Tidak ada hubungan langsung antara
Masjid Kupiah Meukeutop dengan pahlawan nasional yang bernama Teuku Umar. Tapi
melihat masjid Kupiah Meukeutop kita teringat kembali bahwa kemerdekaan bangsa
ini merupakan sumbangsih peran para pahlawan tangguh yang sebagian besarnya beragama
Islam. Salah satunya adalah Teuku Umar, pahlawan nasional kelahiran Meulaboh
tahun 1854. Kelak ia juga gugur syahid di tanah kelahirannya pada 11 Februari
1899 setelah bertempur dengan penjajah Belanda.
Masjid yang pada 10 September 2016 lalu dikunjungi oleh Solo Touring JPRMI (Jaringan Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia) ini sebenarnya bernama Masjid Baitul Musyahadah. Tapi karena kubahnya berbentuk
Kupiah Meukeutop, maka akrablah masyarakat menyebutnya Masjid Kupiah Meukeutop.
Begitupun karena letaknya di jalan Teuku Umar -Setui, Banda Aceh-, maka ia juga
akrab disebut Masjid Teuku Umar. Selain memang Kupiah Meukeutop identik dengan
Teuku Umar.
Kupiah Meukeutop adalah peci khas
Aceh. Biasa digunakan oleh para bangsawan. Selain Teuku Umar, ada pahlawan
Panglima Polem (1845 – 1879) yang juga biasa mengenakan kupiah tersebut. Saat
ini, Kupiah Meukeutop telah menjadi ikon bagi kabupaten Aceh Barat. Kupiah ini
menyimpan makna-makna sebagaimana empat corak warnanya. Merah bermakna
kepahlawanan, kuning bermakna kerajaan, hijau bermakna agama, hitam bermakna
keteguhan, dan putih bermakna kesucian. Seperti itulah kira-kira tipikal putra
Aceh; berjiwa pahlawan, bermarwah kerajaan, bertradisi agama, bersikap teguh,
dan berkepribadian suci. Maka ketika menatap foto Teuku Umar, bayangkanlah lima
unsur itu ada dalam dirinya.
Oya, masih ingat dengan pahlawan
muslimah nan tangguh bernama Cut Nyah Dhien? Nah, itulah sepupu Teuku Umar yang
kemudian hari menjadi istrinya setelah menjanda karena kesyahidan suaminya.
Tepatnya, Cut Nyak Dhien adalah putri Teuku Nanta Setia yang merupakan abang
dari ayahnya Teuku Umar.
Kiprah Teuku Umar di jagat
kepahlawanan cukup unik. Sebab ia melawan Belanda dengan melakukan penyusupan
serta pengecohan. Tujuan penyusupannya adalah mengumpulkan senjata dan uang
rampasan dari Belanda. Lalu pengecohannya dilakukan untuk menghantam balik
Belanda dengan senjata-senjata dari mereka.
Inilah pahlawan muslim yang
hendaknya selalu kita hayati perjuangannya dalam membebaskan negeri ini dari
penjajahan Belanda. Ia adalah keponakan Raja Meulaboh. Bangsa ini telah
mengabadikan namanya di banyak jalan-jalan yang ada di negeri ini, selain juga
di sebuah kapal perang milik TNI Angkatan Laut dan sebuah kampus di Meulaboh.
Kapal itu bernama KRI Teuku Umar. Kampus itu bernama Universitas Teuku Umar.
Berkunjunglah ke Masjid Baitul
Musyahadah yang berkubah Kupiah Meukeutop di jalan Teuku Umar – Banda Aceh.
Hanya 3 kilometer dari Masjid Raya Baiturrahman, masjid provinsi Daerah
Istimewa Nanggroe Aceh Darussalam. Di masjid Baitul Musyahadah; kita bisa
meresapi makna-makna yang terkandung dalam corak Kupiah Meukeutop, kita bisa
menghayati kembali perjuangan Pahlawan Nasional Teuku Umar. Allahu Akbar!
Tim
Humas JPRMI, 21 September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar