Lihat saja, begitu kita mau mengambil ghanimah-ghanimah, mereka
pun hendak ikut. Padahal sebelum harta-harta itu statusnya belum ghanimah, dan
umat masih harus menghadapi kafir Quraisy, mereka enggan ikut.
Lihat saja ujaran mereka yang diabadikan di surat Al Fath ayat
15, "Biarkanlah kami mengikuti kamu."
Apa?
Nggak salah?
Kemarin ke mana saja?
Mau mengelabui Allah?
Maka, Rasulullah pun diperintahkan menjawabnya begini saja,
"Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami. Demikianlah yang telah
ditetapkan Allah sejak semula."
Ya. Allah subhanahu wata'ala telah tetapkan buat mereka, bahwa
antara mulut dan hatinya berbeda. Dan Allah putuskan untuk memberi catatan pada
mereka.
Kini, mereka ingin mengubah ketetapan Allah itu? Padahal telah
tegas dinyatakan kepada mereka di ayat ke-14, bahwa Allah subhanahu wata'ala
yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Allah berhak mengampuni siapa saja.
Allah berhak pula mengazab siapa saja. Sebab Allah Maha teliti dengan apa yang
mereka kerjakan.
Lalu, apa jawab mereka?
"Sebenarnya kamu dengki kepada kami."
Begitulah mereka membalikkan tuduhan. Padahal yang buat perkara
pada mulanya adalah mereka. Tak mau turut ke Hudaibiyah. Lalu ditetapkan
keputusan bagi mereka. Dan konsekuensinya pun tak boleh ikut ambil ghanimah.
Dilarang begitu, mereka justru menuduh kita dengki. Padahal
siapa yang dengki dan cari perkara?
Lucu. Tapi begitulah sisi-sisi kehidupan. Kisah itu diabadikan
dalam al Qur'an. Mungkin saja akan berulang. Pada hari-hari kita saat ini dan
akan datang.
Ya Allah, tetapkanlah hati kami pada komitmen-komitmen kami.
Teguhkanlah kami dalam menerima segala konsekuensi. Bimbinglah kami agar tetap
bersama Rasul-Mu dan orang-orang yang mengikuti sunnahnya.
Jakarta,
10 April 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar