Rabu, 10 Juni 2015

Tuliskan Saja, dan Berjiwalah Pekerja dengan Kerangka Narasimu agar Efektif dan Efisien


IRFAN AZIZI, (25/2/2012) _ Kita sering keluhkan tikai, pikuk, dan rancah. Pada bangunan persaudaraan yang merapuh, gemeretak serta berderit setiap saat. Sebab ulah penghuninya yang serakah dan gegabah.

Tapi benarkah serakah dan gegabah tampil dengan kesadaran penghuninya. Atau ia alami membaur dalam pribadi dari tumpukan pupuk sosial dan pengalaman. Yang karenanya tanpa disadari, dan tanpa diakui sebuah masalah.

Walau mungkin ada yang tampil dengan kesadaran penuh pembawaan. Yang karenanya memang dimunculkan untuk niatan yang kurang indah. Menjetikkan bara api, biar rumah ukhuwah menjadi membara.


Pada keduanya kita sampaikan keluh dan resah. Agar ada sadar yang lain, yang membangun dan merekatkan. Namun mungkin respon berbeda. Pada yang awal, bisa bergeming lalu perbaikan. Bisa pula tersadar, lalu menikmati polah. Pada yang kedua pun, bisa beranjak membaik. Namun bila kurang tepat, bisa menjadi-jadi. Atau tepatpun, tak buatnya genah.

Ini pun bukan sederhana. Karena keluh dan resah, seringkali tak jua sampai. Sebab rasa sungkan atau rasa risih. Yang sungkan karena penghormatan. Yang risih karena benci sekali. Namun ada yang di antaranya, yang belum jua sampai karena menunggu momen. Ini mungkin bisa positif, bila dijalani dengan teliti. Namun kian jua tak baik, bila tanpa sabar.

Tetapi, sampai ternyata tak harus menghampiri. Ia dapat dengan aneka sarana. Beriring dengan kemajuan zaman dan teknologi. Ia menggapai objeknya dengan santun, dengan dalam, dengan mengena. Hanya saja, tetap bisa baik, bisa pula buruk. Sebab sarana tak memuat serta emosi dan ekspresi, dalam bentuk-bentuknya. Ya, tulisan, gambar, maupun audio, pun gabungan audio visual, seringkali tak genap membawa serta emosi dan ekspresi. Maka respon pun tak genap.

Namun tak ada salahnya segala sarana dan bentuk yang termuatnya itu tetap diusahakan. Yang salah satu bentuknya adalah tulisan. Maka, tuliskan.

Tuliskan keluh dan resah, agar sampai meski tanpa kau menghampiri. Bahkan wujud itu dapat menutup emosi negatifmu, sehingga bisa segar diterima obekmu. Di sini kita bisa bukakan problema, jernihkan pemahaman, dan rajut kata sepakat. Agar gemuruh meredam, sebab saling paham. Agar gegabah menciut, sebab arah kian terang.

Namun itu jua tak kunjung tuntas, bila keterbukaanmu tak jua diimbangi dengan keterbukaannya. Kau kuras energimu, lucutkan informasimu, hingga mengering sebab tak berbanding dengan serapanmu darinya. Maka ia juga harus antarkan keluh dan resahnya. Agar bertemu padu guna terumuskannya komitmen.

Jika tak dapat jua, maka tetaplah kau yang lakukan. Bila menyusut energi dan maklumatmu, maka resaplah dari sumber yang lain selainnya. Sumber orang, sejarah, atau Kitab Suci tutur firman Rabb semesta. Sehingga kau tetap mampu melakukan, memberi tanpa henti, dan sejarah yang menyaksikan. Bahwa konflik bukan tersebab engkau, namun karena ketidak-seimbangnya pada sebagian pihak.

Dan kau, tersenyumlah. Sebab kau telah memulai. Mengusahakan sebuah dekat, dan menyibak tirai kesalahpahaman. Walau belum kunjung menghampiri, namun wujud tulisan telah sampaikan. Sembari berbenah diri, sampaikan ini pada mereka yang masih gagap menjalin komunikasi, untuk tuliskan saja. Dengan energi positif, dan usaha perbaikan terus-menerus pada pola ungkapan.

Lalu, selanjutnya.. Tulisan kita dapat berguna bagi narasi kerja kehidupan kita. Dengan narasi yang kita buat, langkah tertata, ruang kerja terpenuhi strategi, dan capaian dapat terukur efektif dan efisien. Alokasi waktu kita pun kian proporsional.

Itu ideal? Itu idealisme? Yang mungkin tersangka sebagai sesuatu yang cuma level ’terdengar’ saja.

Mungkin, memang. Namun, mungkin juga tidak. Karena itu menjadi, bahkan sudah menjadi di segenap ruang hidup ini, dan kan kian menjadi di ruang dan masa ke depannya. Dan simpulku, hal yang tersangka hanya level ’terdengar’ itu, pada prinsipnya dapat menjadi level ’terlaksana’ bila dihinggapi oleh jiwa-jiwa berlevel ’pekerja’.[]

Tulisan ini pernah diikutkan dalam program Satu Jam Menulis Serentak di Cyber (11.00-12.00 WIB) #MiladFLP 15 Tahun

Tidak ada komentar: