Jumat, 10 Juni 2016

BERHIKMAH DALAM DAKWAH (2)


Berilmu yang manfaat dan beramal yang maslahat; itulah simpulan makna Hikmah. Tahu permasalahan dan mau menyelesaikan. Kira-kira dua itulah yang diinginkan dari karakter Hikmah.


Sebagaimana Imam Fakhrur Rozi menghadirkan contoh dari al Quran pada Tafsir Kabir-nya dengan menyebutkan ayat 83 dari surat asy Syu'ara'. "(Ibrahim berdoa): 'Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah... ", itulah penggalan pertama terkait setengah makna hikmah sebagai ilmu. Lalu penggalan kedua terkait setengah lagi makna hikmah sebagai amal, "...dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang shalih.'"

Hal serupa tampak pula ketika Allah subhanahu wata'ala berfirman kepada Musa dan Isa alaihimassalam, pada surat Thaha ayat 14 dan surat Maryam ayat 30 - 31. Oleh karenanya, dalam Madaarijus Saalikin karyanya Imam Ibnul Qayyim disebutkan Hikmah Teoritis dan Hikmah Praktis. Yang pertama terkait dengan ilmu, yang kedua terkait dengan amal. Itulah makna sempurna dari kata hikmah.

Lalu tiga tingkatan hikmah menurut Dr. Sa'd al Qahthani adalah Memberi sesuai Hak, Mengetahui Keadilan Allah, dan Memiliki Bashirah. Yang pertama seperti dipaparkan dalam kitab Madaarijus Saalikin, layaknya petani yang menyiram tanamannya. Tak boleh kekurangan pun tak boleh berlebihan, begitupun tak boleh terlalu cepat atau terlambat. Tanaman akan tumbuh dengan baik bila disiram pada waktu dan kadar yang tepat.

Adapun yang kedua merupakan tingkatan di atas dari sekadar tahu akan cara Memberi sesuai Hak. Yaitu kecakapan menyikapi segala peristiwa di luar kapasitas kehendak kita; dengan memahami bahwa Allah tidak memberi kecuali dengan hikmah-Nya dan tidak melarang kecuali dengan hikmah-Nya.

Lalu bagaimana dengan Bashirah? Inilah tingkat tertinggi hikmah yang hendaknya dimiliki seorang muslim nan dai. Yaitu kekuatan pemahaman, kecerdikan, keilmuan dan pengalaman; itu menurut kamus bahasa Arab.

Secara konteks dai, Syeikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berpendapat bahwa cakupannya pada tiga hal sebagai berikut:

1. Benar-benar mengetahui materi yang didakwahkan.
2. Benar-benar mengetahui kondisi objek dakwahnya.
3. Benar-benar mengetahui metode dakwahnya.

Semoga dengan demikian, Allah Ta'ala jadikan kita sebenar pemberi solusi kehidupan dengan risalah Islam yang kita dakwahkan. Aamiin.



Muhammad Irfan Abdul Aziz
5 Ramadhan 1437 H

Twitter: @Daybakh

BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan

Tidak ada komentar: