Baru saja 20 bulan menetap di Madinah,
umat Islam sudah mulai diusik oleh provokator munafiq. Itulah Abdullah bin
Ubay, yang justru berpihak kepada para Yahudi pelanggar perjanjian dari Bani
Qainuqa'.
Pelanggarannya tidak ringan. Kehormatan
muslimah yang dilecehkan mereka. Aurat seorang muslimah dibuka di pasar, di
ruang publik, tidak lama setelah perang Badar usai. Lebih parahnya, mereka
bunuh pula lelaki muslim yang membela muslimah tersebut.
Melecehkan muslimah, membunuh muslim;
kesetiaan apa yang mereka jaga? Maka dua pekan setelah Iedul Fitri yang
pertama dalam sejarah umat, Rasulullah segera mengepung perkampungan mereka di hari yang biasa
mereka sucikan, hari Sabtu. Terus mengepungnya hingga berlalu 15 hari.
Hingga akhirnya mereka menyerah. Tujuh
ratus pasukannya pun ditawan oleh kaum Muslimin. Jumlah yang besar, tentu
kekuatan yang tidak bisa dianggap remeh ketika melakukan pengkhianatan.
Namun saat itulah Abdullah bin Ubay
justru menunjukkan keberpihakannya kepada Bani Qainuqa'. Ia datang kepada
Rasulullah dan merayu, "Wahai Muhammad, berbuat baiklah terhadap
mawaali." Mawaali, yaitu kelompok yang telah takluk di bawah kekuasaan
Islam.
Bukankah mereka ditawan karena
konsekuensi pelanggaran janji yang telah dilakukan? Kenapa Rasulullah diminta
berbuat baik oleh Abdullah bin Ubay? Bukankah perkampungan Bani Qainuqa' hanya
dikepung, itupun agar yang salah mengakui kesalahannya? Bukankah tawanan juga
dalam keadaan baik?
Rasulullah hanya diam. Abdullah bin Ubay
mengulangi permintaannya, tak pula direspon. Sampai kemudian Abdullah bin Ubay
berucap panjang sembari memegang baju besi Rasulullah sebagaimana yang tertera
di Zaadul Ma'ad, "Demi Allah, Allah tidak akan mengutusmu kecuali kamu
mampu untuk berbuat baik terhadap Mawaali yang empat ratus orang di antaranya
tidak memakai baju besi dan tiga ratus orang lainnya memakai baju besi.
Sesungguhnya pada suatu pagi mereka telah melindungiku dari ancaman orang yang
berkulit merah dan hitam. Demi Allah, aku adalah seorang yang takut akan
kekalahan."
Dengan segala kearifan Rasulullah, para
tahanan itupun diserahkan ke Abdullah bin Ubay. Setelah harta mereka diambil
sebagai rampasan, Rasulullah perintahkan mereka untuk keluar dari kota Madinah.
Tidak ada hidup berdampingan tanpa kesetiaan.
Setahun berselang, rupanya Abdullah bin
Ubay ini berulah lagi. Ia mempengaruhi sepertiga pasukan muslimin yang hendak
menuju medan Uhud, untuk kembali ke Madinah dan tidak turut berjihad. Saat itu
Rasulullah mengetahui, dan dengan segala kearifannya membiarkan mereka tanpa
hukuman.
Apa yang dilakukan oleh Abdullah bin
Ubay tidak berhenti di situ. Dalam Shirah Ibnu Hisyam diceritakan, bahwa pernah
Rasulullah hendak ke tempat Sa'ad bin Ubadah dan melalui tongkrongan Abdullah
bin Ubay. Rasulullah pun berhenti dan memberi salam, serta rehat sejenak
bersama mereka sembari menyampaikan beberapa ayat al Quran sebagai dakwah
kepada mereka. Lalu, apa respon Abdullah bin Ubay?
Dengan ketus ia berkata, "Wahai
Muhammad! Sesungguhnya aku tidak menyukai cara-cara dan kata-katamu tadi,
sekalipun benar. Maka hendaknya kamu tinggal di rumahmu saja, siapa yang
mendatangimu maka berikanlah dakwah kepadanya dan siapa yang tidak mendatangimu
maka janganlah kamu membuatnya jemu dengan dakwahmu itu, serta jangan kamu
pergi ke sebuah pertemuan dengan membawa apa yang tidak disenangi oleh orang
lain."
Rasulullah tetap bersikap tenang. Beliau
tidak melakukan tindakan apapun kepada Abdullah bin Ubay.
Rupanya pembelaan Abdullah bin Ubay berlanjut
kepada para pelanggar perjanjian dengan Rasulullah. Kali lainnya kepada Yahudi
dari Bani Nadhir. Pelanggaran sangat berat, yaitu menyusun rencana pembunuhan
Rasulullah. Maka Rasulullah pun segera mengutus Muhammad bin Maslamah untuk
menyuruh Bani Nadhir keluar dari Madinah sesuai perjanjian. Tidak ada hidup
berdampingan dalam pengkhianatan.
Tapi Abdullah bin Ubay yang akhirnya
membisiki Bani Nadhir untuk tidak keluar. "Sekiranya kalian diperangi,
maka kami akan berperang bersama kalian. Dan jika kalian diusir, maka kami pun
akan keluar bersama kalian," ujar Abdullah bin Ubay.
Akhirnya Bani Nadhir tidak mau keluar.
Rasulullah pun mengepung mereka, hingga terpaksa mengusir mereka secara
terang-terangan keluar kota Madinah. Sementara Abdullah bin Ubay dibiarkan
saja.
Semakin parah dalam masa perang
Muraisi'. Dalam peperangan ini ia kembali memprovokasi dengan mengatakan
sebagaimana yang diabadikan dalam surat al Munafiqun ayat 7, "Janganlah
kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi
Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)."
Mereka juga menebar gonjang-ganjing
sebagaimana diabadikan oleh ayat 8, "Sesungguhnya jika kita telah kembali
ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah
daripadanya."
Lebih parah lagi, beserta pengikutnya
membuat fitnah perselingkuhan terhadap istri Rasulullah, ummul mukminin Aisyah
radhiyallahu 'anha. Laa haula wa laa quwwata illa billah.
Namun Rasulullah tidak jua bertindak
terhadap Abdullah bin Ubay. Beliau mengatakan kepada Umar bin Khaththab yang
bersemangat menghabisi Abdullah bin Ubay, "Biarkan dia, agar masyarakat
tidak berkata bahwa Muhammad membunuh para sahabatnya."
Sungguh, sepanjang zaman kehidupan ini
akan kita dapati ragam kemunafikan. Polanya tidak jauh berbeda; membela umat
lain yang mengingkari janji, memprovokasi barisan umat, menghalangi dakwah di
ruang publik dengan alasan HAM, mengikat perjanjian dengan pihak yang sedang
berseteru dengan umat, dan terus membuat gonjang-ganjing demi buruknya citra
Da'i.
Semoga kita bisa terus arif menghadapi
mereka. Mengarifinya, hingga di balik-balik setiap ulah mereka. Dengan demikian, kita
tidak terjerumus karena kecerobohan sikap kita dalam merespon mereka.
Wallahu'alam.
Muhammad Irfan Abdul Aziz
13 Ramadhan 1437 H
Twitter: @Daybakh
BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan
3 komentar:
Subhanallah... memang orang-orang munafiq wajar di tempankan di neraka yang paling dalam..
Manusia sekelas Rasulullah pun. Tidak membunuh orang yang sudah jelas-jelas menghianati Dia. Bagaimana dengan kita yang hanya lantaran beda pendapat lantas mengeluarkan sahabat kita dari jamaah?
Membunuh dan mengeluarkan merupakan dua hal yang berbeda.
Posting Komentar