Jumat, 22 Januari 2016

PENGUSAHA INDONESIA DI KONFERENSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL II ISRAEL

sumber: Faisal Assegaf/Albalad.co

Setelah tahun lalu menggelar Asosiasi Perdagangan Luar Negeri (FTA) di Kementerian Perekonomian Israel, awal tahun ini (13 Januari 2016) Israel kembali menggelar Konferensi Perdagangan Internasional Kedua di ibukotanya, tepatnya di Hotel Hilton - Tel Aviv. Menariknya, dari 9 pembicara yang dihadirkan, salah satunya adalah seorang pengusaha muda asal Indonesia. Bahkan, pengusaha asal Indonesia inilah yang paling ditunggu oleh 600-an eksportir dan investor Israel dalam acara itu. Maka, sesinya pun diletakkan paling terakhir sebelum penutupan, layaknya closing session (statement).

Siapakah pengusaha muda asal Indonesia itu? Dialah Bos Northstar Group, Patrick Walujo. Bersama Glenn Sugita, ia mendirikan Northstar Group pada tahun 2003. Lalu dibantu pula oleh Ashish Shastry (mantan kepala bisnis TPG Asia Tenggara) yang bergabung sebagai minority partner pada 2011. Northstar Group kemudian memosisikan diri sebagai perusahaan swasta yang fokus dalam investasi di Asia Tenggara, utamanya adalah Indonesia.

Dalam sektor apa saja investasi yang mereka lakukan? Jasa Keuangan, Ritel (Konsumer), Energi (Sumber Daya), dan Telekomunikasi, dengan angka investasi mencapai US$ 2 miliar. Maka mereka mencari peluang investasi saham yang signifikan dari perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara dengan fokus pada Indonesia. Sehingga kini telah menjadi perusahaan investasi swasta terbesar di Indonesia. Perusahaan investasi ini berkantor di Singapura, tepatnya di 6 Battery Road, Unit #35-05, Singapore.

Investasi Go-Jek dan Jejak Investasi Lainnya dari tahun 2006 sampai 2015

Berdasarkan tahun, maka berikut ini adalah urutan perjalanan Northstar Group:

Pada tahun 2006; Northstar meluncurkan Northstar Equity Partners (sebagai dana awal group ini), kemudian Northstar mendaftarkan diri sebagai Exempt Fund Manager (Majaner Dana Pembebasan) bersama the Monetary Authority of Singapore (Otoritas Keuangan Singapura).

Pada tahun 2007; Northstar telah menyelesaikan pengumpulan dana untuk Northstar Equity Partners sebesar US$ 110 juta sebagai komitmen modal.

Pada tahun 2008; Northstar melakukan investasi bersama TPG di PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN).

Pada tahun 2009; Northstar berinvestasi di PT Delta Dunia Makmur Tbk.

Pada tahun 2010; Northstar telah menyelesaikan pengumpulan dana untuk Northstar Equity Partners II sebesar US$ 285 juta sebagai komitmen modal.

Pada tahun 2011; Northstar kembali menyelesaikan pengumpulan dana untuk Northstar Equity Partners III sebesar US$ 820 juta sebagai komitmen modal. Pada tahun inilah Ashish Shastry (sebagai mantan kepala bisnis TPG Asia Tenggara) bergabung dengan Northstar Group dengan share swap agreement (perjanjian pertukaran saham). Northstar kemudian berinvestasi di PT BFI Finance Indonesia Tbk, sebuah perusahaan multifinance independen terkemuka.

Pada tahun 2012; Northstar mengakuisisi saham mayoritas di SGX yang terdaftar di Nera Telecommunications Ltd (Neratel), kemudian meluncurkan penawaran umum untuk semua saham Neratel. Pada tahun ini pula, Northstar mulai terdaftar pada Amerika Serikat Securities Exchange Commission (Komisi Pengamanan Bursa Efek Amerika Serikat) sebagai Penasehat Investasi. Selain itu, Northstar juga melakukan investasi bersama GIC di Triputra Agro Persada (sebuah produsen minyak sawit hulu Indonesia). Tak hanya di Indonesia, Northstar juga mengembangkan investasi di Thai Credit Retail Bank (Bank Perkreditan Retail Thailand) yang fokusnya melayani usaha kecil dan menengah di Thailand.

Pada tahun 2013; Northstar menerima Lisensi Layanan Pasar Modal untuk penyediaan layanan Pengelolaan Dana dari Otoritas Keuangan Singapura, Northstar juga mengakuisisi sebuah waralaba di Singapura yaitu ERA Real Estate dari HerSing Perusahaan Pte. Ltd dengan pengambil-alihan manajemen.

Pada tahun 2014; Northstar membentuk NSI Ventures dan meningkatkan dana modal pertamanya untuk fokus pada tahap awal investasi di Asia Tenggara. Melalui NSI Ventures inilah, kemudian investasi dilakukan kepada PT Go-Jek Indonesia, selain juga kepada Redmart Limited dan Zimplistic Pte. Ltd.

Pada tahun 2015; Northstar berhasil mengumpulkan dana untuk NSI Ventures sebesar US $ 90 juta sebagai komitmen modal, sementara untuk Northstar Equity Partners IV terkumpul dana sebesar US $ 810 juta sebagai komitmen modal, kemudian Northstar berinvestasi di PT Indaco Warna Dunia (sebuah produsen dan distributor cat dekoratif Indonesia), sedangkan melalui NSI Ventures berinvestasi di ConneXionsAsia Pte. Ltd, The Chope Group Pte. Ltd, Crayon Holdings Pte. Ltd, Jauh Inc dan TradeGecko Pte. Ltd.

Dari sekian banyak perusahaan tempat Northstar Group berinvestasi tersebut, mungkin PT Go-Jek Indonesia adalah perusahaan yang saat ini paling akrab di telinga masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Pada 6 Juli 2015, Metrotvnews.com melansir pernyataan Kepala Riset PT. Daewoo Securities Indonesia, Taye Shim, bahwasannya perkembangan Go-Jek telah memberikan stimulus bagi konsumsi domestik; baik untuk membeli barang maupun untuk pergi ke kantor.

Lalu satu setengah bulan kemudian, tepatnya tanggal 22 Agustus 2015 koran.tempo.co juga melansir pemberitaan tentang fenomena Go-Jek Indonesia dengan judul Northstar Group Suntik Go-Jek Indonesia US$ 200 Juta. Nilai yang setara dengan 2 triliunan rupiah itu, memang tidak dijelaskan bentuk investasinya oleh Patrick Walujo. Namun setidaknya itu merupakan bentuk kemitraan, begitu kata Patrick Walujo.

Patrick Walujo dan Konferensi Perdagangan Internasional Israel

Selain sebagai pendiri Northstar Group, Patrick Walujo juga merupakan Senior Vice President Pacific Century Ventures Ltd di Tokyo. Kiprahnya dalam merger perusahaan, akuisisi dan pengembangan bisnis perusahaan di Jepang tentu tidak bisa dipandang sebelah mata. Pria yang menyelesaikan studinya dengan Riset Operasi & Teknik Industri pada Cornell University (Amerika Serikat) ini awalnya berkarir di Goldman, Sachs & Co di London dan New York. Perjalanan karirnya terus menanjak hingga pada tahun 2009 menerima anugerah dari Ernst & Young sebagai 'Young Entrepreneurs of the Year'.

Kehadirannya di Konferensi Perdagangan Internasional Israel ini memang undangan dari panitia. Ia diharapkan bisa tampil di forum ini untuk memaparkan perkembangan peluang investasi di Indonesia.

Maka di hadapan 600-an eksportir dan investor Israel itu, dengan durasi 15 menit Patrick menyampaikan perkembangan bisnis transportasi aplikasi daring seperti Go-Jek dan investasi serupa lainnya di Indonesia. Selain itu, ia juga menjelaskan program pembangunan pemerintah Indonesia, terutama di sektor infrastruktur. Termasuk di antaranya adalah peluang investasi di sektor Teknologi Pertanian.

Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi cepat banyak memerlukan sektor di mana teknologi Israel telah membikin terobosan penting, seperti teknologi pertanian,” demikian tegasnya di atas podium konferensi itu.

Lalu ia menambahkan, “Israel adalah negara yang dijejali perusahaan teknologi dan kami adalah pengguna paling besar teknologi maju, seperti data dan sektor-sektor lain di mana Israel ahlinya.” Maka iapun menyarankan, bahwasannya Israel juga bisa memasuki pasar Indonesia di sektor teknologi medis, telepon seluler, dan layanan keuangan.

Kepala FTA Israel -Ohad Cohen- pun mengatakan, bahwa hubungan dagang Indonesia-Israel setiap tahunnya memang mencapai ratusan juta dolar Amerika. Apalagi Israel dan Indonesia sama-sama sebagai anggota WTO (Organisasi Perdagangan Dunia).

“Para pebisnis Indonesia mengetahui apa yang dibutuhkan pasar, mereka juga tahu kami (Israel) bisa mengisi kebutuhan itu,” seloroh Ohad Cohen di konferensi itu.[]


Tidak ada komentar: