Dakwah pasca runtuhnya Khilafah Utsmani (1924) sesungguhnya tidaklah padam.
Sebab dakwah ini milik Allah azza
wa jalla. Maka Allah Yang Maha Kuasa, tentu sangat kuasa menetapkan
eksistensi dakwah di buminya manapun dan kapanpun. Di antara yang menarik adalah di Amerika Serikat
dan Eropa. Sebab keduanya mulanya sebagai sumber keruntuhan masyarakat Islami,
namun dengan segala kerusakan tatanan sosialnya ternyata justru menjadi peluang
bagi Islam untuk memberikan terapinya. Dalam sektor apapun, dan itulah yang telah
dilakukan oleh aktivis dakwah dari Timur Tengah, khususnya dari Mesir.
Sebab, dalam kondisi negara-negara Islam yang dibuat berkecamuk oleh Barat
dengan Perang Dunia-nya, maka hukum alam telah menetapkan bahwa siapa yang
melakukan keonaran maka ialah yang seharusnya menanggung dampaknya. Begitupun
Barat, merekalah yang akhirnya menanggung dampak pengungsi sosial maupun suaka
politik dari negara-negara berkecamuk. Setidaknya menjadi tujuan belajar bagi
aktivis dakwah yang negaranya tidak kondusif.
Itulah yang akhirnya terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Berapa banyak
komunitas Muslim yang tumbuh di Amerika Serikat dan Eropa, saat tatanan
sosialnya tercerabut hingga ke akar-akar keluarganya? Berapa banyak sosok-sosok
Muslim yang akhirnya tampil sebagai inspirasi di Amerika Serikat dan Eropa,
saat tokoh-tokohnya telah kehilangan kredibilitasnya? Berapa banyak
konsep-konsep hukum Islam yang diadopsi di Amerika Serikat dan Eropa, saat
kebebasan yang disuarakan oleh konstitusinya justru melumat tatanan negaranya
sendiri?
Secara sederhana, kita bisa menengok beberapa peran awal para diaspora
aktivis dakwah di Amerika Serikat maupun Eropa sebagai berikut:
Amerika
Serikat
Di negara Adidaya ini, yang semakin Adidaya saat Uni Soviet runtuh pasca perang
melawan Afghanistan, justru menjadi rumah bagi tumbuhnya aktivis dakwah. Para
aktivis dakwah bersama Ismail Raji Faruqi dan kawan-kawannya mendirikan International
Institute of Islamic Thought (IIIT) pada 1981 M atau bertepatan tahun 1401 H,
sebagai lembaga pemikiran Islam yang moderat. Berpusat di Herndon (Virginia, tepi
kota Washington DC), lembaga ini terus aktif bekerja pada isu-isu Pendidikan, Akademik
dan Sosial dari perspektif Islam untuk mempromosikan dan mendukung proyek-proyek
penelitian, mengatur pertemuan intelektual dan budaya, mempublikasikan karya-karya
ilmiah, serta terlibat dalam pengajaran dan pelatihan. Lembaga ini telah melibatkan
sejumlah besar Peneliti dan Akademisi dari berbagai belahan dunia.
Beragam program telah digulirkan untuk menjembatani kesenjangan intelektual
antara tradisi Islam dan peradaban Barat. Begitupun moderasi dialog antar agama
dan kewarganegaraan telah digelar secara berkala. Dari lembaga ini pula, arus
pemikiran Ekonomi Syariah mulai bergulir.
Eropa
Sementara di Eropa, para aktivis dakwah di kalangan intelektual juga mulai mengenalkan
Islam dengan konsep Euro-Islam. Yaitu Islam yang bertolak dari keselarasan pada
prinsip-prinsip kemanusiaan Eropa. Tidak hanya merebak dalam konteks pemikiran,
juga mulai menggeluti aspek Ekonomi. Mengingat di kalangan aktivis Islam telah
terjadi penguatan dalam bisnis, maka sedikit-banyak mereka harus memikirkan
pengelolaan uang dalam sistem Islam yang sangat mewanti-wanti perkara Riba.
Akhirnya dengan inisiatif Jamaluddin Attiyah (Bankir Profesional) dan Yusuf
Nada (Pengusaha Sukses), para aktivis Islam di Eropa mulai mendirikan International
Islamic Bank of Investment and Development (IIBID) di Lugano – Swiss, pada
tahun 1977. Tentu bukan merupakan usaha yang mudah, dengan investasi awal
pendiriannya sebesar 100 juta US Dollar. Dana investasi itu dihimpun dengan
partisipasi Al Baraka Group (Arab Saudi), Tadhamun Islamic Bank (Sudan),
Kementerian Wakaf Abu Dhabi (UEA), Kementerian Wakaf Kuwait dan Kementerian
Keuangan Kuwait.
Epilog
Demikianlah perkembangan dakwah dan aktivisnya di Amerika Serikat dan
Eropa. Tidak bisa dipandang sebelah mata; bahwa merekalah yang telah berperan
mengembalikan tatanan sosial masyarakat Amerika Serikat dan Eropa, bahwa
merekalah yang telah hadir dengan kredibilitasnya di tengah-tengah masyarakat
Amerika Serikat dan Eropa, bahwa merekalah yang telah berusaha menyelamatkan
tatanan negara Amerika Serikat dan Eropa dari pelumatan ideologi kebebasan.
Maka, dialog terkait Amerika Serikat dan Eropa, tidak pernah lepas dari
peran para aktivis Islam di sana. Sampai kapanpun. Sebab memang demikianlah
faktanya; inilah peradaban aktivis Islam di jantung peradaban Barat!
Sementara peradaban Barat telah tampil dengan ketidak-beradaban di jantung
negara-negara Islam. Jika demikian, siapa yang membangun dan siapa yang
merusak?
#SerialDakwahKultural _ 1 Maret 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar