Sudah sepekan perjalanan Tim Touring
JPRMI ‘Jelajah Masjid Sumatera’. Akhirnya tiba juga di provinsi Bengkulu. Bila
kita menyisir garis pantai selatan pulau Sumatera, maka akan bertemu provinsi ini. Karena ia
terletak di bagian Barat Daya pulau Sumatera.
Inilah
provinsi ke-26 dalam sejarah pemerintahan Republik Indonesia yaitu sejak 18
November 1968, setelah sebelumnya sebagai wilayah Karesidenan dalam provinsi
Sumatera Selatan. Nama ibukotanya sama dengan nama provinsinya, yaitu kota
Bengkulu.
Bila
kita memasukinya, berarti kita telah menjelajah sumatera yang sebenarnya. Sebab
di provinsi inilah beragam objek wisata dan sejarah berhimpun. Semoga dengan
touring Jaringan Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (JPRMI) kali ini, menambah
kekayaan Bengkulu dengan data-data lokasi masjid yang tak kalah dengan
lokasi-lokasi wisatanya. Bahkan mungkin masjid-masjid yang akan digabungkan
dalam aplikasi android AyokeMasjid itu juga dapat menjadi tujuan wisata di
Bengkulu. Mengingat selain warisan Inggris dan Belanda, ada pula warisan
kerajaan Islam di Bengkulu.
Adalah
Kesultanan Banten, salah satu kerajaan yang pernah menguasai wilayah ini dan
menjadikannya sebagai salah satu vazalnya. Maka tidak bisa dipungkiri, bahwa
nilai-nilai Islam pun tumbuh cukup baik di wilayah ini. Bahkan salah satu
kerajinan tradisionalnya menggunakan hiasan huruf-huruf Arab, yaitu Batik
Buserek. Meski demikian, pergulatan ideologi Islam di wilayah ini cukup kuat,
sebab di antara tradisi komunitas Muslim yang berkembang adalah tradisi dari
kalangan Syiah. Berupa peringatan
kematian Husein di tanah Karbala, yang rutin digelar pada hari Asyuro 10
Muharram. Disebutnya pagelaran Tabot, berupa ritual di sekitar pantai.
Inilah
Bengkulu dengan beragam nilai yang dicampurkan oleh banyak sejarah yang saling
bertemu di wilayah ini. Secara teritori, ilmuwan mengatakan bahwa wilayah ini
merupakan patahan bumi yang paling aktif di dunia sebagai potensi gempa. Maka
wilayah ini semacam epicentrum dunia. Dan memang secara sejarah, wilayah ini
juga merupakan titik potensial sebagai pusat operator. Misalnya Inggris pada
tahun 1685, memilih wilayah ini sebagai pusat operasi perdagangan lada-nya setelah
pelabuhan Banten direbut VOC. Maka berdirilah benteng-benteng di wilayah ini,
seperti Benteng York dan benteng Marlborough.
Begitupun
secara Sumber Daya Alam, wilayah ini juga menjadi titik kekayaan alam yang
dimiliki negeri ini. Ada Kopi, Teh, dan Sawit sebagai hasil perkebunannya. Ada
pula Batu Bara dan Emas sebagai hasil tambangnya. Bahkan terkait Emas, Bengkulu
sempat menjadi pusat penambangan emas abad 19 hingga abad 20. Maka bila salah
satu mercusuar Indonesia adalah Tugu Monas yang di atasnya bertengger kebanggaan
bongkahan emas, sesungguhnya sebagian dari bongkahan itu adalah emas dari
kabupaten Lebong provinsi Bengkulu.
Lebih
lagi secara wisata, bahkan sudah lekat dengan slogan provinsi ini sebagai Bumi
Raflesia. Karena di dusun Lubuk yang ada pada wilayah inilah dahulu pada tahun
1818 ditemukan pertama kali bunga terbesar di dunia dengan diameter 100 cm. Bunga
itu kemudian dinamakan bunga Raflesia, karena yang menemukannya adalah Sir
Thomas Raffles dan Dr. Arnoldy. Objek Raflesia inilah yang kini dijadikan ajang
wisata tahunan ke wilayah ini.
Tak
ketinggalan secara politik, wilayah ini juga menjadi wilayah simpul aktivis dan
politisi negeri ini. Dahulu Belanda di tahun 1930-an, menjadikan wilayah ini sebagai
tempat pembuangan aktivis-aktivis kemerdekaan Indonesia. Termasuk tokoh
sekaliber Soekarno pun sempat dibuang di wilayah ini.
InsyaAllah
peran epicentrum Bengkulu akan semakin kokoh dengan terdatanya titik-titik
masjid di wilayahnya. Masjid sebagai simpul umat. Masjid sebagai operator
nilai-nilai keadabannya. Mari jadikan Bengkulu semakin mempesona dengan
masjid-masjidnya!
Tim Humas JPRMI, 1 September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar