“Dia (Nuh) berkata: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru
kaumku malam dan siang. Maka seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka
lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka (untuk
beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya
dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan
diri.’”
Apa yang pernah dialami oleh Nabi Nuh alaihissalam tersebut sebagaimana
disampaikan dalam surat Nuuh ayat 5 sampai 7, sangat mungkin akan kita alami
juga dalam berdakwah. Bahkan berapa banyak yang sudah mengalami penolakan dalam
dakwahnya?
Namun contohlah Nabi Nuh alaihissalam yang mengatakan di dua
ayat selanjutnya, “Lalu sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman)
dengan cara terang-terangan. Kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan
terang-terangan dan dengan diam-diam.”
Respon sinis tak membuat Nuh alaihissalam pesimis, namun ia
terus menyeru dengan terang-terangan ataupun diam-diam. Lagi dan lagi, itulah
nilai kesabarannya. Meskipun mereka menjawab seperti yang pernah dikatakan oleh
Musyrikin Quraisy dan terabadikan dalam Fushshilat ayat 5, “Hati kami sudah
tertutup dari apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada
sumbatan, dan di antara kami dan kamu ada dinding, karena itu lakukanlah (sesuai
kehendakmu), sesungguhnya kami akan melakukan (sesuai kehendak kami).”
Sungguh, bukan hanya sikap cuek dan sinis yang mungkin kita terima
saat berdakwah. Lebih dari itu adalah sikap perlawanan lisan yang menghinakan dan
perlakuan yang menistakan. Tapi memang seperti itulah yang juga diingatkan oleh
Allah subhanahu wata’ala dalam surat Ali Imran ayat 186, “Kamu pasti
akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal
yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu
dan dari orang-orang Musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.”
Maka teladanilah para Nabi dan Rasul yang menghadapi semua
tantangan itu dengan jawaban nan tegar seperti yang terabadikan dalam surat
Ibrahim ayat 12, “Dan kami sungguh akan tetap bersabar terhadap gangguan
yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang yang
bertawakkal berserah diri.”
Sungguh para Nabi dan Rasul itu telah menjalankan apa yang
dituntunkan Allah azza wa jalla. Maka kita sebagai pewaris Rasulullah
juga hendaknya menjalankan tuntunan Allah azza wa jalla tersebut dalam
al Muzammil ayat 10, “Dan bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan
dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.”
Mungkin kita bisa pula mendawamkan doa yang dahulu diutarakan oleh
para penyihir Fir’aun yang bertaubat. “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran
kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan muslim (berserah diri kepada-Mu),”
begitu doanya yang abadi di surat al A’raf ayat 126.
Ada satu lagi kesabaran yang diperlukan oleh seorang Da’i, yaitu
ketika menanti pertolongan. Lamanya pertolongan hadir sungguh menguji
kesabarannya. Namun lupa, bahwasannya pertolongan justru datangnya ketika di puncak
tiada lagi harapan selain kepada-Nya. Sebab saat itulah, Allah subhanahu
wata’ala senang memberi pertolongan karena menjadi satu-satunya pengharapan.
Dan saat itu pula, seorang Da’i akan totalitas mencari solusi terbaik. Itu
sebabnya Allah subhanahu wata’ala senang memberikan pertolongan di titik
seperti ini. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Yusuf ayat 110, “Sehingga
apabila para Rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan kaumnya) dan
telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para Rasul itu
pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan siksa
Kami tidak dapat ditolak dari orang yang berdosa.”
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pun pernah berpesan
terkait pengharapan akan pertolongan ini. “Doa kalian akan dikabulkan Allah
selama tidak tergesa-gesa (mendahului beranggapan bahwa doanya tidak
dikabulkan). Yaitu dengan mengatakan ‘Aku sudah berdoa akan tetapi tidak
dikabulkan’, maka orang itu lalu meninggalkan doanya (tidak berdoa lagi).”
(HR. Bukhari & Muslim)
Semoga Ramadhan ini berhasil menempa kesabaran kita dalam
berdakwah, dalam menghadapi segala respon, serta dalam menanti pertolongan
dari-Nya. Kesabaran inilah yang akan membuat kita mulia dan layak meraih capaian
kemuliaan. Aamiin.
Muhammad Irfan Abdul Aziz
30 Ramadhan 1437 H
Twitter: @Daybakh
BBM PIN: 56C730A3
Channel Telegram: @MadrasahRamadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar