Kedewasaan seorang Da'i ditandai dengan matangnya
dalam menilai dan mensikapi sesuatu hal. Sebaliknya di setiap ketergesaan,
mengindikasikan tiada matangnya kepribadian Da'i. Namun bukan berarti
kelambatan dan keterlambatan dapat termaklumi begitu saja, sebab ini justru
dapat mengindikasikan sifat malas dan meremehkan sesuatu. Matang itu adalah bertemu
semua unsur racikan tepat pada waktunya. Tidak tergesa-gesa, dan tidak
berlambat-lambat.
Allah subhanahu wata'ala menegur Nabi-Nya yang
gegabah mendahului malaikat dalam membaca firman-Nya. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Ibnu Katsir mengenai ayat ke 16 sampai 19 pada surat al
Qiyaamah yang artinya: "Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca)
al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasainya). Sesungguhnya atas tanggungan
Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu) pandai membacanya. Apabila
Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu. Kemudian, atas
tanggungan Kami-lah penjelasannya."
Ayat lain yang cukup familiar dalam benak-benak kita
adalah surat al Hujurat ayat 6. "Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu seorang fasik yang membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
Tabayyun
merupakan proses pematangan persoalan. Ulama mengatakan, itu adalah
memperhatikan sembari berpikir. Terus demikian, hingga persoalannya tampak oleh
mereka dengan jelas dan tiada lagi kesamaran.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu pernah bercerita,
ada seseorang yang membawa harta di medan jihad lalu bertemu dengan kaum
muslimin. Seseorang itupun menyapa, "Assalamualaikum." Namun
kaum muslimin yang berpapasan dengannya itu tetap membunuhnya dan merampas
harta yang dibawanya. Inilah yang kata Ibnu Abbas, sebab Allah subhanahu
wata'ala menurunkan firman-Nya dalam an Nisa ayat 94.
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan
kepada orang yang mengucapkan salam kepadamu, 'Kamu bukanlah seorang Mukmin'
(lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia,
karena di sisi Allah terdapat harta yang sangat banyak. Begitu jugalah keadaan
kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya ke atas kamu, maka
telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Pada era media kini, kematangan pribadi kita
dihadapkan dengan beragam ujian. Pertama adalah persoalan berita, pribadi kita
menjadi tidak matang bila seketika membenarkannya dan meresponnya. Kedua adalah
persoalan sosok maupun figur, pribadi kita menjadi tidak matang bila
terburu-buru dalam melontarkan pujian atau celaan tanpa menyelami segala ragam
latar.
Perspektif kematangan pribadi ini sesungguhnya juga
berguna bagi seorang Da'i dalam menghadapi celaan maupun tikaman pihak lain.
Sebab dengan mengetahui ketidakmatangan berupa sikap gegabah akan selalu
berakibat penyesalan, maka hendaknya seorang Da'i bersikap tenang menghadapi
segala celaan dan tikaman yang lahir dari sikap pribadi gegabah itu. Yakinlah,
pada akhirnya para pencela dan penikam dari musuh-musuh dakwah itulah yang akan
menyesal.
Semoga kita selalu terkondisikan untuk memikirkan
secara matang segala perkataan yang hendak dilontarkan, segala tindakan yang
hendak dilakukan, serta segala kebijakan yang hendak diterapkan. Sehingga Allah
subhanahu wata'ala berkenan menjadikan kita semua sebagai Da'i dengan
kepribadian yang matang. Allahumma Aamiin.
Muhammad Irfan Abdul Aziz
15 Ramadhan 1437 H
Twitter: @Daybakh
BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar