sederhana kepada Rasulullah, "Temui mereka, potonglah hewan Qurban dan bertahallullah."
Rasulullah pun melakukannya. Melihat Rasulullah demikian, para sahabat segera mengikuti.
Muhammad Irfan Abdul Aziz
20 Ramadhan 1437 H
Twitter: @Daybakh
BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar