sumber: Faisal Assegaf/Albalad.co |
Setelah tahun lalu menggelar Asosiasi
Perdagangan Luar Negeri (FTA) di Kementerian Perekonomian Israel, awal tahun
ini (13 Januari 2016) Israel kembali menggelar Konferensi Perdagangan
Internasional Kedua di ibukotanya, tepatnya di Hotel Hilton - Tel Aviv.
Menariknya, dari 9 pembicara yang dihadirkan, salah satunya adalah seorang
pengusaha muda asal Indonesia. Bahkan, pengusaha asal Indonesia inilah yang paling ditunggu oleh 600-an eksportir dan investor Israel dalam
acara itu. Maka, sesinya pun diletakkan paling terakhir sebelum penutupan, layaknya
closing session (statement).
Siapakah pengusaha muda asal Indonesia itu? Dialah Bos Northstar
Group, Patrick Walujo. Bersama Glenn Sugita, ia mendirikan Northstar Group pada
tahun 2003. Lalu dibantu pula oleh Ashish Shastry (mantan kepala bisnis TPG
Asia Tenggara) yang bergabung sebagai minority partner pada 2011. Northstar
Group kemudian memosisikan diri sebagai perusahaan swasta yang fokus dalam
investasi di Asia Tenggara, utamanya adalah Indonesia.
Dalam sektor apa saja investasi yang mereka lakukan? Jasa Keuangan,
Ritel (Konsumer), Energi (Sumber Daya), dan Telekomunikasi, dengan angka
investasi mencapai US$ 2 miliar.
Maka mereka mencari peluang investasi saham yang signifikan dari perusahaan-perusahaan
di Asia Tenggara dengan fokus pada Indonesia. Sehingga kini telah menjadi
perusahaan investasi swasta terbesar di Indonesia. Perusahaan investasi ini
berkantor di Singapura, tepatnya di 6 Battery Road, Unit
#35-05, Singapore.
Investasi Go-Jek dan Jejak Investasi Lainnya dari tahun 2006 sampai
2015
Berdasarkan tahun, maka berikut ini adalah urutan perjalanan
Northstar Group:
Pada tahun 2006; Northstar meluncurkan Northstar Equity Partners
(sebagai dana awal group ini), kemudian Northstar mendaftarkan diri sebagai Exempt
Fund Manager (Majaner Dana Pembebasan) bersama the Monetary Authority of
Singapore (Otoritas Keuangan Singapura).
Pada tahun 2007; Northstar telah menyelesaikan pengumpulan dana
untuk Northstar Equity Partners sebesar US$ 110 juta sebagai komitmen
modal.
Pada tahun 2008; Northstar melakukan investasi bersama TPG di PT
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN).
Pada tahun 2009; Northstar berinvestasi di PT Delta Dunia Makmur
Tbk.
Pada tahun 2010; Northstar telah menyelesaikan pengumpulan dana
untuk Northstar Equity Partners II sebesar US$ 285 juta sebagai komitmen
modal.
Pada tahun 2011; Northstar kembali menyelesaikan pengumpulan dana
untuk Northstar Equity Partners III sebesar US$ 820 juta sebagai komitmen
modal. Pada tahun inilah Ashish Shastry (sebagai mantan kepala bisnis TPG Asia
Tenggara) bergabung dengan Northstar Group dengan share swap agreement
(perjanjian pertukaran saham). Northstar kemudian berinvestasi di PT BFI
Finance Indonesia Tbk, sebuah perusahaan multifinance independen
terkemuka.
Pada tahun 2012; Northstar mengakuisisi saham mayoritas di SGX yang
terdaftar di Nera Telecommunications Ltd (Neratel), kemudian meluncurkan
penawaran umum untuk semua saham Neratel. Pada tahun ini pula, Northstar mulai
terdaftar pada Amerika Serikat Securities Exchange Commission (Komisi
Pengamanan Bursa Efek Amerika Serikat) sebagai Penasehat Investasi. Selain itu,
Northstar juga melakukan investasi bersama GIC di Triputra Agro Persada (sebuah
produsen minyak sawit hulu Indonesia). Tak hanya di Indonesia, Northstar juga
mengembangkan investasi di Thai Credit Retail Bank (Bank Perkreditan Retail
Thailand) yang fokusnya melayani usaha kecil dan menengah di Thailand.
Pada tahun 2013; Northstar menerima Lisensi Layanan Pasar Modal
untuk penyediaan layanan Pengelolaan Dana dari Otoritas Keuangan Singapura, Northstar
juga mengakuisisi sebuah waralaba di Singapura yaitu ERA Real Estate dari
HerSing Perusahaan Pte. Ltd dengan pengambil-alihan manajemen.
Pada tahun 2014; Northstar membentuk NSI Ventures dan meningkatkan
dana modal pertamanya untuk fokus pada tahap awal investasi di Asia Tenggara.
Melalui NSI Ventures inilah, kemudian investasi dilakukan kepada PT Go-Jek
Indonesia, selain juga kepada Redmart Limited dan Zimplistic Pte. Ltd.
Pada tahun 2015; Northstar berhasil mengumpulkan dana untuk NSI
Ventures sebesar US $ 90 juta sebagai komitmen modal, sementara untuk Northstar
Equity Partners IV terkumpul dana sebesar US $ 810 juta sebagai komitmen
modal, kemudian Northstar berinvestasi di PT Indaco Warna Dunia (sebuah produsen
dan distributor cat dekoratif Indonesia), sedangkan melalui NSI Ventures
berinvestasi di ConneXionsAsia Pte. Ltd, The Chope Group Pte. Ltd, Crayon
Holdings Pte. Ltd, Jauh Inc dan TradeGecko Pte. Ltd.
Dari sekian banyak perusahaan tempat
Northstar Group berinvestasi tersebut, mungkin PT Go-Jek Indonesia adalah
perusahaan yang saat ini paling akrab di telinga masyarakat Indonesia khususnya
masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Pada 6 Juli 2015, Metrotvnews.com melansir pernyataan
Kepala
Riset PT. Daewoo Securities Indonesia, Taye Shim, bahwasannya perkembangan Go-Jek telah
memberikan stimulus bagi konsumsi domestik; baik untuk membeli barang maupun
untuk pergi ke kantor.
Lalu satu setengah bulan kemudian,
tepatnya tanggal 22 Agustus 2015 koran.tempo.co juga melansir pemberitaan tentang
fenomena Go-Jek Indonesia dengan judul Northstar
Group Suntik Go-Jek Indonesia US$ 200 Juta. Nilai
yang setara dengan 2 triliunan rupiah itu, memang tidak dijelaskan bentuk
investasinya oleh Patrick Walujo. Namun setidaknya itu merupakan bentuk
kemitraan, begitu kata Patrick Walujo.
Patrick Walujo dan Konferensi Perdagangan Internasional Israel
Selain sebagai pendiri Northstar Group, Patrick Walujo juga
merupakan Senior Vice President Pacific Century Ventures Ltd di Tokyo. Kiprahnya
dalam merger perusahaan, akuisisi dan pengembangan bisnis perusahaan di
Jepang tentu tidak bisa dipandang sebelah mata. Pria yang menyelesaikan
studinya dengan Riset Operasi & Teknik Industri pada Cornell University
(Amerika Serikat) ini awalnya berkarir di Goldman, Sachs & Co di London dan
New York. Perjalanan karirnya terus menanjak hingga pada tahun 2009 menerima
anugerah dari Ernst & Young sebagai 'Young Entrepreneurs of the Year'.
Kehadirannya di Konferensi Perdagangan Internasional Israel ini
memang undangan dari panitia. Ia diharapkan bisa tampil di forum ini untuk
memaparkan perkembangan peluang investasi di Indonesia.
Maka di hadapan 600-an eksportir dan investor Israel itu, dengan durasi 15 menit Patrick menyampaikan perkembangan
bisnis transportasi aplikasi daring seperti Go-Jek dan investasi serupa lainnya
di Indonesia. Selain itu, ia juga menjelaskan program pembangunan pemerintah
Indonesia, terutama di sektor infrastruktur. Termasuk di antaranya
adalah peluang investasi di sektor Teknologi Pertanian.
“Indonesia adalah negara dengan
pertumbuhan ekonomi cepat banyak memerlukan sektor di mana teknologi Israel
telah membikin terobosan penting, seperti teknologi pertanian,” demikian tegasnya
di atas podium konferensi itu.
Lalu ia menambahkan, “Israel adalah
negara yang dijejali perusahaan teknologi dan kami adalah pengguna paling besar
teknologi maju, seperti data dan sektor-sektor lain di mana Israel ahlinya.”
Maka iapun menyarankan, bahwasannya Israel juga bisa memasuki pasar Indonesia
di sektor teknologi medis, telepon seluler, dan layanan keuangan.
Kepala FTA Israel -Ohad Cohen- pun mengatakan,
bahwa hubungan dagang Indonesia-Israel setiap tahunnya memang mencapai ratusan
juta dolar Amerika. Apalagi Israel dan Indonesia sama-sama sebagai
anggota WTO (Organisasi Perdagangan Dunia).
“Para pebisnis Indonesia mengetahui
apa yang dibutuhkan pasar, mereka juga tahu kami (Israel) bisa mengisi
kebutuhan itu,” seloroh Ohad Cohen di konferensi itu.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar