"Wahai Abu Abdurrahman," kata seseorang kepada Abdullah bin Mas'ud. "Aku ingin engkau selalu mengingatkan kami setiap hari."
Mendapati orang itu, salah satu ulama sahabat itupun menjawab. "Aku bukannya tidak mau memberikan nasehat setiap hari, namun aku khawatir membuat kalian bosan sehingga aku selalu memperhatikan waktu dalam memberikan nasehat kepada kalian, sebagaimana Nabi shalallahu alaihi wasallam memperhatikan waktu pada saat memberikan nasehat karena khawatir akan menimbulkan kebosanan."
Rasulullah sendiri pernah ditanya seorang sahabat. "Mengapa pintu Ka'bah tersebut menjadi tinggi?" begitu pertanyaannya. Apa jawab Rasulullah?
"Hal itu disengaja oleh kaummu, yang bertujuan untuk memberikan jalan masuk kepada siapa yang mereka kehendaki dan juga untuk melarang bagi siapa yang mereka kehendaki."
Lalu lanjut Rasulullah, "Jika sekiranya kaummu tidak jauh jaraknya dengan masa kejahiliyahannya, yang hal itu menyebabkanku khawatir bahwa hati mereka menolak bila aku masukkan dinding ke dalam Baitullah dan aku dekatkan pintu Ka'bah ke tanah."
Kali lainnya Rasulullah pernah menyatakan kepada kaum Anshar yang merasa pembagian harta rampasan tidak berpihak kepada mereka. "Apakah kalian tidak rela jika manusia pergi dengan membawa harta, sementara kalian pulang bersama Rasulullah? Demi Allah, kepulangan kalian itu lebih baik daripada kepulangan mereka."
Sontak para Anshar pun tertegun. "Ya, wahai Rasulullah," ucap mereka tercekat. "Sesungguhnya kami telah rela."
Adapun pujian terindah Allah subhanahu wata'ala kepada RasulNya dapat kita temukan di surat Ali Imran ayat 159. "Maka disebabkan rahmat dari Allah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam suatu urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya."
Dalam forum umum, Rasulullah pernah berseru, "Mengapa suatu kaum ketika shalat, mata mereka tertuju ke langit?" Kemudian beliau melanjutkan, "Hendaklah mereka menghentikan yang demikian ataukah penglihatan mereka akan dihapus?"
Di dalam firmanNya, Allah azza wa jalla pernah mewantikan, "Dan janganlah kalian memaki sembahan-sembahan mereka selain daripada Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa ilmu pengetahuan." (Al An'am : 108)
Menarik lagi ketika mencermati ujaran Amr bin Ash ketika hendak berislam. "Ketika Allah menorehkan rasa cinta terhadap Islam di hatiku, maka aku datang kepada Rasulullah," begitu ceritanya.
Di hadapan Rasulullah itulah, Amr bin Ash meminta, "Bentangkanlah tangan kananmu agar aku dapat membaiatmu!" Ketika tangan Rasulullah digenggamnya, Rasulullah pun terheran, "Kenapa wahai Amr?"
"Aku ingin membuat suatu syarat."
"Apa yang engkau syaratkan?" balas Rasulullah.
"Syaratnya adalah supaya Allah memberikan pengampunan kepadaku."
Rasulullah pun cerdas meresponnya. "Apakah engkau tidak mengetahui bahwa Islam itu dapat meruntuhkan apa saja yang dilakukan sebelumnya, dan bahwa hijrah itu dapat menghancurkan apa yang dilakukan sebelumnya, dan haji itu dapat menghapuskan apa saja yang diperbuat sebelumnya."
Terakhir. Kita dapat cermati ulang, ketika Rasulullah mengatakan bahwasannya orang beriman itu satu dan lainnya seperti bangunan yang saling menguatkan. Saat itu, sembari bersabda, beliau pun menunjukkan jemarinya yang dirapatkan sebagai penggambaran di hadapan para sahabatnya.
Itulah potongan-potongan episode hikmah dalam sejarah dakwah Rasulullah dan sahabatnya. Sebagai teladan terbaik dan generasi terbaik, maka hendaknya kita tak luput untuk mengikutinya.
Perhatian dengan kesempatan waktu yang dimiliki objek dakwah, memaklumi sesuatu yang tidak substantif, tidak mengabaikan faktor kecenderungan materi, penuh kasih memaafkan, menggunakan objek umum, memberi perhatian khusus terhadap faktor perantara dengan dampaknya yang akan terjadi, memberikan jawaban yang menekankan kaedah umum, serta tampil dengan perumpamaan-perumpamaan. Itulah seni-seni yang memperkaya hikmah kita dalam berdakwah. Semoga dapat kita teladani bersama.
Muhammad Irfan Abdul Aziz
7 Ramadhan 1437 H
Twitter: @Daybakh
BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar