Rabu, 17 Februari 2016

TEROBOSAN MASYARAKAT ISLAMI


Bila ada yang membedakan masyarakat Islam dengan masyarakat Barat; maka itu adalah pada peran agamanya. Masyarakat Islam berangkat dari nilai-nilai agamanya. Sedangkan masyarakat Barat justru menyingkirkan peran agamanya. Masyarakat Islam terbentuk karena kehendak agamanya. Sementara masyarakat Barat justru terbentuk sebagai perlawanan terhadap agamanya.

Sebab Islam adalah milik semua ummatnya. Adapun agama non Islam adalah milik para tokoh-tokoh agamanya semata. Maka, ummat di bawah naungan Islam merasa terayomi. Tetapi ummat di bawah naungan agama non Islam merasa terkebiri.

Bagaimana hendaknya masyarakat Islam membuat terobosan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara? Mungkin pertanyaan ini tidak hanya relevan bagi minoritas Muslim, namun juga bagi mayoritas Muslim. Utamanya bagi masyarakat Islam yang tumbuh dalam situasi sosial-politik yang kurang kondusif.

Terobosan masyarakat Islami bisa dalam beragam bentuk lembaga-lembaga sipil. Kelak melalui lembaga-lembaga sipil inilah masyarakat Islami akan mendapatkan pengakuan sosial dan pengakuan negara. Sehingga keberadaan ummat Islam tidak dianulir dalam kehidupan sosial-politik.

Pengakuan sosial pada akhirnya hadir bila sebuah lembaga sipil mampu memenuhi harapan publik dan adanya opini publik yang merata. Di sinilah urgensi Keberdayaan dan Publikasi. Sebuah lembaga sipil hendaknya berdaya dalam memenuhi harapan publik. Dan sebuah lembaga sipil hendaknya memadai dalam publikasinya agar dapat memenuhi pemerataan opini publik. Bila hanya berdaya namun tak memadai dalam publikasi, maka pengakuan sosial tidak akan kuat. Begitupun sebaliknya, bila hanya memadai secara publikasi namun sesungguhnya tak berdaya, maka pengakuan sosial pun tak akan kuat.

Sementara pengakuan negara pada akhirnya didapat bila sebuah lembaga sipil mampu menemukan titik kegagalan negara dalam menyediakan kebutuhan dasar rakyat dan mengisi kekosongan peran negara dalam pelayanan sosial. Di sinilah urgensi memahami peta kebutuhan dasar masyarakat dan memahami peta pelayanan sosial. Sebuah lembaga sipil hendaknya memahami kebutuhan dasar masyarakat yang belum terpenuhi guna melakukan pelayanan sosial yang berorientasi pemenuhan kebutuhan dasar tersebut. Bila hanya memahami kebutuhan dasar yang belum terpenuhi, namun tak melakukan pelayanan sosial; maka tak ada peran signifikan lembaga sipil yang layak mendapat pengakuan negara. Begitupun sebaliknya, bila hanya melakukan pelayanan sosial namun tak memenuhi kebutuhan dasar yang belum terpenuhi; maka tak ada pula peran signifikan lembaga sipil yang layak mendapat pengakuan negara.

Terobosan masyarakat Islami itu akan efektif bila dipacu dengan tumbuhnya generasi baru dan adanya SDM-SDM masyarakat yang baru kembali dari luar negeri. Maka, sebuah lembaga sipil hendaknya tidak mengabaikan dua hal ini; Pertumbuhan Generasi Baru dan Kembalinya SDM Berpengalaman dari Luar Negeri. Sebab, generasi baru dengan segala kesegaran perspektifnya akan dapat melakukan banyak terobosan. Sementara, SDM yang berpengalaman di luar negeri akan memperkaya perspektif terobosan yang dapat dilakukan.


Satu hal yang kemudian diperlukan; yaitu menjaga kesinambungan cita masyarakat Islami. Agar terobosan-terobosan yang dilakukan oleh generasi baru maupun SDM-SDM yang kembali dari luar negeri tidak kontra-produktif. Menjadi tugas para pendahulu untuk memastikan alur sanad tersambung dengan baik. Wallahu a’lam.


#SerialDakwahKultural _ 17 Februari 2016

Tidak ada komentar: