Rabu, 20 Juli 2016

Bagian III: HEBOHNYA KOMUNIKASI DAN TRANSPORTASI UDARA ISTANBUL (Antara Media dan Bandara)


Tidak jauh dari pukul 00, dua jembatan penghubung di Selat Bosphorus yang krusial sudah dinyatakan normal; Jembatan Bogazici dan Jembatan Fetih Sultan Mehmet. Namun di Ankara masih mencekam, hiruk-pikuk oleh tembak-tembakan. Menariknya, kota Izmir yang merupakan oposisi dan juga objek wisata unggulan pada malam itu tidak sampai muncul kekacauan seperti pada kudeta-kudeta sebelumnya.


Bandara Internasional Attaturk yang ada di ujung Istanbul pun ditutup, lalu dijaga oleh Militer yang anti Kudeta. Meskipun dalam kondisi seperti ini memang tidak mudah mengidentifikasi militer, apakah berada di pihak pemerintah atau di pihak kudeta. Sebagiannya jelas, namun tidak sedikit sebagian sisanya yang menunggu siapa pemenangnya. Kepada pemenang itulah sisanya akan berpihak. Bahkan yang semula berpihak di satu sisi, bisa berubah berpihak ke sisi lain bila sisi lain itulah pemenangnya. Siapa pendukung dan siapa pengkhianat, akan dibuktikan di akhir permainan. Selalu seperti itu.

Pihak asing jelas memanfaatkan, atau mungkin justru yang menggerakkan. Dini hari itu saja, kala komando militer di Turki masih terkoordinasi oleh pemerintah, muncul berita berbahasa Arab di Aljazera bahwa Militer Turki akan segera menyusun undang-undang baru dan Negara akan dipimpin sementara oleh Majelis Transisi untuk Kepentingan Bangsa. Militer juga memberikan pernyataan bahwa kudeta ditujukan untuk menjaga identitas Attaturk Turki. Semua pernyataan itu untuk memberikan isyarat bahwa Kudeta telah mengambil alih pemerintahan. Kenyataan dalam negeri Turki tentu jauh berbeda. Mungkin bukan salah Media, sebab di kala ada tuntutan penyiaran cepat justru terkendala komunikasi yang terputus. Atau memang ada tekanan ke Media dari pihak tertentu untuk menyiarkan seperti itu sebagai bagian dari strategi Kudeta. Selalu demikian.

Media eropa tidak kalah hebohnya. Bahkan lebih simpang siur pemberitaannya. Di Jerman misalnya, pihak pengkudeta dinyatakan sebagai orang-orangnya Kemalis atau Ataturk, yaitu pendukung Musthafa Kamal Attaturk yang telah menjadi Bapak Sekuler Turki. Memang Gulenist dalam beberapa siarannya mengutip slogan Attaturk, namun itu sekadar kutipan untuk menggaet dukungan yang lebih besar. Tidak hanya itu, bahkan kemudian muncul di media mengatasnamakan Uni Eropa yang menyatakan bahwa kudeta ini bukan hanya didukung oleh segelintir militer, tapi oleh mayoritas militer Turki. Seperlu apa mereka menyatakan demikian? Entahlah.

Di Bandara Internasional Attaturk, semua penerbangan keluar dibatalkan. Sementara penerbangan ke dalam tidak dipersilakan, sehingga pesawat-pesawat yang belum mendarat mesti berputar-putar dahulu di udara. Sementara di dalam bandara, para pengkudeta yang mengganggu penerbangan segera dibersihkan.

Dalam kondisi seperti itu, dampak yang paling krusial adalah jaringan komunikasi. Malam itu, jaringan telepon di Istanbul pun melemah. Di arena sosial media, Twitter pun ditutup. Dan Erdogan segera menuju ke Istanbul, bukan untuk melarikan dari pusat kota Ankara namun untuk bicara di depan publik. Mengingat spot publik lebih dominan di Istanbul. Selain juga Istanbul memang perlu segera diamankan, karena orang-orang PKK (yang memberontak) juga ada di Istanbul. Karena beberapa saluran telah dikuasai oleh Kudeta, termasuk TRT Station TV yang juga ingin dikuasai oleh para pengkudeta. Meskipun tetap ada beberapa siaran langsung di mana Erdogan meminta warga untuk tenang dan memastikan bahwa kondisi sudah dibawah kontrol pemerintah melalui pengamanan tentara Turki, TSK (Turkiye Savas Kuvvetleri). Memastikan warga untuk tenang itulah tugas penting pemerintah, sebab dari ketenangan itulah semua akan berakhir dengan baik.

Satu pertanyaan dari penjuru dunia, Ekonominya bagus kok malah dikudeta? Pertanyaan yang tiada jawaban. Tapi jangan dahulu memperdebatkan tentang motif, sebab dalam kondisi berkecamuk fokus saja menyelesaikan prahara. Begitu langkah yang diambil oleh pemerintahan Erdogan.



Nusantara, 19 Juli 2016

Tidak ada komentar: