Berilmu yang manfaat dan beramal yang maslahat; itulah
simpulan makna Hikmah. Tahu permasalahan dan mau menyelesaikan. Kira-kira dua
itulah yang diinginkan dari karakter Hikmah.
Sebagaimana Imam Fakhrur Rozi menghadirkan contoh
dari al Quran pada Tafsir Kabir-nya dengan menyebutkan ayat 83 dari surat asy
Syu'ara'. "(Ibrahim berdoa): 'Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah...
", itulah penggalan pertama terkait setengah makna hikmah sebagai ilmu.
Lalu penggalan kedua terkait setengah lagi makna hikmah sebagai amal,
"...dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang shalih.'"
Hal serupa tampak pula ketika Allah subhanahu wata'ala berfirman kepada
Musa dan Isa alaihimassalam, pada surat Thaha ayat 14 dan surat Maryam ayat 30
- 31. Oleh karenanya, dalam Madaarijus Saalikin karyanya Imam Ibnul Qayyim
disebutkan Hikmah Teoritis dan Hikmah Praktis. Yang pertama terkait dengan
ilmu, yang kedua terkait dengan amal. Itulah makna sempurna dari kata hikmah.
Lalu tiga tingkatan hikmah menurut Dr. Sa'd al
Qahthani adalah Memberi sesuai Hak, Mengetahui Keadilan Allah, dan Memiliki
Bashirah. Yang pertama seperti dipaparkan dalam kitab Madaarijus Saalikin,
layaknya petani yang menyiram tanamannya. Tak boleh kekurangan pun tak boleh
berlebihan, begitupun tak boleh terlalu cepat atau terlambat. Tanaman akan
tumbuh dengan baik bila disiram pada waktu dan kadar yang tepat.
Adapun yang kedua merupakan tingkatan di atas dari
sekadar tahu akan cara Memberi sesuai Hak. Yaitu kecakapan menyikapi segala
peristiwa di luar kapasitas kehendak kita; dengan memahami bahwa Allah tidak
memberi kecuali dengan hikmah-Nya dan tidak melarang kecuali dengan hikmah-Nya.
Lalu bagaimana dengan Bashirah? Inilah tingkat
tertinggi hikmah yang hendaknya dimiliki seorang muslim nan dai. Yaitu kekuatan
pemahaman, kecerdikan, keilmuan dan pengalaman; itu menurut kamus bahasa
Arab.
Secara konteks dai, Syeikh Muhammad bin Shalih
al Utsaimin berpendapat bahwa cakupannya pada tiga hal sebagai berikut:
1. Benar-benar mengetahui materi yang didakwahkan.
2. Benar-benar mengetahui kondisi objek dakwahnya.
3. Benar-benar mengetahui metode dakwahnya.
Semoga dengan demikian, Allah Ta'ala jadikan kita sebenar
pemberi solusi kehidupan dengan risalah Islam yang kita dakwahkan.
Aamiin.
Muhammad Irfan Abdul Aziz
5 Ramadhan 1437 H
Twitter: @Daybakh
BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar