- I -
Jalan Hidup
Umar
Baha'uddin al Amiri adalah putra kebanggaan Syria yang lahir tahun 1329 H /
1911 M. Ia pernah belajar di Prancis, lalu kembali ke Syria dan lulus dari
fakultas Hukum pada tahun 1940 M. Saat di Prancis itulah beliau mendirikan
pusat dakwah Islam di Paris. Suatu ketika bersama Dr. Yusuf Qaradhawi, ia pernah
damaikan antar kelompok-kelompok ummat yang berpolemik di Aljazair.
- II -
Pemikiran
Ia
pernah mengajar "Islam dan Aliran Pemikiran Kontemporer" di Universitas
Darul Hadits al Hasaniyyah Ribath, Maroko. Ia juga pernah jadi dosen Studi
Keislaman, Pasca Sarjana Universitas Qarawain. Pun mengajar "Peradaban
Islam" di Fakultas Adab, Universitas Muhammad al Khamis, Fas. Juga pernah
mengajar "Masyarakat Islam" di Fakultas Tarbiyah, Qatar (1973) yang sekarang
menjadi Universitas Qatar. Ia disukai oleh mahasiswa-mahasiswanya karena punya
stok sastra anekdot yang banyak. Ceramah-ceramahnya sosialisasikan pandangan
"Fiqh Hadhari" mengiringi "Fiqh Taqliidi". Pandangannya mengkristal
untuk dirikan fakultas-fakultas Syariah dan Hukum yang ada kajian-kajian tentang
fiqh Islam.
- III -
Kepribadian
Ia
lalu menjadi pengacara yang aneh. Ia akan cabut pembelaannya dan rela rugi,
bila klien terbukti salah. Selain sebagai pengacara yang aneh bagi zaman sekarang
ini, ia juga merupakan penyair berbakat. Namun berbeda dengan penyair umumnya yang
pilih berdiam dan menetap di bumi, ia justru eksplorasi penjuru semesta-Nya. Jika
para penyair tenggelam di alam indrawi, ia justru terbang ke setiap sudut
sanubari. Ia hidupkan kembali syair sufi al Hubb al Ilaahi (kecintaan
pada Allah) dengan lebih menjiwai. Ia bersyair, tak hanya bicara dengan jasad
manusia seperti penyair kontemporer, namun juga bicara dengan hati-hati
manusia. Ia menyatukan jiwa penyair iman (yang terasa) dengan penyair manusia
(yang teraba). Berbeda dengan renungan syair sufi biasa, ia tuju Allah dengan perenungan
diri manusia dan alam semesta. Tak cuma satu, bahkan hampir semua karya-karya
syairnya telah menempati posisi tinggi di khalayak. Ke manapun, ia perankan
diri sebagai duta ummat. Tak hanya bicara diri, negaranya, tapi semua permasalahan
ummat. Memang ia punya kemampuan yang baik untuk bicara dengan para tokoh
maupun masyarakat umum.
#Milad19FLP "Sastra Santun di Era Digital"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar