Salah satu daerah mayoritas Katholik di Indonesia yang pernah saya kunjungi adalah pulau Timor. Saat itu, saya menjejakkan kaki di pulau yang merupakan bagian provinsi Nusa Tenggara Timur tepat jelang momen gelaran pawai Paskah. Dua pekan di sana, saya menyusuri Kupang hingga Atambua; merasakan makanannya, budayanya dan kehidupan sosialnya. Bertemu beberapa tokoh pemerintahan dan tokoh masyarakat, yang salah satunya adalah seorang Pengacara yang bernama Elias Matheos Ludji Pau, S.H., M.Hum.
Bapak paruh baya yang akrab disapa Ludji Pau itu kini menjalani kehidupan sebagai Muslim dan meninggalkan jati diri Kristen-nya. Menariknya, ia juga menantu seorang ulama besar di Kota Ende Flores. Dalam sebuah hajatan di kediamannya jelang keberangkatan Umrah-nya yang pertama, kami bersua untuk pertama kalinya.
Bapak paruh baya yang akrab disapa Ludji Pau itu kini menjalani kehidupan sebagai Muslim dan meninggalkan jati diri Kristen-nya. Menariknya, ia juga menantu seorang ulama besar di Kota Ende Flores. Dalam sebuah hajatan di kediamannya jelang keberangkatan Umrah-nya yang pertama, kami bersua untuk pertama kalinya.
Obrolan tentang Alkitab menjadi menu yang hangat di malam pekat kelurahan Lasiana. "Tidak ada satupun ayat tentang kelahiran Yesus tanggal 25 Desember," ujarnya saat itu. Inilah yang selalu membuat benak saya berbinar setiap melalui tanggal 25 Desember.
Setiap menyaksikan beragam seremonial dan simbolisasi Natal, saya selalu membatin lirih, "Jangan menistakan Yesus di tanggal 25 Desember."
Kenapa? Setidaknya ada dua hal yang perlu kita bincangkan; Pertama tentang Ketuhanan Yesus, dan Kedua tentang Tokoh-Tokoh yang Menuhankan Yesus.
Setiap menyaksikan beragam seremonial dan simbolisasi Natal, saya selalu membatin lirih, "Jangan menistakan Yesus di tanggal 25 Desember."
Kenapa? Setidaknya ada dua hal yang perlu kita bincangkan; Pertama tentang Ketuhanan Yesus, dan Kedua tentang Tokoh-Tokoh yang Menuhankan Yesus.
A. Ketuhanan Yesus
Dua poin yang bisa kita cermati dari Ketuhanan Yesus, yaitu Sakralitas Yesus dan Foto Yesus.
1. Sakralitas Yesus
Yesus yang mereka akui sebagai bagian dari Ketuhanan, atau setidaknya ia adalah utusan Tuhan, maka janganlah main-main dengan kesakralannya. Baik sakralitas dirinya maupun sakralitas sejarahnya.
Tapi, seakan ummatnya sungguh tak peduli dengan Sakralitas Yesus. Bahkan cenderung membiarkan Yesus tak sakral lagi dengan beragam kerancuan yang dilekatkan kepadanya.
Sebagaimana yang tertera dalam Injil Matius pasal 2 ayat 1, "Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem."
Dan apa yang tertera dalam Injil Lukas pasal 2 ayat 1 - 2 tentang kelahiran Yesus pula, "Pada waktu itu kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri Siria."
Maka, sakralitas Yesus tercederai dengan kerancuan zaman kelahirannya. Mana yang benar; di zaman Raja Herodes atau di zaman Kaisar Agustus?
Sungguh, kesakralan itupun sudah tercederai saat ayat-ayatnya diubah-ubah. Sebab Injil Lukas pasal 2 ayat 1 cetakan Lembaga Alkitab Indonesia tahun 2014 menyatakan perintah "mendaftarkan semua orang di seluruh dunia", yang berbeda dengan cetakan dari lembaga yang sama pada tahun 1972 yang menyatakan perintahnya "...menghitung segala manusia di seluruh kerajaan itu."
Bagaimana bisa 'di seluruh kerajaan itu' diganti dengan 'di seluruh dunia'? Apakah Kaisar Agustus saat itu menguasai seluruh dunia? Apakah semudah ini mereka mengubah-ubah Alkitab yang sakral? Bila Alkitab yang sakral diubah, bukankah itu juga mencederai kesakralan Tuhan Yesus?
2. Foto Yesus
Sebenarnya ada yang menarik untuk dicermati dengan foto-foto Yesus yang banyak terpajang di rumah-rumah. Apakah Yesus dahulu pernah berfoto? Atau sederhananya, apakah di masa Yesus sudah ada fotografi? Toh, ternyata yang sering ditampilkan di media-media dan ditempelkan di dinding-dinding itu adalah foto bintang film Eropa yang sedang memerankan Film Penyaliban Yesus.
Bahkan sejarah nabi-nabi juga tidak ada yang menyatakan ada seorang nabi yang lahir di Eropa. Lalu kenapa mereka menggunakan simbolisasinya dengan orang Eropa. Kemudian didokumentasikan sedemikian rupa, dan ditambah bulatan cahaya di kepala Yesus yang sesungguhnya itulah simbol Dewa Matahari.
Bahkan sejarah nabi-nabi juga tidak ada yang menyatakan ada seorang nabi yang lahir di Eropa. Lalu kenapa mereka menggunakan simbolisasinya dengan orang Eropa. Kemudian didokumentasikan sedemikian rupa, dan ditambah bulatan cahaya di kepala Yesus yang sesungguhnya itulah simbol Dewa Matahari.
Jadi, inilah bid'ah yang tidak ada panduannya dalam Alkitab.
B. Tokoh-Tokoh yang Menuhankan Yesus
Dua sosok yang bisa kita cermati dari Tokoh-Tokoh yang Menuhankan Yesus, yaitu Raja Constantine dan Paulus.
1. Raja Constantine
Saat itu ia masih menganut Politisme Pakanisme, lalu ingin menyatukan rakyat imperium Romawi. Di satu sisi kondisi masyarakat Romawi sangat mengagungkan berhala-berhala, namun di sisi lain ia ingin menjadikan agama Kristen Katholik sebagai agama bersama. Agar tidak terjadi gejolak dan perpecahan, maka ia gelar sidang Consillinicaea (325 M) yang kemudian mengumumkan bahwa Yesus adalah Tuhan (untuk mengakomodir kalangan Kristen) dan menyatakan bahwa Yesus lahir tanggal 25 Desember (untuk mengakomodir kalangan pagan penyembah Dewa Matahari yang biasa merayakan tanggal 25 Desember). Baru setelah itu, Raja Constantine beralih dari agama Politisme Pakanisme menjadi Katholik.
2. Paulus
Paulus adalah tokoh yang beberapa ucapannya masuk dalam Alkitab. Sebagaimana yang diterakan Kitab Para Rasul pasal 2 ayat 36, "Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus yang kamu salibkan itu menjadi Tuhan dan Kristus."
Lalu ia juga menulis surat yang diabadikan dalam Filipi pasal 2 ayat 11, "Dan segala lidah mengaku, 'Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa!''
Tapi, daripada berpesta-pora di tanggal 25 Desember ini, alangkah bijaknya bila momen 25 Desember digunakan untuk lebih dekat dengan Alkitab. Marilah kita mengaji Alkitab!
Sejenak kita tengok kitab Yesaya pasal 43 ayat 3, bahwa di situ ada pernyataan yang bertentangan dengan apa yang dinyatakan Paulus. "Sebab Aku Tuhan Allah-mu yang Maha Kudus, Allah Israel Juru Selamat-mu, Aku menebus engkau dengan Mesir dan memberikan Ethiopia dan Syeba sebagai gantimu." Begitu bunyi ayatnya.
Lalu, di ayat 11 juga dinyatakan, "Aku, Aku-lah Tuhan dan tidak ada Juru Selamat selain dari pada-Ku."
Sungguh, Paulus memang sosok yang kontroversial dan telah menjadikan ajaran-ajaran Alkitab saling kontroversi. Misalnya ketika Paulus menulis surat yang mencederai syariat Sunat. Sebagaimana surat itu kemudian diabadikan di Galatia pasal 5 ayat 6: "Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih."
Begitulah Paulus. Tapi yang perlu diingat, bukankah seharusnya menjadi ummat Yesus, bukan ummat Paulus. Bilapun ada perselisihan, maka hendaklah Paulus yang mengalah (atau diabaikan) demi Sakralitas Yesus. Bukankah demikian?
Epilog: Meneladani Yesus
Baiklah, untuk menggenapi racik-racik perenungan di tanggal 25 Desember, maka kiranya ada beberapa poin yang hendaknya diteladani dari Yesus dan ditaati dari Alkitab.
1. Mengesakan Allah
"...jawab Yesus, 'Tuhan Allah kita Tuhan itu Esa.'" (Injil Markus pasal 12 ayat 29)
2. Disunat
"Dan ketika genap delapan hari dan ia harus disunatkan, ia diberi nama Yesus yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum ia dikandung ibunya." (kitab Lukas pasal 2 ayat 21)
3. Segerakan Penguburan
"Sementara itu hari mulai malam dan hari ini adalah hari persiapan yaitu hari menjelang sabat. Karena itu Yusuf orang arimatea, seorang anggota majelis besar yang terkemuka yang menanti-nantikan kerajaan Allah memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus." (Markus pasal 15 ayat 42-43)
4. Mengharamkan Babi
"Demikian juga babi, karena memang berkuku belah yaitu kukunya berselah panjang tetapi tidak memamahbiak, haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh semua itu haram bagimu." (kitab Imamat pasal 11 ayat 7-8)
5. Mengharamkan Darah Binatang
"Demikian juga janganlah kamu memakan darah apapun di segala tempat kediamanmu baik darah burung-burung ataupun darah hewan. Setiap orang yang memakan darah apapun, nyawa orang itu haruslah dilenyapkan dari antara bangsanya." (kitab Imamat pasal 7 ayat 26-27)
6. Tidak Mabuk-Mabukan
"Anggur adalah pencemooh, minuman keras adalah peribut, tidaklah bijak orang yang terhuyung-huyung karenanya." (Amsal Soleman pasal 20 ayat 1)
Indonesia, 25 Desember 2015
Muhammad Irfan Abdul Aziz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar