Rabu, 21 September 2016

MASJID KUPIAH MEUKEUTOP DAN PAHLAWAN NASIONAL TEUKU UMAR


Tidak ada hubungan langsung antara Masjid Kupiah Meukeutop dengan pahlawan nasional yang bernama Teuku Umar. Tapi melihat masjid Kupiah Meukeutop kita teringat kembali bahwa kemerdekaan bangsa ini merupakan sumbangsih peran para pahlawan tangguh yang sebagian besarnya beragama Islam. Salah satunya adalah Teuku Umar, pahlawan nasional kelahiran Meulaboh tahun 1854. Kelak ia juga gugur syahid di tanah kelahirannya pada 11 Februari 1899 setelah bertempur dengan penjajah Belanda.


Masjid yang pada 10 September 2016 lalu dikunjungi oleh Solo Touring JPRMI (Jaringan Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia) ini sebenarnya bernama Masjid Baitul Musyahadah. Tapi karena kubahnya berbentuk Kupiah Meukeutop, maka akrablah masyarakat menyebutnya Masjid Kupiah Meukeutop. Begitupun karena letaknya di jalan Teuku Umar -Setui, Banda Aceh-, maka ia juga akrab disebut Masjid Teuku Umar. Selain memang Kupiah Meukeutop identik dengan Teuku Umar.

Kupiah Meukeutop adalah peci khas Aceh. Biasa digunakan oleh para bangsawan. Selain Teuku Umar, ada pahlawan Panglima Polem (1845 – 1879) yang juga biasa mengenakan kupiah tersebut. Saat ini, Kupiah Meukeutop telah menjadi ikon bagi kabupaten Aceh Barat. Kupiah ini menyimpan makna-makna sebagaimana empat corak warnanya. Merah bermakna kepahlawanan, kuning bermakna kerajaan, hijau bermakna agama, hitam bermakna keteguhan, dan putih bermakna kesucian. Seperti itulah kira-kira tipikal putra Aceh; berjiwa pahlawan, bermarwah kerajaan, bertradisi agama, bersikap teguh, dan berkepribadian suci. Maka ketika menatap foto Teuku Umar, bayangkanlah lima unsur itu ada dalam dirinya.

Oya, masih ingat dengan pahlawan muslimah nan tangguh bernama Cut Nyah Dhien? Nah, itulah sepupu Teuku Umar yang kemudian hari menjadi istrinya setelah menjanda karena kesyahidan suaminya. Tepatnya, Cut Nyak Dhien adalah putri Teuku Nanta Setia yang merupakan abang dari ayahnya Teuku Umar.

Kiprah Teuku Umar di jagat kepahlawanan cukup unik. Sebab ia melawan Belanda dengan melakukan penyusupan serta pengecohan. Tujuan penyusupannya adalah mengumpulkan senjata dan uang rampasan dari Belanda. Lalu pengecohannya dilakukan untuk menghantam balik Belanda dengan senjata-senjata dari mereka.

Inilah pahlawan muslim yang hendaknya selalu kita hayati perjuangannya dalam membebaskan negeri ini dari penjajahan Belanda. Ia adalah keponakan Raja Meulaboh. Bangsa ini telah mengabadikan namanya di banyak jalan-jalan yang ada di negeri ini, selain juga di sebuah kapal perang milik TNI Angkatan Laut dan sebuah kampus di Meulaboh. Kapal itu bernama KRI Teuku Umar. Kampus itu bernama Universitas Teuku Umar.

Berkunjunglah ke Masjid Baitul Musyahadah yang berkubah Kupiah Meukeutop di jalan Teuku Umar – Banda Aceh. Hanya 3 kilometer dari Masjid Raya Baiturrahman, masjid provinsi Daerah Istimewa Nanggroe Aceh Darussalam. Di masjid Baitul Musyahadah; kita bisa meresapi makna-makna yang terkandung dalam corak Kupiah Meukeutop, kita bisa menghayati kembali perjuangan Pahlawan Nasional Teuku Umar. Allahu Akbar!


__________

Tim Humas JPRMI, 21 September 2016


Tidak ada komentar: