Tersiar kabar pada 20 Juli kemarin, Necmi Akman telah
bunuh diri. Ia adalah pejabat setara kepala daerah di wilayah Manisa. Hal itu
dilakukan setelah namanya keluar sebagai kader Feto. Kenapa harus bunuh diri?
Mungkin itu pertanyaan di benak kita. Ketakutan, mungkin. Tapi, kenapa pula
harus takut? Bila memang di pihak yang benar.
Necmi Akman tidak seorang diri. Banyak pula yang mulai
keluar dari keanggotaan Sindika/Vakbond (Feto) di mana mereka bekerja. Mereka
juga mulai menghapus semua jejak di sosial media. Sekali lagi, hal ini
dilakukan setelah kudeta gagal, yang semula mereka harapkan berhasil.
Wakil Perdana Menteri Mehmet Simsek telah menyatakan,
bahwa lebih dari 1000 tentara telah kabur. Kenapa? Lagi-lagi tambahan
pertanyaan yang terus menumpuk di benak-benak kita. Kabur merupakan sebentuk
lari dari kenyataan. Itu artinya tidak berani menghadapi konsekuensi. Hanya
orang-orang berjiwa pengecut atau yang meang tidak punya pijakan kebenaran yang
akan melakukan hal seperti itu.
Tapi perjalanan Feto bukanlah perjalanan beberapa
tahun. Empat puluh tahun telah ia lalui. Dan selama itu pula, Feto terus
mengembangkan sumber dayanya. Pada bidang Pendidikan saja, mereka memiliki guru
sebanyak 60 ribu. Dari 60 ribu itu, sebanyak 15.200 guru masih terlibat aktif
di organisasi Feto. Maka kita bisa bayangkan, jika para pembuat makar itu
ditumpas, maka serta-merta terbuka lowongan pekerjaan untuk puluhan ribu orang.
Pendidikan memang program utama mereka. Di Indonesia saja
telah berdiri beberapa sekolah Indonesia – Turki yang merupakan kerjasama
dengan PASIAD, lininya Feto. Ada Lembaga Pendidikan Pribadi (Depok), Pribadi Bilingual
Boarding School (Bandung), Kharisma Bangsa (Tangerang Selatan), Semesta (Semarang),
Kesatuan Bangsa (Yogyakarta), Sragen Bilingual Boarding School (Sragen), Fatih Bilingual
School Putra dan Putri (Aceh), dan Banoa (Kalimantan Selatan).
Namun kemarin (22/7) antaranews.com memberitakan bahwa
UIN Syarif Hidayatullah telah menghentikan kerjasama dengan Fethullah Gulen
Chair sebelum Ramadhan. “Pemutusan kerjasama ini berdasarkan berbagai
pertimbangan mendasar,” kata Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Dede
Rosyada.
“Pihak Dubes Turki di Jakarta memberi saran ke Dirjen
Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama RI agar kerjasama dengan pihak
Fethullah Gulen Chair ditinjau ulang,” tambah Profesor Dede memberikan
alasannya. Ke depannya, ia ingin kerjasama dilakukan oleh pemerintah dengan
pemerintah, dan bukan dengan LSM.
Selain bidang pendidikan, Feto juga membangun jaringan
medianya. Tiga belas media televisi milik mereka adalah STV, Samanyolu Haber, Can
Erzincan TV, Kanal 124, Yumurcak TV, Hira TV, MC TV, Dunya TV, Kanal Turk, Bugun
TV, Mehtap TV, Merkur TV, dan Tuna Shoping TV. Adapun radio milik mereka ada 11
yaitu Samanyolu Haber Radyo, Kanal Turk Radyo, Berfin FM, Burc FM, Radyo
Mehtap, Haber Radyo Ege, Dunya Radyo, Radyo Kure, Esra Radyo, Samanyolu Haber
Radyosu, dan Samanyolu Haber Radyo Anadolu.
Terhadap para pelaku Kudeta kali ini, masyarakat telah
menuntut untuk dikenakan hukuman mati. Menteri Agama pun telah mengeluarkan
fatwa untuk tidak mensholati pelaku kudeta yang meninggal. Bahkan di kota Ordu,
pemerintah setempat tidak mengizinkan kuburan umum bagi jenazah kudeta.
Dalam perjalanan Turki, tuntutan ini tentu tidak
mudah. Mengingat sejak 1984 belum ada hukuman mati di Turki. Bahkan sejak 2004,
Turki menghapus hukuman mati untuk memenuhi syarat bergabung dengan Uni Eropa.
Tapi Erdogan menyambut tuntutan ini dengan menyatakan bahwa kali ini tidak akan
menunda hukuman mati.
Tapi beginilah yang terjadi dan harus dihadapi. Kita
teringat pesan Imam Syafi’i, ketika ditanya bagaimana mengetahui ahlul haq di
zaman fitnah. Jawab beliau sederhana, “Ke mana arah senjata musuh itulah ahlul
haq.”
Mari kita merunut awal pekan ini. Anadolu Agency telah
melaporkan pada hari Senin (18/7) bahwa Atase Militer Turki untuk Kuwait yaitu
Mikail Gullu telah ditahan oleh Pejabat Arab Saudi setelah adanya permintaan
dari Ankara pada hari Minggu (17/7). Mikail Gullu sempat meninggalkan Kuwait
setelah gagalnya Kudeta, lalu transit di Dammam untuk lanjut ke Amsterdam
(Belanda). Di Dammam itulah ia ditangkap. Selanjutnya pemerintah Arab Saudi
akan segera memproses ekstradisinya ke Turki.
Mikail Gullu diperkirakan akan ditunjuk sebagai
Presiden Teknik dan Industri Chemical Corporation jika kudeta itu berhasil.
Beginilah kerja agen-agen CIA yang ditanam di perusahaan-perusahaan swasta.
Tidak perlu terkejut.
Merespon kondisi Turki, Raja Salman bin Abdul Aziz
mengucapkan selamat kepada Erdogan. Sebagaimana disampaikan oleh Saudi Press
Agency, “Yang Mulia (Raja Salman) mengucapkan selamat untuk Presiden Erdogan
yang mengembalikan kondisi normal di Turki dan menyatakan Kerajaan Arab Saudi
menyambut keamanan dan stabilitas yang dipulihkan oleh pimpinan Yang Mulia
(Erdogan) dan melanjutkan kerja pemerintah Turki.”
Kini, di rumah-rumah dan di kendaraan-kendaraan
kader-kader Feto marak mengibarkan bendera Turki. Ada apa? Bila mereka
melakukan semua ini untuk kebaikan Turki, kenapa baru dalam kondisi tertekan
merasa perlu mengibarkan bendera Turki?
Nusantara, 23 Juli 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar