Sabtu, 23 Juli 2016

Bagian VI: RESPON DALAM DAN LUAR NEGERI TURKI (Memaknai Kebersamaan yang Sebenarnya)


Apa yang terjadi di Turki tentu bukan sekadar sosok Erdogan semata. Ada banyak elemen yang menyertainya dan menyempurnakannya. Bila boleh bertanya apa yang membuat Erdogan segera bergabung dengan masyarakat, maka di antara yang mendorongnya adalah laporan dan arahan cepat dari Kepala Intelijen Turki. Selain memang kedekatan Erdogan kepada rakyatnya.


“Terjadi kudeta, tuan Presiden!” begitu lapor Hakan Fidan, sang Kepala Intelijen Turki. “Kami akan bertempur dengan mereka hingga mati! Anda bergabunglah bersama rakyat, nyatakan keadaan darurat sekarang juga!”

Lalu bila boleh bertanya lagi apa yang membuat masyarakat berbondong-bondong berhimpun menyambut Erdogan, maka di antara yang mendorongnya adalah seruan Mehmet Gormez selaku Menteri Agama yang menyatakan bahwa turun ke jalan melawan kudeta militer adalah jihad. Selain juga memang kecintaan rakyat kepada Erdogan.

Maka kita menyaksikan sampai Sabtu malam (16/7), massa masih di jalan-jalan untuk memastikan kondisi sudah terkendali. Di sisi lain, Panglima Militer Jenderal Hulus Akar pun telah kembali setelah sempat disekap dengan tangan terborgol dan leher diikat dengan sabuk oleh para kudeta. Daftar korban meninggal bertambah hingga 161 jiwa, dan korban terluka hingga 1440 orang. Masjid-masjid mulai menyerukan untuk shalat Ghaib bagi semua korban.

Dan kita menemukan pemandangan menarik setelahnya; di mana Abdullah Gul, Receb Thayyib Erdogan, Ismail Kahraman dan Ahmet Davutoglu berdampingan menunaikan sholat jenazah di masjid Fatih Cami, Istanbul. Empat pemimpin yang belakangan diisukan retak itu saling bersama. Salah satu yang disholatkan adalah jenazah Prof. Dr. Ilhan Varank, professor dari Yildiz Teknik University.

Erdogan kemudian menyampaikan terima kasih melalui telepon kepada pemimpin CHP dan MHP selaku partai oposisi yang telah memberikan dukungan menghadapi Kudeta. Walaupun kebenaran dan kebatilan tidak akan pernah sungguh-sungguh bersatu. Seperti yang dilakukan kalangan Komunis di Turki, dengan menyebarkan wacana pasca Kudeta. Mereka menulis di media-media sosial berusaha menampilkan gambar buruk bagi Erdogan, “14 tahun berupaya menghabisi PKK, 13 bulan mengebom, dalam 4 jam dapat menghentikan Kudeta. Omong kosong!”

Tersangka Kudeta telah mencapai 2839 orang. Delapan jenderal telah ditangkap termasuk kepala ajudan Presiden. Pemerintah pun terus mensosialisasikan fakta-fakta Kudeta. Ada yang menarik dalam sosialisasi pemerintah ini. Selain melalui siaran televisi, sosialisasi juga digencarkan oleh Turk Telekom dengan memberi bonus ke pelanggan yang mengakses sosialisasi itu berupa pulsa gratis 100 menit dan 500 MB dalam sebulan.

Satu hal yang juga tak lupa dilakukan oleh pemerintah Turki adalah mengancam untuk memerangi Amerika Serikat jika tidak menyerahkan Fethullah Gulen. Perdana Menteri Yildirim menegaskan, “Dokumen Fethullah Gulen telah dikirim ke AS agar Fethullah Gulen dikirim ke Turki. Menteri Luar Negeri AS John Kerry pernah berjanji, bila terima permintaan resmi akan dipenuhi.”

Pengadilan Turki memang setahun terakhir ini telah menyatakan bahwa Feto sebagai organisasi para pengikut Fethullah Gulen merupakan organisasi terlarang karena tindak terorismenya yang ingin mendirikan Negara tandingan. Tentu ini bertentangan dengan semangat UU Turki.

Oleh karenanya, di setiap momen sering kita dapati Erdogan tampil dengan symbol Rabia atau menegakkan empat jari. Tanda Rabia ini bukan sekadar tren medan Rabia Mesir beberapa waktu lalu, namun itulah sesungguhnya spirit kedaulatan Turki saat ini. Simbol Rabia atau simbol empat jari bermakna Satu Bangsa, Satu Negara, Satu Bendera dan Satu Pemerintahan. Itulah nilai dari UU Turki yang didukung oleh semua kalangan, kecuali kelompok HDP atau PKK.

Orang selama ini memandang PKK sebatas bangsa Kurdi. Tapi bila mereka banyak tertangkap di rumah-rumah jamaahnya Fethullah Gulen, tentu membuat banyak pihak bertanya-tanya. Adakah sokongan dan aliran dana untuk mereka?

Mari kita keluar menelisik suara-suara di beragam Negara. Yang terdekat adalah Mesir, tetiba tiga harian secara serentak mencetak pada headline berita-nya bahwa Tentara menguasai Turki dan menumbangkan Erdogan. Yaitu harian surat kabar al Ahram, al Mishri al Yaum, dan al Wathan. Silakan membayangkan sembari tersenyum.

Di Indonesia pun ada yang turut menyalahkan Erdogan. Dengan semangat mendukung kudeta. Dan di antara yang menyalahkan Erdogan dan semangat mendukung kudeta adalah politisi PDIP Zuhairi Misrawi. Pahamlah.

Sementara di Australia, ratusan orang dari komunitas Turki Melbourne berkumpul dengan membawa bendera Turki, memberikan dukungan terhadap Erdogan melalui demontrasi di perpustakaan Broadmeadows. “Kudeta tak apa-apa tetapi melanggar demokrasi dan pemerintahan sipil. Dengan Kudeta Militer, kami menyaksikan mana yang demokrat sejati dan mana orang-orang munafik. Kita katakan demokrasi akan mengalahkan orang-orang munafik,” ucap Kuku Aykan dari Dewan Islam Victoria.

Terakhir mari kita cermati komentar dari salah satu pemain FC Barcelona di Spanyol yang merupakan seorang berkebangsaan Turki. Namanya Arda Turan.

“Kali ini saya bukan sedang berpura-pura memuji Anda. Roda zaman terus berputar. Saya tulis ini karena tidak ada satupun yang menginginkan keresahan negeri Turki. Anda menjenguk rakyat kami yang sakit, Anda mendengar keluhan masalah-masalah kami, Anda menemui kami yang mencintai Anda. Bahkan Anda-lah saudara kami dalam segala macam kondisi. Anda-lah saudara sebenar-benar saudara. Hari-hari ini mungkin hari-hari Anda yang sungguh amat berat, kami bersama Anda mendukung di samping Anda, Erdogan. Saya pun yakin Anda kembali melahirkan persatuan rakyat Turki. Semoga Tuhan langit dan bumi memberikan kebahagiaan kepada Anda, wahai nuraniku, kesetiaanku, dan kekasihku. Anda-lah pemimpin yang sebenar-benar pemimpin dalam kondisi apapun. (Dari saya pemain sepakbola, dari pikiran yang jernih) #HidupRepublikTurki”


Begitu tulisnya. Titik.



Nusantara, 22 Juli 2016

Tidak ada komentar: