sumber: islamicfinancialeducationinitiative.com |
Bicara tentang perencanaan
finansial, sesungguhnya hal yang ingin kita capai adalah ketenangan masa depan.
Bahwa dengan perencanaan itu, kita sedikit banyak bisa memprediksi untuk masa
depan. Memang masa depan yang terencana cenderung membuat diri kita tenang.
Tapi itu baru dari aspek akal.
Adapun kita tidak boleh lupa,
bahwa ketenangan itu soal rasa, dan rasa itu dikelola oleh hati. Bahwa sebagaimana
suasana hati kita, maka itulah rasa kehidupan kita. Maka jika kita ingin
mendapatkan ketenangan dalam hidup, tidak hanya menyentuh aspek akal dengan
hitung-hitungan rasional, tapi hendaknya juga menyentuh aspek hati dengan
segala faktor yang menenangkannya.
Ketenangan hati akan tercapai
bila ia beredar sesuai orbitnya. Adapun orbit hati manusia adalah Sang Pencipta
beserta segala ketetapan dan ketentuan-Nya. Karena itu, sumber ketentraman itu
sesungguhnya dua hal berikut: Keridhoan Allah subhanahu wata’ala dan
Keyakinan bahwa Allah Yang Maha Memberi Rezeki. Bila salah satu atau kedua
sumber itu tidak kita capai, maka sedikit banyak akan mengganggu ketentraman
hati kita. Seberapa bagusnya kita membuat perencanaan finansial, namun bila abai
mencapai sumber-sumber ketentraman itu, maka kita tidak akan pernah sampai pada
titik ketentraman yang hakiki.
Di sinilah beda antara Islamic
Finansial Planning (Perencanaan Finansial Islami) dengan Finansial
Planning lainnya. Bahwa perencanaan finansial dalam Islam tidak hanya
menekankan pada hitung-hitungan akal, namun juga penataan hati. Maka tidak
cukup dengan kaca mata rasional, namun juga harus menyertakan kaca mata
spiritual.
Maka, untuk mencapai ketentraman finansial, hendaknya kita capai dua hal berikut:
1. Keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Hal tertinggi yang hendaknya kita capai dalam kehidupan ini adalah ridho Allah semata. Bila semua yang ada di dunia bersumber dari Allah, maka sumber ketentraman juga dari Allah. Maka bagaimana kita akan tentram bila kita melakukan transaksi dalam kehidupan ini yang mengundang murka Allah karena melanggar larangan-Nya.
Allah subhanahu wata’ala telah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 162, “Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah?”
Kunci mendapatkan keridhoan Allah adalah bersyukur atas segala karunia-Nya. Sebab kufurnya kita atas nikmat-Nya akan melahirkan tindak tanduk diri yang tidak pernah puas lalu ingin mendapatkan selainnya dengan nafsu ketamakan yang melampaui batas-batas aturan muamalah yang disyariatkan.
Kesyukuran inilah yang ditekankan dalam surat az Zumar ayat 7, “...dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” Rasulullah sendiri sering berdoa dengan lafadz Alhamdu laka hata tardho (Segala puji bagi-Mu hingga Engkau ridho).
2. Keyakinan bahwa Allah Yang Maha Memberi Rezeki
Hal kedua yang menjadi sumber ketentraman adalah keyakinan kita pada Allah, bahwa Allah Yang Maha Memberi Rezeki. Sedikit saja kita lupa akan keyakinan ini, maka kegalauan yang akan melanda kita.
Tidak tentram dan terlalu takut akan masa depan, karena menipisnya keyakinan kita akan kuasa Allah atas rezeki kita. Padahal Allah subhanahu wata’ala telah tegaskan dalam surat Fathir ayat 3, “Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?”
Epilog
Dengan memahami dua sumber ketentraman tersebut, maka hendaknya setiap Muslim punya konsen terhadap keduanya di setiap proses perencanaan finansialnya. Dalam merencanakan finansial hendaknya selalu dengan transaksi sesuai syariah yang diridhoi Allah dan dengan pendekatan keyakinan bahwa Allah Yang Maha Memberi Rezeki.
Jakarta, 25 Agustus 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar