Selasa, 05 Juli 2016

HASIL KESABARAN PASCA BERPUASA (2)


Dia (Nuh) berkata: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang. Maka seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri.’


Apa yang pernah dialami oleh Nabi Nuh alaihissalam tersebut sebagaimana disampaikan dalam surat Nuuh ayat 5 sampai 7, sangat mungkin akan kita alami juga dalam berdakwah. Bahkan berapa banyak yang sudah mengalami penolakan dalam dakwahnya?

Namun contohlah Nabi Nuh alaihissalam yang mengatakan di dua ayat selanjutnya, “Lalu sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan. Kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam.

Respon sinis tak membuat Nuh alaihissalam pesimis, namun ia terus menyeru dengan terang-terangan ataupun diam-diam. Lagi dan lagi, itulah nilai kesabarannya. Meskipun mereka menjawab seperti yang pernah dikatakan oleh Musyrikin Quraisy dan terabadikan dalam Fushshilat ayat 5, “Hati kami sudah tertutup dari apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan, dan di antara kami dan kamu ada dinding, karena itu lakukanlah (sesuai kehendakmu), sesungguhnya kami akan melakukan (sesuai kehendak kami).

Sungguh, bukan hanya sikap cuek dan sinis yang mungkin kita terima saat berdakwah. Lebih dari itu adalah sikap perlawanan lisan yang menghinakan dan perlakuan yang menistakan. Tapi memang seperti itulah yang juga diingatkan oleh Allah subhanahu wata’ala dalam surat Ali Imran ayat 186, “Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang Musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.

Maka teladanilah para Nabi dan Rasul yang menghadapi semua tantangan itu dengan jawaban nan tegar seperti yang terabadikan dalam surat Ibrahim ayat 12, “Dan kami sungguh akan tetap bersabar terhadap gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang yang bertawakkal berserah diri.

Sungguh para Nabi dan Rasul itu telah menjalankan apa yang dituntunkan Allah azza wa jalla. Maka kita sebagai pewaris Rasulullah juga hendaknya menjalankan tuntunan Allah azza wa jalla tersebut dalam al Muzammil ayat 10, “Dan bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.

Mungkin kita bisa pula mendawamkan doa yang dahulu diutarakan oleh para penyihir Fir’aun yang bertaubat. “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan muslim (berserah diri kepada-Mu),” begitu doanya yang abadi di surat al A’raf ayat 126.

Ada satu lagi kesabaran yang diperlukan oleh seorang Da’i, yaitu ketika menanti pertolongan. Lamanya pertolongan hadir sungguh menguji kesabarannya. Namun lupa, bahwasannya pertolongan justru datangnya ketika di puncak tiada lagi harapan selain kepada-Nya. Sebab saat itulah, Allah subhanahu wata’ala senang memberi pertolongan karena menjadi satu-satunya pengharapan. Dan saat itu pula, seorang Da’i akan totalitas mencari solusi terbaik. Itu sebabnya Allah subhanahu wata’ala senang memberikan pertolongan di titik seperti ini. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Yusuf ayat 110, “Sehingga apabila para Rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan kaumnya) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para Rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan siksa Kami tidak dapat ditolak dari orang yang berdosa.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pun pernah berpesan terkait pengharapan akan pertolongan ini. “Doa kalian akan dikabulkan Allah selama tidak tergesa-gesa (mendahului beranggapan bahwa doanya tidak dikabulkan). Yaitu dengan mengatakan ‘Aku sudah berdoa akan tetapi tidak dikabulkan’, maka orang itu lalu meninggalkan doanya (tidak berdoa lagi).” (HR. Bukhari & Muslim)

Semoga Ramadhan ini berhasil menempa kesabaran kita dalam berdakwah, dalam menghadapi segala respon, serta dalam menanti pertolongan dari-Nya. Kesabaran inilah yang akan membuat kita mulia dan layak meraih capaian kemuliaan. Aamiin.



Muhammad Irfan Abdul Aziz
30 Ramadhan 1437 H

Twitter: @Daybakh
BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan


Tidak ada komentar: