Rasulullah kembali diperintah untuk menyampaikan kepada
orang-orang Arab Badui yang sebelumnya tak ikut. "Kamu akan diajak untuk
(memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar, kamu harus memerangi
mereka kecuali mereka menyerah. Jika kamu patuhi (ajakan itu), Allah akan
memberimu pahala yang baik; tetapi jika kamu berpaling seperti yang kamu
perbuat sebelumnya, Dia akan mengazab kamu dengan azab yang pedih."
Pesan kedua kalinya itu diabadikan pada ayat ke-16 dari surat Al
Fath. Ayo ikut, jangan lagi tak ikut seperti sebelumnya! Ayo ikut, sampai
mereka menyerah! Kalau kamu patuh, maka akan dapat pahala kebaikan. Kalau kamu
tak patuh, maka akan dapat azab kepedihan.
Jadi, jangan ulangi kesalahan untuk kedua kalinya. Jangan pula
justru kita yang menyerah. Merekalah yang seharusnya menyerah. Dan bila kita
tak ikut, maka artinya kita telah menyerah sebelum berjuang.
Inilah jawaban bagi pertanyaan, kapan kita berhenti? Yaitu bila
mereka telah menyerah. Bukannya kita yang menyerah. Ini penting, agar agama ini
tak dinistakan oleh mereka dengan semena-mena.
Lagi pula, ini perkara kepatuhan. Kita patuh atau tidak dengan
seruan? Tentu patuh dan tak patuh punya konsekuensinya masing-masing. Tahulah
kita...
Lalu, apa jawaban bagi pertanyaan, kapan kita boleh tak ikut?
Ini yang disampaikan pada ayat berikutnya, ayat 17.
Pertama, orang buta. Kedua, orang cacat pincang. Ketiga, orang
sakit. Nah, adakah kita dari ketiganya?
Ya Allah, ajarkanlah kami bersyukur atas anugerah fisik kami
yang masih bisa melihat, tak pincang dan tetap sehat. Ya Allah, tetapkanlah
langkah kami menapaki kepatuhan demi kepatuhan. Ya Allah, kuatkanlah kesabaran
kami untuk bertahan dan terus maju tanpa sedikitpun mundur menyerah.
Jakarta,
11 April 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar