Selasa, 27 Oktober 2015

APA YANG PERLU DILAKUKAN SAAT BERGABUNG DALAM ORGANISASI?


Sebagai makhluk sosial, kita akan selalu membutuhkan perkumpulan, baik berupa komunitas informal maupun organisasi formal. Sesungguhnya keluarga kita pun merupakan salah satu organisasi dalam struktur masyarakat penghuni bumi ini. Satu hal yang perlu diperhatikan, bahwa setiap komunitas maupun organisasi setidaknya memiliki tiga hal berikut; Tata aturan interaksi di dalamnya, Struktur komunikasi antar elemen di dalamnya, serta Falsafah yang diyakini dan dijalani.


Adapun tujuan berhimpunnya kita untuk meng-kalilipat-kan capaian kualitas maupun kuantitas dari sebuah program dan aktivitas. Seperti shalat berjamaah yang berpahala 27 derajat dari shalat sendirian. Seperti mengetik naskah di laptop, semakin cepat menghasil banyak halaman naskah bila menggunakan semua jari yang dimiliki, tidak hanya satu jari telunjuk.

Maka ketika kita berhimpun, yang pertama untuk saling mengenal, dan yang kedua untuk menyatukan potensi. Bukan sebaliknya, berhimpun untuk saling berbenturan. Walaupun kita paham bahwa dalam setiap interaksi, selalu punya potensi bersinggungan dan bergesekan.

Maka kemudian muncul pertanyaan, apa yang perlu dilakukan saat bergabung dalam organisasi? Agar tidak berujung pada konflik.

Sesungguhnya, sederhana saja...

Pertama, kita niatkan berhimpun untuk saling mengenal.

Setidaknya kita ingin menjalani apa yang Allah subhanahu wata’ala titahkan dalam firman-Nya pada surat al Hujurat ayat 13. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Maka, saat kita masuk dalam sebuah organisasi, yang pertama perlu kita lakukan adalah mengenali seluk-beluk organisasi itu. Tidak hanya orang-orang yang ada di dalamnya, melainkan juga mengenali segenap tata aturan interaksi di dalamnya, struktur komunikasi antar elemen di dalamnya, serta falsafah yang diyakininya dan dijalaninya.

Kedua, kita niatkan untuk menyatukan potensi.

Setidaknya kita ingin menjalani apa yang Allah subhanahu wata’ala titahkan dalam firman-Nya pada surat al Ma’idah ayat 2. “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

Maka, saat kita masuk dalam sebuah organisasi, yang kedua perlu kita lakukan adalah memberikan potensi kita sesuai yang dibutuhkan oleh organisasi itu. Jadi tidak asal ingin memberikan setiap potensi yang kita miliki, namun mesti memahami tata aturan bagaimana setiap potensi anggota organisasi itu dikelola, bagaimana proses menawarkan potensi yang kita miliki kepada struktur dalam organisasi tersebut, serta memberikan potensi kita yang selaras dengan falsafah organisasi itu.


Agar Efektif dan Tak Berujung Konflik

Dengan demikian, setidaknya ada dua hal teknis yang perlu dilakukan saat kita mengawali bergabung dengan sebuah organisasi maupun komunitas. Yaitu, memahami AD/ART-nya dan mengenal Sejarah-nya.

Saat kita memahami AD/ART-nya (maupun Tata Aturan yang tidak tertulis), maka kita akan dapat segera menyesuaikan diri dalam sebuah organisasi atau komunitas yang kita baru bergabung dengannya. Sesungguhnya, proses adaptasi berbasis pemahaman identitas ini jauh lebih kuat daripada sekadar berakrab-akrab dengan segenap SDM di dalamnya. Karena saat kita sudah bergabung pada suatu organisasi ataupun komunitas, ada sebuah identitas bersama yang harus kita sematkan di benak dan jiwa kita. Agar kita betul-betul menjiwai, sehingga memiliki frekuensi rasa yang sama dengan segenap elemen di dalamnya.

Saat kita mengenal Sejarah-nya (baik yang tertulis maupun tidak tertulis), maka kita akan dapat segera merancang sumbangsih karya yang menyambung capaian sebelumnya. Hal ini penting, agar sumbangsih yang kita rancang tidak kontraproduktif dengan target maupun capaian sebelumnya.

Dan konflik biasanya berawal dari dua hal ini; tidak paham AD/ART (atau Tata Aturan) dan tidak mengenal Sejarah. Karena tidak paham AD/ART maupun Tata Aturan itu membuat semuanya menjadi saling berbenturan. Karena tidak kenal Sejarah itu membuat kita bersikap arogan dengan optimis yang berlebihan atau justru sebaliknya penuh rasa apatis.

Maka kita dapat saksikan, dalam sebuah organisasi maupun komunitas yang bergejolak, biasanya karena anggotanya yang sudah bergabung ataupun yang baru bergabung tidak betul-betul memahami AD/ART maupun Tata Aturan di dalamnya. Atau tidak betul-betul mengenal Sejarah di dalamnya, sehingga terjadi keterputusan sejarah yang membuat buta masa lalu dan masa hadapan, lalu berakibat mudah melabrak ke sana ke mari.

Sebaliknya kita menyaksikan, generasi yang unggul akan selalu mengawali langkahnya dalam sebuah organisasi maupun komunitas dengan memahami AD/ART (Tata Aturan) dan mengenali Sejarah-nya. Sehingga mereka akan jauh lebih dewasa dalam memandang setiap dinamika organisasi dan komunitas itu, bahkan mungkin melebihi para pendahulunya. Sebab, ia jauh lebih memahami AD/ART (Tata Aturan) dan lebih mengenali Sejarah-nya. Karenanya, ia lebih luas cara pandangnya, lebih dalam cara menimbangnya, dan lebih jauh cara berpikirnya. Itulah yang membuat kehadirannya dalam sebuah organisasi maupun komunitas menjadi lebih efektif. Dan karenanya, kehadirannya menjadi unsur perekat, bukan unsur perusak. Wallahu ‘alam.



Batam, 27 Oktober 2015

Muhammad Irfan Abdul Aziz

Tidak ada komentar: