Rabu, 22 Juni 2016

MATANGNYA KEPRIBADIAN DA'I DI SETIAP TINDAKAN (3)


Ketergesaan itu yang membuat sesuatu tidak matang. Termasuk dalam hal berkepribadian. Karenanya karakter tergesa-gesa termasuk yang hendaknya dihindari demi baiknya kepribadian.


Dalam perspektif beragama, ketergesaan rawan buta pada segala dampak. Selain itu, ketergesaan juga berasal dari setan sehingga rawan menabrak tata aturan Allah azza wa jalla. Buta pada dampak dan menabrak tata aturan itulah benih-benih pertumbuhan ego diri yang tidak proporsional.

Bila ada yang perlu kita renungkan berulang-ulang nasehatnya, maka di antaranya adalah nasehat dari dua sahabat Rasulullah ini. Sahabat pertama bernama Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, yang memandu batasannya sebagai berikut: "Sikap berhati-hati berasal dari Allah, sedangkan sikap tergesa-gesa datangnya dari setan." Adapun sahabat kedua bernama Amr bin 'Ash radhiyallahu 'anhu, yang berpetuah: "Seseorang akan menyesal akibat dari perbuatan tergesa-gesanya."

Bagi seorang muslim nan Da'i, godaan besar ketergesaan adalah pada tantangan dalam dakwahnya. Kesal terhadap musuh dakwah yang terus menzalimi, lalu ingin segera membalasnya atau berdoa agar Allah menimpakan azab terhadap mereka. Sehingga fokus kita tak lagi berdakwah, namun beralih mengutuki. Padahal Azab adalah hak Allah azza wa jalla, dan Allah tidak akan lalai. Sebagaimana Allah subhanahu wata'ala telah menyatakan dalam surat Ibrahim ayat 42, "Janganlah kamu mengira bahwa Allah itu lupa terhadap apa yang dilakukan oleh orang-orang yang zalim."

Sungguh saat pengharapan akan azab lebih didahulukan daripada pengharapan akan hidayah, maka sesungguhnya itulah ketergesaan. Sebab Azab adalah hasil, sementara hidayah adalah proses. Lebih mengharapkan hasil dan tidak berkenan menjalani proses adalah indikator ketergesaan. Jangankan kepada para Da'i, kepada musuh-musuh-Nya pun diwanti-wanti dengan tegas dalam Ar Ra'd ayat 6, "Mereka meminta kepadamu supaya disegerakan (datangnya) siksa, sebelum (mereka meminta) kebaikan. Padahal telah terjadi bermacam-macam contoh siksa sebelum mereka."

Bahkan lebih ditegaskan lagi dengan firman-Nya di surat Yunus ayat 11, "Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka." Begitulah, sungguh tiada arti kehidupan manusia di dunia ini bila tak lagi memiliki perhatian terhadap proses.

Semoga kita semakin matang dalam berkepribadian, sehingga memahami bahwa proses jauh lebih penting daripada sekadar hasil. Karena kita berada di dunia sebagai aktor, yang akan dinilai sesuai durasi dan kualitas perannya.



Muhammad Irfan Abdul Aziz
17 Ramadhan 1437 H

Twitter: @Daybakh
BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan


Tidak ada komentar: