Rabu, 08 Juni 2016

MENYAPA MASYARAKAT DENGAN ILMU (3)



Ketika kita hendak menyapa masyarakat dengan ilmu, maka yang menjadi pemikiran selanjutnya adalah terkait cara kita mendapatkan ilmu. Seorang muslim nan da'i hendaknya selalu memiliki ruang konsentrasi bagi hal-hal yang mendekatkannya dengan ilmu. Ada baiknya kita mencermati kondisi-kondisi terkait hal ini yang pernah disajikan oleh Dr. Sa'd bin Ali bin Wahf al Qahthani pada 22 tahun yang lalu.


Pertama, beliau menyajikan kondisi bahwasannya Rasulullah pernah berdoa sebagaimana diriwayatkan at Tirmidzi dan Ibnu Majah sebagai berikut: "Ya Allah, limpahkanlah manfaat terhadap ilmu yang telah Engkau berikan kepadaku, dan ajarilah aku ilmu yang bermanfaat bagiku dan tambahkanlah ilmuku."

Maka bila Rasulullah yang Terpilih saja berdoa kepada-Nya untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat, tentu kita jauh lebih mesti lagi untuk berdoa akan hal ini. Doa Rasul itu telah menunjukkan kepada kita bahwa ilmu adalah milik-Nya, bahwa tiada ilmu kecuali dari-Nya, dan bahkan bilapun tanpa meminta kita telah diberi secuil ilmu tetap saja kita berhajat kepada-Nya untuk melimpahkan manfaat pada ilmu yang bersemayam dalam diri kita.

Kedua, beliau menyajikan kondisi ketika Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dihampiri seseorang yang berseloroh, "Aku berkeinginan untuk belajar tapi aku khawatir akan menyia-nyiakannya." Sontak Abu Hurairah menyahut, "Dengan meninggalkan mencari ilmu itu berarti kamu telah melakukan tindakan menyia-nyiakan ilmu."

Subhanallah. Terkadang kita enggan mendapatkan ilmu karena khawatir tidak bisa mengamalkan ilmu tersebut, lalu menganggap lebih baik tidak tahu daripada tahu tapi menyia-nyiakan karena tidak mengamalkannya. Namun kita lupa, bahwa enggannya kita mendapatkan ilmu itu juga sebentuk menyia-nyiakan ilmu. Bahwa ilmu adalah hajat kehidupan kita yang telah Allah tebar dengan penuh kerahmatan, maka menuntutnya adalah kemestian. Adapun mengamalkan ilmu, itulah tantangan ujian kesungguhan kita. Tapi kita tidak akan benar-benar mendapatkan ilmu bila kita tak kunjung sungguh-sungguh bahkan menyemai benih-benih keragu-raguan. Karenanya dalam Kumpulan Penjelasan tentang Ilmu dan Keutamaannya termuat tips mendapatkan ilmu dari seorang ahli hikmah. "Diiringi dengan kemauan yang keras untuk mendapatkan ilmu, mencintai ilmu dengan mendengarkannya, dan setelah selesai hendaknya dikumpulkan," pesan ahli hikmah tersebut. Bila hanya berkemauan namun tak benar-benar cinta ingin sekali menyimak setiap ilmu, maka tiada dapatkan ilmu. Bila berkemauan dan benar-benar cinta menyimak ilmu namun tak mengumpulkan ilmunya setelah itu, juga tiada dapatkan ilmu. Kesungguhan sejati dalam mencari ilmu itu mesti genap tiga hal tersebut: Berkemauan, Cinta sebenar-benarnya, dan Mengumpulkannya. Tanpa ketiganya, maka belum dapat dikatakan bersungguh-sungguh.

Ketiga, beliau menyajikan kondisi ketika Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu mengatakan: "Menurutku seseorang yang lupa ilmunya, karena mempelajarinya sembari melakukan perbuatan dosa."

Jelas. Bila ilmu adalah milik-Nya, bagaimana dapat diperoleh dengan melakukan kesalahan kepada-Nya? Begitupun bila ilmu membutuhkan kesungguhan, maka di mana letak kesungguhan beramal bila mudah lalai dalam kesalahan kepada-Nya?

Keempat, beliau menyajikan kondisi di mana seorang mufassir yaitu Mujahid pernah mengatakan, "Seorang pemalu dan sombong tidak akan mempelajari ilmu."

Benarlah, bagaimana akan mempelajari ilmu bila rasa malunya yang berlebihan tak jua membuatnya beranjak berbaur dan bertanya? Begitupun, bagaimana akan mempelajari ilmu bila kesombongan telah membuatnya lebih banyak mempertanyakan daripada menanyakan?

Semoga Allah mudahkan kita menyelami ilmu-ilmu-Nya, menanamkan kesungguhan yang sesungguh-sungguhnya, menjaga dari dosa-dosa penggugurnya, serta menyirnakan rasa malu dan sombong dalam diri. Karena dengan bekal ilmu-Nya, seorang muslim akan dapat mendakwahkan kebenaran Islam di tengah masyarakatnya.



Muhammad Irfan Abdul Aziz
3 Ramadhan 1437 H


Twitter: @Daybakh
BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan



Tidak ada komentar: