Jumat, 24 Juni 2016

SAPAAN LEMBUT SEORANG DA'I (2)


Mari sejenak kita meresapi rasa-rasa di balik lontaran-lontaran berikut. "Assaam 'alaikum, semoga kehancuran menimpa kalian!" sapa sekelompok Yahudi kepada Rasulullah. Aisyah yang berada di dekat Rasulullah dan turut menyimak sapaan itu, segera menyahut setelah mencermati kalimat sapaan itu. "Kepada kalianlah laknat dan kematian."

"Tenang wahai Aisyah," sambung Rasulullah segera. "Sesungguhnya Allah menyukai sikap lemah lembut dalam segala hal."

Aisyah pun terperanjat. "Wahai Rasulullah, apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka katakan?" tanyanya balik.

"Aku telah mengatakan wa'alaikum (juga kepada kalian)," balas Rasulullah tenang.

Lalu beliau bersabda sebagaimana terabadikan dalam kitab 'Kebajikan, Silaturrahim, dan Sopan Santun' pada Shahih Muslim, "Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah Maha Penyayang dan senang kepada sifat yang penyayang. Dan Dia memberikan sesuatu kepada sikap penyayang yang tidak diberikan-Nya kepada sikap kekerasan dan juga sikap-sikap selainnya."

Suatu di masjid, para sahabat tak kalah gusarnya dari ibunda Aisyah. Pasalnya di hadapan mereka seorang badui sedang menunaikan hajat air kecilnya di pojokan masjid. Serta-merta para sahabat menghardiknya, "Apa yang kamu lakukan? Hentikan!"

Tapi Rasulullah justru berpesan, "Jangan kalian hentikan kencingnya, biarkan dia menyelesaikannya."

Lalu setelah usai hajatnya, Rasulullah pun memanggil badui tersebut. "Masjid-masjid ini tidak boleh untuk dijadikan tempat kencing atau sebagai tempat kotoran lainnya, sebab masjid-masjid tersebut hanyalah tempat untuk menyebutkan nama Allah, shalat, dan membaca al Quran." Rasulullah pun meminta sahabatnya untuk mengambil air dan menyiram bekas kencing tersebut. Selesai.

Penjelasan Rasulullah inilah yang kemudian membuat badui tersebut berucap berulang-ulang, "Ya Allah, berilah rahmat kepadaku dan kepada Muhammad, dan jangan Engkau berikan rahmat kepada seseorangpun melainkan kami (berdua) ini saja."

Rasulullah tersenyum dan menegurnya, "Engkau telah mempersempit rahmat Allah yang sangat luas."

Semua sikap Rasulullah telah menyita kesan dalam alam kesadarannya. Seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, badui itupun berkata, "Nabi menghampiriku. Demi bapakku dan ibuku, beliau tidak mencela perbuatanku, tidak mengeluarkan kata-kata kotor, dan tidak pula memukuliku."

Mungkin yang juga sering kita ingat adalah episode seorang pemuda yang memohon izin kepada Rasulullah untuk berzina. "Wahai Rasulullah, izinkanlah aku melakukan zina."

Para sahabat segera menyetop kelancangannya, "Diam! Diam!"

Tapi Rasulullah justru ingin dilanjutkan. "Mendekatlah kepadaku!" pinta Rasulullah.

Lalu Rasulullah mengajak pemuda itu berdialog. Rasulullah tanyakan perkenanan pemuda itu untuk berzina dengan ibunya, putrinya, saudara perempuannya, bibinya dari pihak ayah dan bibinya dari pihak ibu. Semua dijawab oleh pemuda itu dengan ketidak-sediaannya. Yang setiap jawaban pemuda itu, segera diimbuhi oleh Rasulullah dengan pernyataan bahwa semua manusia pun tidak bersedia.

Tapi yang menarik adalah ucapan terakhir Rasulullah. Dan inilah yang akhirnya mengubah kepribadian pemuda itu. "Ya Allah, ampunilah dosanya, bersihkanlah hatinya, dan periharalah kemaluannya." Bukan cela, tapi doa; sebagaimana yang dicantumkan oleh Ibnu al Haitsami dalam Majma' az Zawaaid-nya. MasyaAllah, Allahumma sholli 'ala Muhammad.

Sama seperti ketika Salamah bin Shakhr al Anshari melanggar larangan berhubungan suami istri di bulan Ramadhan. Ianya semula sudah menyatakan, "Laksanakanlah hukum agama kepadaku, sebab aku akan tabah untuk menjalankan hukum itu." Bahkan ianya sendiri pula yang datang langsung ke Rasulullah untuk melapor.

Namun ketika disuruh memerdekakan budak, jawabnya tidak punya apa-apa kecuali istrinya. Ketika disuruh berpuasa selama dua bulan berturut-turut, jawabnya pelanggaran itupun terjadi saat puasa. Ketika disuruh mengeluarkan sedekah, jawabnya buat makan malam saja tak ada. Lalu, maunya apa? Bisanya apa?

Bukan itu pertanyaan Rasulullah selanjutnya. Tapi beliau berikan solusi alternatif yang memungkinkan. "Pergilah engkau kepada orang yang suka bersedekah di Bani Zuraiq," perintah Rasulullah kepada Salamah. "Katakan kepadanya, berilah sedekah kepadaku. Kemudian engkau ambil satu wusuq dan pergunakanlah untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluargamu."

Salamah pun sumringah menghampiri yang dimaksud Rasulullah. "Aku temukan kalian mempersulit dan memberikan pendapat yang tidak baik. Akan tetapi aku temukan pada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam kemudahan dan keberkahan," katanya membuka hajat kepada orang yang dimaksud Rasulullah. Lalu ia melanjutkan, "Dan Rasulullah menyuruhku untuk mengambil sedekah dari kalian dan menyerahkannya kepadaku."

Demikianlah Rasulullah, sederhana menghadirkan dakwah sebagai solusi segala-galanya. Mungkin kita tidak mampu memahami bagaimana perasaan Rasulullah ketika mendapati seorang perempuan meratap di kuburan dan menasehatinya dengan lembut, "Tabahkanlah dan bertakwalah kepada Allah." Sebab perempuan itu justru menjawab dengan ketus, "Jangan katakan itu kepadaku, sebab engkau tidak mendapatkan musibah seperti musibah yang menimpaku dan engkau tidak tahu urusanku."

Perempuan itu memang tidak kenal bahwa yang memberi nasehat itu adalah Rasulullah. Tapi jawaban seperti itu tetap saja cukup membuat perasaan tak nyaman. Di sinilah keteladanan Rasulullah, sebab beliau tak gusar. Cukup nasehatnya, dan diam saja.

Esoknya ketika perempuan itu datang kepada Rasulullah dan menyampaikan bahwa ia tak mengenali Rasulullah. Maka tak ada mempersoalkannya, yang ada justru Rasulullah melanjutkan nasehatnya. "Letak kesabaran itu adalah di saat terjadinya musibah yang pertama kalinya," begitu sabdanya.

Oleh karena itu, tak heranlah bila Umar bin Abi Salamah radhiyallahu 'anhuma sewaktu kanak segera mengubah kebiasaan buruknya dalam makan. Sebab saat mendapatinya mengambil makanan secara liar, Rasulullah tak memarahinya. Tapi justru fokus memberi arahan kepadanya. "Wahai Ghulam," sapa Rasulullah. "Bacalah Bismillah, makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah yang ada di dekatmu."

InsyaAllah kita bisa meneladani Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Dengan segala taufiqNya.



Muhammad Irfan Abdul Aziz
19 Ramadhan 1437 H

Twitter: @Daybakh
BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan

Tidak ada komentar: