Kitab "Hikmah dalam Dakwah kepada Allah"
telah menjelaskan rukun dasar bagi hikmah adalah Ilmu yang bermanfaat, Sikap
arif, dan Murah hati. Tetapi untuk memperolehnya, Dr. Sa'd al Qahthani
mengajukan empat hal berikut.
Pertama; Kepribadian yang Baik
Kepribadian ini menurut Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq memang
ada yang bawaan watak seseorang, namun ada pula yang lahir dari kebiasaan dan
latihan dengan diawali perenungan dan pemikiran terus-menerus. Kata beliau,
melihat kepribadian itu sederhana; seperti pohon dapat dinilai dari buahnya,
maka akhlak kepribadian juga dapat dinilai dari amal perbuatannya.
Untuk memiliki kepribadian yang baik, maka yang perlu
dicamkan bahwasannya diri dai merupakan panutan bagi orang lain. Dan panutan
terbaik kita adalah Rasulullah, maka proses berkepribadian yang baik adalah
proses meneladani Rasulullah.
Kuncinya ada pada karakter Jujur dan Adil. Kejujuran
hendaknya terimplementasi dalam niatan, perkataan dan perbuatan. Maka seorang
dai yang jujur dalam niatannya, perkataannya, serta perbuatannya; akan dapat
tampil dengan sepenuh hikmah.
Adapun Keadilan, seperti yang pernah diungkapkan oleh
Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu bahwa ayat-ayat al Quran mengenai segala
hal yang baik dan buruk terkumpul dalam satu ayat pada surat an Nahl.
"Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk berbuat adil dan baik." (an
Nahl : 90) Ibnul Arabi membagi makna keadilan tersebut pada 3 hal: Keadilan
antara hamba dengan Rabb-nya yaitu mengutamakan hak Allah daripada
kepentingannya, Keadilan antara hamba dengan dirinya sendiri yaitu menahan diri
dari segala yang merusak meskipun diinginkannya, serta Keadilan antara hamba
dengan makhluk lain yaitu memberikan nasehat kebaikan dan keadilan.
Maka mereka yang masih enggan mengutamakan hak Allah,
karena belum tahu bahwa di balik hak Allah ada hikmah besar yang akan kita
dapatkan daripada bila sekadar mengutamakan kepentingan diri. Begitupun mereka
yang masih enggan menahan diri dari hal yang merusak meski diri menginginkannya,
juga karena belum tahu bahwa ada hikmah besar di balik penundaan keinginan
diri. Dan mereka yang masih enggan memberikan nasehat kebaikan dan keadilan,
karena belum tahu bahwa di balik nasehat yang kita berikan akan ada hikmah
besar bagi kita dan kehidupan ini.
Kedua; Mengamalkan Ilmu dengan Keikhlasan
"Banyak kaum pendahulu yang mengatakan bahwa
hikmah adalah pengetahuan tentang agama dan kemudian mengamalkannya,"
demikian kata Ibnu Taimiyah dalam kitab 'Meninggalkan Pertentangan antara Akal
dan Ayat'. Maka bila kita ingin mendapatkan hikmah, tidak cukup dengan
berpengetahuan, namun harus pula beramal dengannya. Sebab ilmu hanyalah
data-data, sedangkan amal yang akan memberikan makna bagi data-data
tersebut.
Tapi pastikan keikhlasan kita sempurna. Jangan sampai
kita mengamalkan ilmu demi mendapatkan hikmah. Sedangkan hikmah asalnya dari
Allah semata. Maka ikhlaskan amal-amal hanya kepada-Nya.
Sebab, suatu ketika Ibnu Taimiyah mendengar petuah
bahwa siapa yang ikhlas selama 40 hari akan terpancarlah hikmah padanya. Lalu
beliau pun mencoba, akan tetapi tak jua dikaruniai hikmah. Datanglah beliau
kepada seorang yang arif, lalu mendapatkan teguran indah, "Sesungguhnya
kamu hanya ikhlas untuk mendapatkan hikmah dan tidak ikhlas karena Allah."
Maka Dr. Sa'd al Qahthani menyimpulkan, "Siapa yang menghendaki sesuatu
dan disertai dengan tujuan (niat) yang lain, maka yang dituju sebenarnya adalah
niatnya yang kedua itu. Sedangkan niat yang pertama hanya perantara untuk
mendapatkan yang kedua."
Ketiga; Istiqomah
Untuk mendapatkan hikmah, kita perlu istiqomah. Sebab
Allah berfirman dalam surat Fushshilat ayat 30, "Sesungguhnya orang-orang
yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian
mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): 'Janganlah
kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu
dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.'"
Sungguh dalam keistiqomahan kita akan banyak
mendapatkan hikmah dari waktu ke waktu. Hingga kita memiliki kemantapan
perspektif yang jauh ke depan. Inilah capaian hikmah yang diperlukan oleh
seorang dai; agar dakwah baginya tak sekadar apa yang berubah kini, namun juga
apa yang akan langgeng di masa mendatang.
Keempat; Pengalaman
"Seseorang tidak dikatakan bijaksana sebelum ia
memiliki pengalaman," demikian kata Mu'awiyah radhiyallahu 'anhu.
Kira-kira gambarannya seperti dirunut dalam 'Fathul
Baari' dan 'Tuhwah al Ahwaadzi'. Orang yang pernah melakukan kesalahan lalu
merasa bersalah dan diberi maaf, ia akan mengetahui pentingnya sifat pemaaf
yang membuatnya tidak akan marah kepada orang lain karena ia juga pernah
mengalaminya; saat itulah ia mendapatkan sifat penyabar yang sempurna. Atau
runutan lainnya, seseorang tidak bisa dikatakan penyabar secara utuh kecuali
pernah mencoba banyak hal serta mengetahui yang baik dan yang buruk; saat
itulah ia memiliki kesabaran yang sebenarnya karena kehati-hatian.
Begitulah pentingnya pengalaman untuk mencapai derajat
hikmah. "Hikmah merupakan hasil pemikiran yang paling berharga dan juga
merupakan intisari dari sebuah ilmu pengetahuan dan percobaan," demikian
menurut Dr. Subhi Mahmashani.
Sementara Dr. Musthofa as Siba'i pernah merincikan
urgensi pengalaman dalam risalahnya yang berjudul "Beginilah Kehidupan
Mengajariku". Bahwa pengalaman hendaknya berfungsi mengembangkan
kemampuan, mengurangi sifat marah, serta meningkatkan daya pikir. Begitupun ia
hendaknya berfungsi memberi keberanian kepada orang pengecut, membuat orang
kikir menjadi pemurah, melembutkan hati yang keras, serta menguatkan mental
orang lemah. Lalu pungkas beliau, "Siapa yang pengalamannya bertambah akan
tetapi dia tetap buta terhadap sesuatu yang selama ini ia buta terhadapnya,
maka dia adalah orang yang tidak dapat mengerti apa-apa."
Beginilah, hendaknya setiap muslim nan dai menggapai
hikmah sebagai bekalan dakwah. Dimulai dengan Kepribadian, lalu Amal, lanjut
dengan Istiqomah dan perbanyak Pengalaman. Sebab di balik Kepribadian, Amal,
Istiqomah, dan Pengalaman; terdapat hikmah besar yang dapat kita peroleh. Pastikan kita mendapatkannya!
Muhammad Irfan Abdul Aziz
6 Ramadhan 1437 H
Twitter: @Daybakh
BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan
4 komentar:
Materi yang berat tapi ringan di baca. Ini kayaknya bukan Om Ir deh kkwkw :p
Wah bermanfaat nih, tinggal di praktekan dalam kehidupan sehari-hari
Wkwkwkwk... Ojo ngono :)
Terima kasih, mbak Tya... Sdh berkunjung :)
Posting Komentar