Kepada Penduduk Muslim Al Quds
Assalamu’alaykum
Perihal: Kewajiban Agama Bagi Masyarakat Yahudi
untuk memotong sembelihan
di Hari Paskah
Kami dari masyarakat Yahudi menyampaikan kepada kalian dan meminta kalian
untuk meninggalkan daerah Bukit Kuil. Dan ini sebelum tanggal 14 bulan Nisaan
(30/3/2018) jam 06.00 pagi.
Ini demi kelancaran pelaksanaan ibadah agama Yahudi yaitu penyembelihan pada
Hari Paskah di Bukit Kuil.
Kami berterima kasih kepada kalian atas kerjasamanya dengan kami masyarakat
Yahudi.
Seruan itu disampaikan pada Selasa lalu tanggal 27 Maret, dan ditempel di
gerbang masjid al Aqsha. Alasannya untuk merayakan ibadah Paskah mereka, tapi
meminta umat Islam mengosongkan Bukit Kuil. Tahukah kita, apa itu Bukit Kuil?
Yaitu bukit yang di atasnya berdiri Masjid Al Aqsha, masjid kedua yang
dibangun di muka bumi setelah Ka’bah. Bukit Kuil sendiri memang sebutan orang
Yahudi bagi Masjid Al Aqsha. Artinya, mereka melarang umat Islam untuk shalat
Jum’at di Masjid Al Aqsha pada pekan ini.
Inilah kali pertamanya mereka melakukan penistaan dengan meminta umat Islam
mengosongkan masjid Al Aqsha dengan alibi ibadah mereka. Bahkan saat ini mereka
telah berlatih menyembelih domba-domba di dekat dinding bagian selatan Masjid
Al Aqsha. Lalu, besok tanggal 30 Maret mereka akan menyembelihnya di dalam areal
Masjid Al Aqsha tepat di arah kiblat. Sungguh, ini pertama kalinya mereka
melakukan tepat di samping dinding masjid Al Aqsha dan esok meminta umat Islam
mengosongkan Masjid Al Aqsha yang notabenenya warisan umat Islam.
Masjid Al Aqsha sedang menjadi target penodaan dari agresi Yahudi sepanjang
tahun ini. Bahkan kota Al Quds akan dijadikan ibukota mereka. Bila Al Quds
menjadi ibukota, maka pemerintahan kota Al Quds pun beralih ke tangan penjajah
Israel. Dan bila pemerintahan beralih ke tangan mereka, akankah Masjid Al Aqsha
tetap menjadi milik kita umat Islam? Dan, kita masih diam saja?
Sementara besok 30 Maret juga bertepatan sebagai Hari Bumi Palestina. Inilah
hari duka sejarah 30 Maret 1976, dengan terjadinya kekejaman penjajah Israel kepada
penduduk Palestina yang menyebabkan sejumlah besar penduduk Palestina terusir
dari negerinya.
Bermula saat penjajah Israel melarang penduduk Palestina untuk bertani di
ladang-ladang mereka, khususnya di daerah Mal. Larangan itu diberlakukan pada 1
Februari 1976. Rupanya larangan itu bukan sekadar larangan. Penjajah Israel benar-benar
ingin membuat penduduk Palestina tak mendapatkan penghidupan lalu diusir dari
tanah airnya. Hal itu diketahui setelah sebulan kemudian (1 Maret 1976) ada bocoran
dokumen yang memerintahkan tentara penjajah Israel untuk mengusir penduduk
Hebron, guna menjadikan wilayah itu sebagai perkampungan Yahudi.
Masyarakat pun marah. Para pemimpin suku dan tokoh masyarakat lalu
berkumpul di daerah Syifa Amru pada 25 Maret 1976 dan bersepakat untuk
melakukan aksi mogok sebagai bentuk protes. Pada tanggal 29 Maret, dimulailah
aksi mogok massal tersebut. Mereka menuntut penjajah Israel yang telah
mencaplok tanah mereka. Ada kota Deir Hana, kota Arabah, kota Syakhin, dan
lainnya.
Kondisi semakin tegang, bahkan 2 pejuang Palestina telah terbunuh oleh
penjajah. Bukannya mereda, penjajah justru semakin keji. Mereka mulai
memberlakukan jam malam, pada malam 30 Maret. Rakyat pun tidak tinggal diam.
Pagi harinya tanggal 30 Maret, rakyat berbondong-bondong keluar di jalanan kota
Kafr Kana, Athibah dan Mukhayyam Nur Syams. Syuhada pun bertambah. Jadilah ini
hari ketika tanah-tanah Palestina massif dirampas oleh penjajah Israel. Dan
rakyat Palestina yang hingga hari ini menjadi pengungsi di berbagai negara, tetap
punya harapan untuk kembali dan siap merebut tanah airnya dari penjajah yang
telah menistakan.
Nah, setiap tanggal 30 Maret, bangsa Palestina menjadikannya sebagai
momentum untuk mengembalikan para pengungsi Palestina yang tersebar di berbagai
negara. Utamanya para pengungsi yang hari ini masih bertahan tidak jauh dari
perbatasan karena tanah mereka telah dirampas oleh penjajah Israel. Maka, pada
30 Maret 2018 ini, kembali digelorakan Pawai Akbar Kepulangan ke tanah air
mereka. Pawai damai, tanpa senjata dan batu. Pawai kebangsaan, pawai yang legal
menuntuk menuntuk hak mereka.
Aksi ini semakin besar setelah Gaza diblokade pada tahun 2007. Sebelas
tahun telah berlalu, dan blokade belum dibuka oleh penjajah Israel. Kondisi
sosial-ekonomi di dalam Gaza semakin memprihatinkan. Lebih dari setengah
penduduk Gaza di bawah garis kemiskinan. Krisis energi dan makanan semakin memprihatinkan.
Namun dalam kondisi seperti itu, mereka tetap teguh menjaga tanah Gaza agar
tetap menjadi milik bangsa Palestina. Mereka tak ingin keluar hanya demi
mendapatkan keleluasaan hidup, namun menggadaikan tanah airnya.
Lalu, akankah kita tetap membiarkan mereka sendirian? Mereka yang telah
menjaga masjid Al Aqsha agar tetap menjadi milik umat Islam. Di mana peran
kita?
6 komentar:
Semoga kita bisa bantu saudara muslim di mana pun berada. Islam kuat karena persatuannya. Semoga Allah juga melindungi umat islam sedunia ya.
Makin berani banget mereka ya. Semoga muslim di sana semakin bersabar.
Masya Allah, Masyarakat palestina menjadi sengsara ni negeri sendiri. Semoga Allah selalu memberikan perlindungan dan keajaiban kepada warga palestina. semoga kita juga bisa membantu palestina, minimal dengan doa terbaik untuk muslim d palestina. Aamiin.
Semoga saudara-saudara kita di Palestina semakin kuat....
semog akita bisa membantu saudara-saudara di sana.. semoga saudara-saudara di Palestina selalu dalam lindungan ALlah.. aamiin
Semoga Allah selalu melindungi para jendral garda depannya disana...
Posting Komentar