Kita mengetahui bahwa Nabi Ibrahim alaihissalam
ketika menyeru kepada kaumnya untuk menyembah Allah subhanahu wata’ala
semata, ia tidak hanya menyampaikan bahwa menyembah Allah subhanahu wata’ala
baik dan menyembah selain-Nya tidak baik. Namun ia juga menjelaskan bahwa ada fakta logis
yang harus diterima tentang penyembahan ini.
Ia memaparkan tentang fakta bahwa sesembahan
selain Allah subhanahu wata’ala itu tidak dapat dan tidak memiliki
kemampuan untuk melimpahkan rezeki. Juga fakta bahwa kembalinya kita setelah
perjalanan kehidupan ini tidak lain hanya kepada Allah subhanahu wata’ala.
Bahkan Nabi Ibrahim juga menegaskan bahwa sikap
pendustaan pada keimanan dan ketuhanan ini bukanlah wujud baru di masa
masyarakatnya, melainkan ia adalah wujud yang sebelumnya juga pernah ada. Yang
dengannya, selain hal itu hanyalah pengulangan, maka hal itu juga memiliki
peluang penyadaran yang sama menuju keimanan yang sebenarnya. Ini semacam usaha
membuka perspektif perbaikan yang selalu punya ruang kemungkinan. Yang dengan
segala dayanya, Nabi Ibrahim alaihissalam pun menegaskan bahwa
kewajibannya sebagai Rasul hanyalah menyampaikan fakta kebenaran itu.
Begitulah... Hingga kemudian ia pun menyampaikan
kepada kaumnya untuk melihat fenomena kehidupan dengan melakukan perjalanan
fisik maupun aneka pengamatan. Agar ada hikmah dari identifikasi azab dan
rahmat-Nya yang bisa dipetik untuk perenungan makna penghambaan kita. Begitulah
yang terpapar dalam firman-Nya surat al Ankabut ayat 16 sampai 27.
Sama halnya saat Nabi Ibrahim alaihissalam
berdebat dengan Raja Namrud setelah keluarnya ia dari api pembakaran. Saat itu Nabi Ibrahim alaihissalam
mengatakan: "Rabb-ku ialah yang menghidupkan dan mematikan." Jawab
Raja Namrud: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan." Maka Nabi
Ibrahim alaihissalam pun berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan
matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat." Dan Raja Namrud
hanya terdiam. Sebab yang ia maksud dapat menghidupkan adalah membiarkan
manusia hidup dan yang dimaksud mematikan adalah membunuh mereka. Hal itu bisa
kita simak di surat al Baqarah ayat 258.
“Apakah kamu tidak
memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Rabbnya (Allah) karena
Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika
Ibrahim mengatakan: ‘Rabbku ialah yang menghidupkan dan mematikan’. Orang itu
berkata: ‘Saya dapat menghidupkan dan mematikan’. Ibrahim berkata: ‘Sesungguhnya
Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat.’ Lalu
heran terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim.”
Semoga kita bisa turut
serta meneladani bapak para nabi ini dalam menyerukan kebenaran di lingkungan
masyarakat kita. Mendakwahkan Islam dengan memberikan pemahaman
sejelas-jelasnya kepada masyarakat. Sehingga keimanan ini diyakini kebenarannya
dengan sepenuh kesadaran, bukan sekadar warisan nenek moyang. Wallahu a’lam.[]
Depok, 10 Dzul Hijjah 1436 H
Muhammad Irfan Abdul Aziz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar