Kamis, 07 Januari 2016

SETELAH KITA MEWARISI AL QUR'AN


Warisan agung ummat manusia adalah Al Qur'an, yang dapat dijadikan panduan seluruh manusia. Namun lebih spesifik lagi, ia dititipkan penjagaannya kepada sekelompok orang pilihan dari hamba-Nya. Yang memilihnya adalah Allah azza wa jalla. Jadi sebagian manusia yang akhirnya masuk dalam kelompok pilihan itu awalnya hanya berusaha agar dipercaya menerima titipan Kitab Suci al Qur'an, sampai mereka pun dipilih untuk menerima titipan itu. 


Namun, setelah mereka menerimanya, kuasa kehendak penuh berada padanya. Ia boleh memilih sikap apapun. Sebagaimana yang digambarkan dalam firman-Nya pada surat Fathir ayat 32.

"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar."

Pada firman itu, pilihannya ada tiga. Pertama, menjadi Penganiaya diri sendiri. Kedua, menjadi Pertengahan. Ketiga, menjadi Pemburu Kebaikan.

Penganiaya diri sendiri maksudnya tidak peduli dengan arahan al Qur'an yang karenanya ia celaka, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, ia disebut Penganiaya diri sendiri. Karena dengan panduan, justru celaka. Maka, siapa yang salah? 

Sementara menjadi Pertengahan maksudnya tidak menganiaya namun juga tidak beruntung sekali. Jadi ia melaksanakan panduan yang inti-inti saja. Kerjakan yang wajib, tinggalkan yang haram.

Adapun menjadi Pemburu Kebaikan adalah yang mengejar apapun yang bernilai baik. Apakah itu wajib atau sunnah. Mungkin ia tak terpikirkan lagi yang dilarang, bahkan menghindari betul yang dimakruhkan atau yang sia-sia demi fokusnya pada kebaikan. Sehingga ia dinamakan Pemburu Kebaikan.

Dari yang pertama hingga ketiga, begitulah kira-kira proses pendidikan al Qur'an yang hendaknya kita jalani. Begitulah jalan menuju Rabb, begitulah jalan menuju keridhoan-Nya.


Husein Sastranegara, 7 Januari 2016

Tidak ada komentar: