Berjuang
itu bukan kebutuhan komunal. Berjuang itu lebih sebagai kebutuhan individual.
Setiap diri, perlu berjuang. Yang dengannya, akan mendapatkan kemuliaan dan
keberuntungan dari Allah subhanahu wata'ala. Adapun sebuah komunal jamaah
(dengan segala nilai dan cita yang diusungnya), tak perlukan perjuangan kita.
Turut berjuang atau tidaknya kita, yang akan memenangkan nilai dan cita komunal
tetaplah Allah Pemilik segalanya.
Sederhananya
lagi, bukan Allah yang perlu perjuangan kita. Tapi kita sendiri yang memerlukan
perjuangan itu. Sebab dengan berjuang, kita akan mendapat nilai terbaik di sisi
Allah subhanahu wata'ala.
Seperti
anak sekolah yang belajar. Belajarnya itu bukan untuk gurunya, juga bukan untuk
orang tuanya. Semata-mata untuk dirinya sendiri. Bila giat belajar, maka
baiklah nilainya.
Lalu,
bagaimana bila tak turut berjuang? Ini yang dikecam Allah subhanahu wata'ala
dalam ayat ke-6 surat Al Fath. "Dan Dia mengazab orang-orang Munafiq
laki-laki dan perempuan, dan (juga) orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan
yang berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (azab)
yang buruk, dan Allah murka kepada mereka dan mengutuk mereka, serta menyediakan
neraka Jahanam bagi mereka. Dan (neraka Jahanam) itu seburuk-buruk tempat
kembali."
Mereka
yang munafik tak turut dalam Hudaibiyah. Ada selisih antara yang dikata dengan
nyatanya. Ada selisih antara iman dengan ketaatan.
Juga
mereka yang musyrik tak yakin dengan janji Allah semata. Ada harapan lagi
selain kepada Allah. Ada prasangka buruk kepada Allah.
Mungkin
dengan tak turut berjuang saat ini ada kenikmatan tersendiri bagi mereka. Namun
kata Allah, mereka nantinya akan mendapat giliran azab keburukan.
Kemudian,
Allah pun kembali menegaskan: "Dan milik Allah bala tentara langit dan
bumi." Tapi kali ini ditutup dengan penegasan Asma-Nya, Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.
Bila
terhadap mu'min ditegaskan bahwa Allah Maha Mengetahui, namun kepada munafiq
dan musyrik ditegaskan bahwa Allah Maha Perkasa.
Ya
Allah, sungguh kami tak akan mampu melawan keperkasaan-Mu. Bimbinglah hati kami
menetapi keimanan, tanpa kemunafikan dan kesyirikan yang membuat kami berburuk
sangka kepada-Mu.
Jakarta,
7 Maret 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar