Apa yang terjadi di Turki tentu bukan sekadar sosok
Erdogan semata. Ada banyak elemen yang menyertainya dan menyempurnakannya. Bila
boleh bertanya apa yang membuat Erdogan segera bergabung dengan masyarakat,
maka di antara yang mendorongnya adalah laporan dan arahan cepat dari Kepala
Intelijen Turki. Selain memang kedekatan Erdogan kepada rakyatnya.
“Terjadi kudeta, tuan Presiden!” begitu lapor Hakan
Fidan, sang Kepala Intelijen Turki. “Kami akan bertempur dengan mereka hingga mati!
Anda bergabunglah bersama rakyat, nyatakan keadaan darurat sekarang juga!”
Lalu bila boleh bertanya lagi apa yang membuat
masyarakat berbondong-bondong berhimpun menyambut Erdogan, maka di antara yang
mendorongnya adalah seruan Mehmet Gormez selaku Menteri Agama yang menyatakan
bahwa turun ke jalan melawan kudeta militer adalah jihad. Selain juga memang
kecintaan rakyat kepada Erdogan.
Maka kita menyaksikan sampai Sabtu malam (16/7), massa
masih di jalan-jalan untuk memastikan kondisi sudah terkendali. Di sisi lain, Panglima
Militer Jenderal Hulus Akar pun telah kembali setelah sempat disekap dengan
tangan terborgol dan leher diikat dengan sabuk oleh para kudeta. Daftar korban
meninggal bertambah hingga 161 jiwa, dan korban terluka hingga 1440 orang.
Masjid-masjid mulai menyerukan untuk shalat Ghaib bagi semua korban.
Dan kita menemukan pemandangan menarik setelahnya; di
mana Abdullah Gul, Receb Thayyib Erdogan, Ismail Kahraman dan Ahmet Davutoglu
berdampingan menunaikan sholat jenazah di masjid Fatih Cami, Istanbul. Empat
pemimpin yang belakangan diisukan retak itu saling bersama. Salah satu yang
disholatkan adalah jenazah Prof. Dr. Ilhan Varank, professor dari Yildiz Teknik
University.
Erdogan kemudian menyampaikan terima kasih melalui
telepon kepada pemimpin CHP dan MHP selaku partai oposisi yang telah memberikan
dukungan menghadapi Kudeta. Walaupun kebenaran dan kebatilan tidak akan pernah
sungguh-sungguh bersatu. Seperti yang dilakukan kalangan Komunis di Turki,
dengan menyebarkan wacana pasca Kudeta. Mereka menulis di media-media sosial
berusaha menampilkan gambar buruk bagi Erdogan, “14 tahun berupaya menghabisi
PKK, 13 bulan mengebom, dalam 4 jam dapat menghentikan Kudeta. Omong kosong!”
Tersangka Kudeta telah mencapai 2839 orang. Delapan
jenderal telah ditangkap termasuk kepala ajudan Presiden. Pemerintah pun terus
mensosialisasikan fakta-fakta Kudeta. Ada yang menarik dalam sosialisasi
pemerintah ini. Selain melalui siaran televisi, sosialisasi juga digencarkan
oleh Turk Telekom dengan memberi bonus ke pelanggan yang mengakses sosialisasi
itu berupa pulsa gratis 100 menit dan 500 MB dalam sebulan.
Satu hal yang juga tak lupa dilakukan oleh pemerintah
Turki adalah mengancam untuk memerangi Amerika Serikat jika tidak menyerahkan
Fethullah Gulen. Perdana Menteri Yildirim menegaskan, “Dokumen Fethullah Gulen
telah dikirim ke AS agar Fethullah Gulen dikirim ke Turki. Menteri Luar Negeri
AS John Kerry pernah berjanji, bila terima permintaan resmi akan dipenuhi.”
Pengadilan Turki memang setahun terakhir ini telah
menyatakan bahwa Feto sebagai organisasi para pengikut Fethullah Gulen
merupakan organisasi terlarang karena tindak terorismenya yang ingin mendirikan
Negara tandingan. Tentu ini bertentangan dengan semangat UU Turki.
Oleh karenanya, di setiap momen sering kita dapati
Erdogan tampil dengan symbol Rabia atau menegakkan empat jari. Tanda Rabia ini
bukan sekadar tren medan Rabia Mesir beberapa waktu lalu, namun itulah
sesungguhnya spirit kedaulatan Turki saat ini. Simbol Rabia atau simbol empat
jari bermakna Satu Bangsa, Satu Negara, Satu Bendera dan Satu Pemerintahan.
Itulah nilai dari UU Turki yang didukung oleh semua kalangan, kecuali kelompok
HDP atau PKK.
Orang selama ini memandang PKK sebatas bangsa Kurdi.
Tapi bila mereka banyak tertangkap di rumah-rumah jamaahnya Fethullah Gulen,
tentu membuat banyak pihak bertanya-tanya. Adakah sokongan dan aliran dana
untuk mereka?
Mari kita keluar menelisik suara-suara di beragam
Negara. Yang terdekat adalah Mesir, tetiba tiga harian secara serentak mencetak
pada headline berita-nya bahwa Tentara menguasai Turki dan menumbangkan
Erdogan. Yaitu harian surat kabar al Ahram, al Mishri al Yaum, dan al Wathan.
Silakan membayangkan sembari tersenyum.
Di Indonesia pun ada yang turut menyalahkan Erdogan.
Dengan semangat mendukung kudeta. Dan di antara yang menyalahkan Erdogan dan
semangat mendukung kudeta adalah politisi PDIP Zuhairi Misrawi. Pahamlah.
Sementara di Australia, ratusan orang dari komunitas Turki
Melbourne berkumpul dengan membawa bendera Turki, memberikan dukungan terhadap
Erdogan melalui demontrasi di perpustakaan Broadmeadows. “Kudeta tak apa-apa
tetapi melanggar demokrasi dan pemerintahan sipil. Dengan Kudeta Militer, kami
menyaksikan mana yang demokrat sejati dan mana orang-orang munafik. Kita katakan
demokrasi akan mengalahkan orang-orang munafik,” ucap Kuku Aykan dari Dewan
Islam Victoria.
Terakhir mari kita cermati komentar dari salah satu
pemain FC Barcelona di Spanyol yang merupakan seorang berkebangsaan Turki.
Namanya Arda Turan.
“Kali ini saya bukan sedang berpura-pura memuji Anda.
Roda zaman terus berputar. Saya tulis ini karena tidak ada satupun yang
menginginkan keresahan negeri Turki. Anda menjenguk rakyat kami yang sakit, Anda
mendengar keluhan masalah-masalah kami, Anda menemui kami yang mencintai Anda.
Bahkan Anda-lah saudara kami dalam segala macam kondisi. Anda-lah saudara
sebenar-benar saudara. Hari-hari ini mungkin hari-hari Anda yang sungguh amat
berat, kami bersama Anda mendukung di samping Anda, Erdogan. Saya pun yakin Anda
kembali melahirkan persatuan rakyat Turki. Semoga Tuhan langit dan bumi
memberikan kebahagiaan kepada Anda, wahai nuraniku, kesetiaanku, dan kekasihku.
Anda-lah pemimpin yang sebenar-benar pemimpin dalam kondisi apapun. (Dari saya
pemain sepakbola, dari pikiran yang jernih) #HidupRepublikTurki”
Begitu tulisnya. Titik.
Nusantara, 22 Juli 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar