Dia yang terpaut pada masjid. Ada
yang menautkan diri pada masjid sepenuh kesadaran. Ada yang ditautkan orang
pada masjid sepenuh keterpaksaan. Pun ada yang terpaut tanpa alasan jelas yang
penuh kepentingan.
Begitulah masjid sebagai tonggak
awal kehidupan sosial dan simpul-simpul alur kisah kehidupan selanjutnya, pada
akhirnya juga menjadi kumparan segala ragam pembelajaran dari berbagai arahnya.
Seperti mata angin yang memiliki makna-makna tersendiri, begitulah lima penjuru
masjid juga menghadirkan makna-makna yang sekiranya bisa kita resapi.
Pertama: Makna Kesendirian
Ada penjuru kesendirian yang
meninggalkan maknanya pada masjid. Seperti Gani yang menyepi di masjid.
Kesendirian bisa berarti diri
yang kesepian atau menyepikan diri. Bila kita merasa kesepian, maka rasa sepi
itu akan bermakna sesaat setelah memasuki masjid. Begitupun bila kita hendak
menyepikan diri, maka dapatkan rasa sepi yang berpahala di masjid.
Kedua: Makna Kedukaan
Ada penjuru kedukaan yang
meninggalkan maknanya pada masjid. Seperti Budi, Abian dan Usman yang melepas
duka kegagalannya di masjid.
Kedukaan bisa karena diri tak
siap dengan kegagalan menggapai cita atau lebih banyak karena tak pahami akan
takdir baik dari-Nya. Padahal dengan kedukaan justru mungkin membuat kita
berlimpah kebaikan yang hakiki, misalnya jadi lebih tertaut pada masjid. Toh,
setelah merehatkan penat -akibat duka yang semula terasa tak siap kita terima
itu- di masjid, ternyata akhirnya kita sadari kehidupan kita tetap baik-baik
saja.
Ketiga: Makna Energi
Ada penjuru energi yang mengumpar
pada masjid. Seperti Lukman yang mengisi energi usahanya di masjid.
Bahwa energi kehidupan ini hanya
dari Allah yang Maha Kuasa. Maka bila usaha kita lesu atau bahkan mati, itu karena
kita memutus pasokan energi dari sumber satu-satunya. Pun bila energi kita
akhirnya membuat gerak usaha kehidupan menjadi liar, itu karena racikannya tak
semurni dari-Nya. Maka kembalilah selalu pada masjid untuk mendapatkan
kemurnian energi bagi setiap pekerjaan kita.
Keempat: Makna Kejahatan
Ada penjuru kejahatan yang makna
sejatinya akan ditemui pada masjid. Seperti Bewok yang mengambil kotak amal di
masjid.
Bahwa kejahatan itu selalu
mengandung makna pembersihan dan pembenahan. Terlebih bila kejahatan terjadi di
tempat kebaikan. Sebab memang bukan berarti kejahatan tidak akan terjadi pada
tempat kebaikan. Pun sebab hajat pembersihan maupun pembenahan justru sebagian
besarnya merupakan hajat bagi orang - orang di tempat kebaikan.
Setiap kejahatan adalah pengingat
bahwa godaan dunia begitu kencang bila tak tertaut pada masjid. Setiap
kejahatan adalah pengingat bahwa kebaikan yang saat ini bersemayam dalam diri
adalah nikmat yang perlu disyukuri. Dan juga, setiap kejahatan adalah ujian
yang akan menggugurkan dengan sendirinya sosok - sosok yang seakan baik namun
berduri bagi sekumpulan orang baik.
Kelima: Makna Kegaduhan
Ada penjuru kegaduhan yang makna
sebenarnya akan terungkap di masjid. Seperti Arde yang membuat gaduh di masjid.
Kegaduhan itu pertanda gejolak
jiwa. Gejolak jiwa itu pertanda tak nyamannya hati. Tak nyamannya hati itu
pertanda kebencian.
Makna kegaduhan seperti ini akan
terungkap di simpul-simpul kebaikan seperti masjid yang hakikatnya syahdu
menenangkan. Maka bila ada yang gaduh di masjid, sesungguhnya itu mengungkap
jati dirinya yang penuh kebencian.
Epilog: Menjadi yang Terpaut
Menjadi yang terpaut pada masjid,
akhirnya membuat kita menelisik diri pada tiga hal. Benarkah sepenuh kesadaran?
Ataukah sepenuh keterpaksaan? Atau pula sepenuh kepentingan?
Semoga kita yang terpaut pada
masjid sungguh karena memang hatinya yang terpaut. Agar sepinya hati tetap
punya arti, dukanya hati tak hilangkan asa, energi hati bertemu sumber yang
murni, jahatnya hati tak kian berlarut, serta gaduhnya hati terpental oleh
tabuh.
Akhirnya, dari seruang masjid
kita belajar bahwa siapapun manusia dengan baik-buruknya, sesungguhnya adalah
guru bagi kita. Guru bagi segala makna-makna kesejatian hidup.
Maka tidak ada rasa lain saat ini
kecuali rasa penasaran yang semakin menjadi pada film Lima Penjuru Masjid. Kita
ingin berguru dari segala ragam karakter tokoh-tokoh pada film tentang seruang
masjid itu. Semoga Lima Penjuru Masjid segera tayang, dan kita bisa kembali
nonton bareng. Gak sabar!
pada damri yang merindu musholla
pagi
Rabu, 24 Mei 2017
Irfan Azizi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar