Uniknya, bentrokan tidak hanya terjadi di Ankara,
namun juga di Istanbul. Targetnya memang bukan sekadar merampas pemerintahan Negara,
namun juga memorak-porandakan seluruh persendian Negara. Inilah kudeta untuk
menghilangkan kestabilan negara, bukan untuk mengembalikan kestabilan Negara.
Maka, sesungguhnya mereka bekerja untuk siapa?
Tidak lama setelah muncul para makar pro Kudeta,
titik-titik penting negeri segera diamankan. Di antaranya adalah Selat
Bosphorus dan Jembatan Fetih Sultan Mehmet. Dua titik ini memang tidak berada
di pusat pemerintahan kota Ankara, melainkan berada di Istanbul. Namun dua
titik inilah yang membagi tanah Istanbul menjadi dua, sebagiannya di wilayah
Asia dan sebagiannya di wilayah Eropa. Teritori seperti ini sangat rawan
dikacaukan. Bila satu wilayah dalam negeri kacau, maka akan mudah mengacaukan
yang lainnya. Dahulu penaklukan konstantinopel pun melalui titik-titik ini. Maka
dua titik ini segera diblokir untuk diamankan oleh pasukan pengamanan negara.
Lalu Presiden dan Perdana Menteri menyeru kepada warga
untuk turun ke jalanan. Hanya seruan singkat di televisi. “Saya mengundang
bangsa kita ke lapangan. Saya belum melihat kekuatan yang lebih kuat dari
sebuah bangsa,” begitu kata Erdogan penuh wibawa. Warga pun segera berbondong-bondong
ke jalanan menghadang para pengkudeta dan melucuti semua persenjataannya.
Menariknya, Erdogan tidak berdiri sendiri. Tidak pula
hanya didampingi oleh Perdana Menteri yang juga dari partai yang sama, yaitu AK
Party. Melainkan pimpinan-pimpinan dari empat partai lainnya yang ada di
parlemen pun turut berdiri bersama menghadang gerakan Kudeta ini.
Partai Republik Rakyat (CHP) yang beraliran sosialis
melalui Ketua-nya Kemal Kilicdaroglu dengan tegas mengutuk kudeta dan segera menyatakan
bahwa semua partai bersatu melawan Kudeta. Dengan penuh heroik ia mengatakan kepada
khalayak, “Semua wakil partai bersama demokrasi melawan Kudeta!”
Barisan nasionalis yang berada di gerbong Partai
Gerakan Nasionalis juga tak ketinggalan bersuara melalui Ketua-nya Devlet
Bahceli. “Itu bukan hanya upaya kudeta, melainkan serangan teroris,” ungkapnya
keras.
Apa yang terjadi di parlemen memang tidak
mengherankan. Sebab Parlemen juga menjadi target para pengkudeta, bahkan dua
staff parlemen telah menjadi korban terluka. Para pengunjuk rasa anti kudeta
juga terus berjaga di luar parlemen. Sementara para anggota parlemen masih
berada di dalam gedung. Tapi keberanian mereka untuk tetap tegas tanpa terbeli
oleh makar-makar Kudeta di kala genting seperti ini tentu merupakan hal yang
sangat layak diapresiasi. Sebab mereka bukan pula pro Erdogan, tetapi mereka
tetap bisa berpikir jernih bahwa Kudeta bagaimanapun tidak menguntungkan bagi
stabilitas Negara. Terutama di Negara seperti Turki yang demokrasi dan ekonominya
sedang terus berkembang. Cukuplah ketamakan sekelompok militer di Mesir menjadi
contoh derita yang berkepanjangan pasca kudeta. Dan Turki sendiri telah
memiliki banyak contoh dalam negerinya, bagaimana kudeta yang berulang kali terjadi
di Turki sama sekali tidak menguntungkan bagi stabilitas Negara. Bahkan dahulu ekonomi
Turki sempat kolaps di puncak kudeta.
Kali ini meskipun tidak berhasil, Kudeta tetap
menyisakan banyak korban kemanusiaan. Departemen Dalam Negeri Turki melalui
Dailysabah.com menyatakan bahwa telah jatuh korban meninggal sebanyak 161 jiwa,
di antaranya 41 polisi dan 47 sipil yang telah teridentifikasi. Adapun korban
luka-luka mencapai 1440 orang. Angka ini bisa saja bertambah.
Di kalangan pro Kudeta pun telah jatuh korban.
Sebanyak 104 tokoh pro kudeta dinyatakan tewas dalam bentrokan ini. Sungguh inilah
aksi kesia-siaan, demi nafsu sekelompok orang maka kemanusiaan telah
terkorbankan. Bahkan dari kalangan anak negerinya sendiri.
Tentu kita tidak perlu heran melihat angka korban
sebanyak itu. Mengingat banyaknya titik-titik penting yang menjadi target pro
Kudeta, maka sangat mungkin jatuh korban sebanyak itu. Ada Markaz Intelijen,
Komplek Kepresidenan, Kantor Berita Negara, Studio Berita Swasta, Akademi
Polisi, Lembaga Satelit Negara, dan Bandara yang menjadi target serangan Kudeta.
Belum lagi mengingat adanya serangan Kudeta juga di Istanbul selain di Ankara. Bagaimanapun
Istanbul sebagai kota yang padat dengan beragam spot publik tentu sangat rawan
berjatuhan korban jiwa.
Di Markaz Intelijen Nasional sendiri telah jatuh
korban 3 orang terluka. Hal itu karena pihak Kudeta telah menyerangnya dengan
helikopter dan tembakan mesin. Dalam kondisi kekalutan itulah Kepala Intelijen,
Hakan Fidan, terus memantau dari tempat yang aman dan selalu berkomunikasi
dengan Presiden Erdogan dan Perdana Menteri Binali Yildirim.
Adapun komplek Kepresidenan di distrik Bestepe Ankara juga
dikepung. Dilanjutkan dengan menjatuhkan dua bom di dekat komplek itu pada Sabtu
pagi-nya yang mengakibatkan lima orang terluka. Selain pengamanan Presiden yang
menjadi targetnya, serangan juga diarahkan ke massa anti kudeta yang berada di
sekitar komplek Kepresidenan.
Dua kantor berita sempat diduduki. Kantor berita
pertama adalah milik Negara, dan kantor berita kedua adalah milik Swasta yaitu
CNN Turki. Kepada Kantor Berita Negara, pro Kudeta sempat memaksa beberapa
saluran untuk menyiarkan pernyataan dengan semboyan ‘Perdamaian di rumah,
Perdamaian di dunia’ yang dahulu merupakan jargon Mustafa Kamal Ataturk
meskipun sebenarnya itu bertentangan dengan nilai-nilai republik dan para
pengikut Gulen sendiri. Tapi demi tercapainya ambisi mereka, maka segala cara
meskipun tidak sejiwa dengan mereka tetap dijadikan senjata untuk melumpuhkan
pemerintahan Erdogan.
Selain siaran pernyataan itu, mereka juga mengklaim melalui
siaran-siaran itu bahwa tentara telah menguasai seluruh negeri dan mengumumkan
jam malam. Syukurnya, tidak lama kemudian gedung kantor berita itu telah
kembali diselamatkan oleh polisi dan sipil. Hal serupa juga dilakukan pada
kantor studio berita swasta CNN TURK. Tapi tidak lama pula setelah sempat
dikuasai oleh Kudeta, Pasukan Khusus bersama warga sekitar berhasil merebutnya
kembali.
Para pelaku Kudeta juga bertingkah dengan helikopter dan
jet tempur yang digunakannya. Di antaranya menyerang Akademi Polisi Khusus dan
TURKSAT selaku perusahaan satelit nasional yang berada di distrik Golbasi. Akibatnya
17 polisi yang berada di gedung pendidikan itu tak dapat diselamatkan nyawanya,
sementara di komplek TURKSAT telah jatuh korban 2 orang meninggal dari kalangan
sipil. Angka ini kemudian diperbaharui lagi oleh Jaksa Penuntut Umum di wilayah
Golbasi, Ankara, yang menyatakan bahwa jumlah korban mencapai 42 jiwa dengan
sebagian besarnya adalah polisi.
Sementara Bandara Internasional Ataturk sebelum berhasil
diduduki, sudah diamankan oleh polisi dan sipil. Tank-tank militer dikerahkan
untuk menjaga di luar bandara. Bahkan dua jenderal pro kudeta dan beberapa
tentara berhasil ditahan di lokasi ini. Kondisi bandara relatif stabil, dan
pengamanan ketat hanya berlangsung malam hari itu saja. Sebab setelah Shubuh,
bandara kembali diaktifkan. Pihak Turkish Airlines telah mengumumkan bahwa
pukul 06.00 pagi seluruh operasi di bandara kembali normal.
Setelah semua rangkaian ketegangan itu, tanpa menunggu
jeda Pengadilan Turki telah memerintahkan penahanan 2745 Hakim dan Jaksa yang
pro Gulen, termasuk pula dua anggota Mahkamah Konstitusi yang terlibat dalam
Kudeta. Departemen Dalam Negeri sendiri telah merilis angka sebanyak 2839 orang
pro Kudeta yang telah ditahan. Di dalamnya terdapat pula 29 Kolonel dan lebih
dari 40 Jenderal.
Demikianlah episode
semalam antara pendudukan kudeta dan respon penduduk di Turki. Yang perlu
dicamkan bahwasannya pendudukan itu lahir dari ambisi, sementara respon
penduduk lahir dari nurani. Selamanya, penduduk tak rela berada dalam
pendudukan yang semena-mena. Sabtu dini hari itu (16/07) naluri penduduk Turki
telah mengalir alami dengan sebenar-benarnya. Semoga naluri itu terus tumbuh
bersama nurani yang jernih, dan kita selalu dapat belajar dari mereka.
Nusantara, 18 Juli 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar