Kamis, 30 Juni 2016

MEMBENAHI PONDASI IKHLAS DALAM BERDAKWAH (1)


Konsepsi tentang keikhlasan yang cukup mudah kita pahami adalah yang pernah diumpamakan oleh Fudhail bin 'Iyadh. Beliau memberikan definisi pada dua antonim ikhlas, untuk memperjelas perspektif ikhlas itu sendiri.


"Meninggalkan suatu amalan karena manusia adalah perbuatan riya'," kata beliau memulai definisi antonim pertama. Lalu lanjutnya dengan antonim kedua, "Dan melakukan suatu amalan karena manusia itu adalah syirik."

Kemudian tegasnya menutup, "Adapun keikhlasan niat adalah terjaganya amalan dari kedua hal tersebut."

Demikianlah. Seorang Da'i hendaknya menjaga betul perspektif keikhlasan niat ini. Sehingga tidak ada pilihan bagi semua kebaikan, kecuali harus kita lakukan. Tak perlu menjaga diri untuk menunda kebaikan karena khawatir dilihat orang, sebab itulah riya' sesungguhnya. Dan tak perlu pula memaksakan dalam kebaikan hanya demi momentum terlihat orang, sebab itulah syirik sesungguhnya.

Bagi setiap da'i, setiap kebaikan ada pergilirannya. Dilakukan bukan untuk suatu hal, melainkan karena sudah semestinya dilakukan. Dengan demikian, apapun kebaikan yang dilakukan tetap tampil dengan senormal mungkin ekspresi. Tidak terlalu merayakan, juga tidak terlalu mengkhawatirkan. Semata-mata hanya karena Allah subhanahu wata'ala

"Jika suatu amalan dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka amalan tersebut tidak diterima. Apabila amalan itu benar tetapi tidak ikhlas, maka amalan tersebut juga tidak diterima. Sehingga ia berbuat suatu amal yang benar dan ikhlas," lanjut Fudhail bin 'Iyadh di kesempatan lain.

Apa yang dimaksud Benar dan Ikhlas? Kata Fudhail bin 'Iyadh, "Orang yang ikhlas adalah beramal karena Allah dan amalan yang benar adalah amalan yang sesuai dengan sunah Nabi shallallahu alaihi wasallam."

Maka dalam tataran konsepsi, kita membenahi perspektif kita terhadap setiap kebaikan yang hendaknya dilakukan sepenuh kesadaran tanggungjawab akan kebaikan tersebut tanpa pengaruh siapapun. Sementara dalam tataran aplikasi, kita membenahi keterpautan kita dengan Allah Rabb yang dituju dan Rasulullah tauladan yang memandu.

Demikianlah inti Islam yang kita dakwahkan; ikhlas karena Allah dan ihsan terhadap sunah Rasul-Nya. Kepada dua nilai itulah kita menghantarkan setiap jiwa.



Muhammad Irfan Abdul Aziz
24 Ramadhan 1437 H

Twitter: @Daybakh
BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan

Tidak ada komentar: