Mereka yang beralasan, seperti orang-orang yang tak turut ke
Hudaibiyah bersama Rasulullah. Bila dijumpai, maka alasannya klise. "Kami
telah disibukkan oleh harta dan keluarga kami," begitu ujar mereka. Lalu
di ujung alasan itu mereka tambahkan, "Maka mohonkanlah ampunan untuk
kami."
Benarkah demikian? Mungkin saja benar. Tapi, siapa yang tak
punya harta dan tak punya keluarga? Meskipun sedikit dan sekecil apapun. Maka,
semua kita selalu ada kesibukan bagi harta dan keluarga masing-masing. Bedanya,
ada yang mau menyelesaikan kesibukannya dan ada yang membiarkan diri
tersibukkan.
Nah, kalaupun alasan mereka benar, apakah benar itu pangkal
alasannya? Atau alasan itu hanyalah alasan turunan dari pangkal sesungguhnya?
Inilah yang kemudian ditegaskan oleh Allah subhanahu wata'ala
selanjutnya. "Mereka mengucapkan sesuatu dengan mulutnya apa yang tidak
ada dalam hatinya." Begitu firman-Nya dalam surat Al Fath ayat 11.
Lalu, Allah subhanahu wata'ala memerintahkan kepada Rasul-Nya
untuk mengatakan, "Maka siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak
Allah jika Dia menghendaki bencana terhadap kamu atau jika Dia menghendaki
keuntungan bagimu? Sungguh, Allah Maha teliti dengan apa yang kamu
kerjakan."
Itu jawaban bagi mereka yang meminta untuk dimohonkan ampunan,
setelah semena-mena melalaikan.
Sungguh, apa yang mereka katakan tak sesuai dengan hatinya.
Benarkah mereka lalai, atau sengaja melalaikan? Benarkah sekadar karena harta
dan keluarga, atau karena keraguan kepada Allah dan Rasul-Nya?
Lalu, bila semula tak turut serta karena keraguan, kenapa kini
minta dimohonkan ampunan? Sudahkah keraguan itu berubah menjadi keyakinan? Atau
hanya karena keraguan mereka tak terbukti, lalu seketika bersikap seakan yakin
bahwa Allah Maha Pengampun?
Maka siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika
Dia menghendaki bencana terhadap kamu atau jika Dia menghendaki keuntungan
bagimu?
Oleh karena itu, ditambahlah di ayat 12, "Bahkan (semula)
kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang Mu'min sekali-kali tidak akan
kembali lagi kepada keluarga mereka selama-lamanya, dan dijadikan terasa indah
yang demikian itu di dalam hatimu, dan kamu telah berprasangka dengan prasangka
yang buruk, karena itu kamu menjadi kaum yang binasa." Semua itu
diungkapkan Allah, karena Allah Maha Teliti. Allah tahu yang mereka sangkakan,
Allah tahu yang mereka rasakan.
"Dan barangsiapa tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
maka sesungguhnya Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu neraka
yang menyala-nyala." Begitu pungkas di ayat ke-13.
Jadi, ini bukan perkara sibuk-tersibukkan, melainkan ini perkara
sangka dan rasa. Mereka telah salah menyangka, mereka telah salah merasa. Itu
karena mereka tak yakin dengan Allah dan Rasul-Nya.
Ya
Allah, perbaikilah persangkaan kami kepada-Mu dan Rasul-Mu, serta kepada
orang-orang beriman. Agar baik pula perasaan kami terhadap semua perintah-Mu
dan perintah Rasul-Mu, serta kehendak orang-orang beriman.
Jakarta, 9 April 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar