Jumat, 11 Mei 2018

Tiga Belas Tanya Jawab Terkait 100 Tahun Kejahatan Janji Balfour dan 70 Tahun Tragedi Nakba



Tiga belas tanya jawab ini merupakan pertanyaan dan jawaban saya dalam diskusi Chai Khana bersama rekan-rekan di Pakistan pada tanggal 27 April 2018. Saya salinkan di sini agar bisa bermanfaat bagi yang lainnya.

Selamat menikmati! Dan silakan bila ada hal-hal lain yang ingin didiskusikan, bisa menuliskan di kolom komentar.


Pertama: Ada apa dengan Turki Utsmani sampai terjadi janji Balfour?

Janji Balfour ini kan munculnya di penghujung Perang Dunia I, yang dimulai 1914. Saat itu Turki Utsmani masuk di Blok Sentral bersama Jerman. Lalu kalah oleh Blok Sekutu yang dikomandoi oleh Inggris dan Prancis.

Jadi Turki Utsmani sendiri kondisinya di ujung keruntuhan. Yang wilayah-wilayahnya dibagi-bagi, terutama oleh Inggris dan Prancis.

Sejak semula memang Perang Dunia I dikondisikan untuk melemahkan pengaruh kawasan Ottoman. Sebab, sejak lobi Yahudi ke Ottoman yang dilakukan tahun 1840, Ottoman tetap bersikukuh tidak akan memberikan tanah Palestina.

Kedua: Bagaimana kondisi dunia Islam saat itu sampai migrasi besar-besaran terjadi, padahal sedang terjadi kebangkitan-kebangkitan pemuda Islam di berbagai belahan dunia sekitar tahun 20-an sampai 40-an?

Secara kehidupan sosial, memang ada tren kebangkitan pemuda-pemuda Islam. Bahkan di tanah Palestina sendiri juga akhirnya merasakan kebangkitan itu dengan hadirnya Izzuddin al Qassam yang meminta para tokoh setempat untuk melakukan perlawanan atas imigran Yahudi yang datang dan bertindak semena-mena.

Tapi di tataran kebijakan politiknya kan melemah. Ottoman diruntuhkan. Negara-negara yang muncul kemudian di sekitar wilayah Palestina seperti Mesir juga punya kepemimpinan yang lemah di hadapan lobi internasional.

Jadi, tidak cukup dengan kebangkitan sosial, namun juga perlu kebangkitan politik umat. Karena dari situlah kebijakan-kebijakan dilahirkan. Penataan geografi dan demografi, itukan tidak cukup dengan keinginan sosial, namun perlu kebijakan pemerintahan.

Maka, kalau kita ingat Perang Arab-Israel tahun 1967, kekalahannya kan bukan karena tidak adanya perlawanan masyarakat. Namun karena negara-negara Arab memutuskan menarik seluruh pasukannya dari tanah Palestina dalam waktu semalam. Hingga tentara Zionis bisa menguasai Masjid Al Aqsha.

Ketiga: Apakah benar di Kitab Suci Yahudi ada Firman yang menegaskan bahwa Palestina adalah Tanah Suci Yahudi?

Memang syiar 'hak Yahudi' ini dijadikan kampanye Zionis, untuk mendapatkan simpati orang-orang Yahudi. Tapi kan tidak semua Yahudi adalah Zionis, begitu yang dinyatakan oleh demontrans Yahudi di awal tahun 2000-an. Mereka menyatakan demikian, karena mereka juga termasuk yang terusik dengan kedatangan imigran Yahudi dari Eropa Timur. Sebab sebelum datangnya para imigran, di sana hidup berdampingan antara Yahudi-Nashrani-Muslim.

Lagi pula, Yahudi saat ini mengikuti kitab Taurat atau kitab Talmud? Bukankah saat ini mereka cenderung ke kitab Talmud? Kitab buatan Rabi mereka di abad ke-16. Bukanlah kitab asli dari Allah.

Dan, bila kita masih percaya dengan rukun iman ke-3 yang di antaranya adalah meyakini kebenaran dan keterjagaan al Qur’an hingga hari ini, maka tidakkah kita baca kisah dalam al Qur’an yang menceritakan begitu pengecutnya Yahudi saat menolak ajakan Nabi Musa alaihissalam untuk memasuki tanah Palestina? Lalu, saat ini mereka dengan sok-sok-an mengklaim bahwa itu adalah tanah yang dijanjikan kepada mereka.

Keempat: Kenapa harus Palestina? Bukankah tanah luas di permukaan bumi, kenapa tidak memilih negara lain saja?

Dahulu ketika Ottoman dilobi untuk memberikan wilayah Palestina, kan usulannya ke Afrika saja. Tapi mereka tetap bersikukuh memilih wilayah Palestina. Karena wilayah Palestina memang strategis, berada di antara barat dan timur. Di tepi laut tengah. Nilai strategisnya inilah yang menjadi incaran mereka. Selain juga keyakinan akan titik pergulatan akhir zaman.

Kelima: Atas segala yang telah terjadi, ke manakah negara-negara Islam saat itu? Saudi beserta aliansinya?

Maksudnya yang tahun 1948? Ada dan menguasai sebagian besar wilayah. Namun tiba-tiba mundur.

Keenam: Kenapa kita harus ikut membela Palestina, bukankah permasalahan di negara kita sendiri juga banyak?

Tidak ada yang mengharuskan. Tidak ikut juga gak apa-apa. Kalaupun ikut, bukankah juga tetap bisa memperhatikan masalah di negara kita?

Tapi kalau sebagai sebuah bangsa, memang ini konsekuensi sejarah. Bahwa dari sekian negara di Asia Pasifik yang dahulu diperjuangkan oleh Soekarno untuk dapat merdeka, tersisa Palestina yang hari ini belum merdeka. Padahal mufti Palestina yang mendorong Mesir untuk menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Jadi kalau secara kemanusiaan ini semacam balas budi. Kita hendaknya menjadi negara yang pertama mengakui kedaulatan Palestina, sebagaimana dahulu mereka yang paling pertama mengakui kemerdekaan kita.

Kalau sebagai sebuah umat, karena di sana ada Masjid Al Aqsha yang diberkahi di sekitarnya. InsyaAllah kepedulian kita terhadap masjid al Aqsha akan mendatangkan keberkahan bagi negeri kita. Di antara kepedulian terhadap Masjid Al Aqsha tentu dengan peduli terhadap Palestina yang di atasnya terdapat Masjid Al Aqsha, kiblat pertama dan 1 dari 3 masjid yang kita dibolehkan bersusah payah mengunjunginya. Sebab bila wilayah Palestina dikuasai Zionis, tidak ada jaminan Masjid Al Aqsha tetap berdiri sampai sekarang.

Ketujuh: Kira-kira bagaimana sikap dan tanggungjawab Inggris sekarang terhadap isu ini? Mengingat jika ana baca media massa sesekali ada ketidak-sepahaman Inggris dan Israel saat ini terhadap apa yang Israel lakukan dengan Palestina.

Tahun lalu sih Perdana Menteri Inggris Theresa May mengadakan perayaan 100 tahun Janji Balfour, untuk mengekspresikan kebanggaan peran negaranya mendirikan “negara Israel” di Palestina. Tapi memang demo-demo penolakan Janji Balfour banyak muncul di UK.

Kedelapan: Apa solusi kita sebagai umat yang mengetahui hal ini, dan langkah kongkrit apa yang kita harus laksanakan?

Tentu kita harus berjuang, tapi tentu pula dengan strategi-strategi yang diperlukan dan dibutuhkan untuk saat ini. Strategi apa yang harus kita lakukan?

Yang pertama dan utama adalah menyadarkan umat tentang tanggungjawabnya. Bagaimana al Qur'an bicara tentang Masjid Al Aqsha dan sekitarnya? Bagaimana Hadits bicara tentang Masjid Al Aqsha dan sekitarnya? InsyaAllah bila umat memahami dengan baik, maka akan tahu bagaimana kita bersikap.

Kalau dari saudara-saudara kita di Palestina, yang mereka butuhkan saat ini adalah dukungan ekonomi dan dukungan politik. Sebab mereka perlu bertahan menghadapi krisis, dan mereka perlu kawan saat pemerintahan di negara-negara sekitarnya meninggalkan. Turki mungkin mewakili, tapi kalau kita bisa ikut serta membantu baik secara donasi kemanusiaan maupun kebijakan politik luar negeri Indonesia akan lebih baik.

Yang paling dekat akan kita hadapi adalah rencana pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Al Quds pada 14 Mei 2018. Tiga hari sebelum Ramadhan. Tepat sehari sebelum 70 Tahun munculnya negara penjajah Israel.

Pemindahan kedutaan ini untuk target pengukuhan Al Quds sebagai ibukota penjajah Israel. Dan tentu akan berdampak bagi kondisi Masjid Al Aqsha dan umat Islam yang ada di sana. Setidaknya 6 hal ini, bisa dibaca di 6 Dampak Bila Al Quds Menjadi Ibukota Israel

Kesembilan: Apa yang melatar-belakangi Napoleon dan Inggris mempersilahkan Yahudi Eropa memasuki Palestina?

Lobi konglomerat Yahudi yang kemudian membentuk gerakan Zionis Internasional.

Kesepuluh: Apakah sebelumnya telah terjadi lobi-lobi basah oleh penggerak zionis kepada Inggris dan Perancis?

Ya. Setiap momen selalu ada lobinya. Termasuk sebelum Donald Trump akhirnya mengumumkan rencana pemindahan pada 6 Desember 2017 lalu. Ringkasnya di video ini. KLIK

Kesebelas: Saya pernah mendengar sebuah pernyataan bahwa tidak semua masyarakat Yahudi itu zionis, apakah benar dan bagaimana mauqif kita?

Sikap kita sebagaimana sikap Rasulullah. Kalau dengan Yahudi, kita tidak ada masalah. Bahkan dengan Zionis juga tidak ada masalah. Yang menjadi persoalan, ketika mereka menistakan umat Islam. Sebagaimana dahulu Yahudi di madinah terusir karena melecehkan muslimah.

Dan ini bukan perkara ketidak-toleranan. Justru ini menjunjung nilai-nilai toleransi yang saling menghargai. Karenanya, kita tidak akan membiarkan sikap semena-mena. Begitu ada satu sikap semena-mena dibiarkan, akan muncul sikap semena-mena lainnya.

Dan tema ke depannya, akan lebih fokus pada kota Al Quds. Inilah garis merah pertarungannya...

Sehingga syiar di gambar atas ini yang akan menjadi panduan pembelaan kita kepada bangsa Palestina. Yaitu kesepakatan 1 abad, kita pastikan tidak terealisasi.

Keduabelas: Apakah memakai jaket Palestina diharamkan atau tidak?

Bukankah pakaian bagian dari muamalah? Dan bukankah muamalah punya kaedah dasar dibolehkan kecuali ada dalil yang mengharamkan? Maka, adakah dalil pengharamannya?

Ketigabelas: Saya pernah mendengar ada fatwa hijrah untuk masyarakat Palestina agar keluar dari tanah Palestina demi menjaga kehormatan, harta dan darah kaum muslimin, dengan alasan kehormatan dan darah kaum muslimin lebih penting untuk dijaga daripada menjaga Masjid Al-Aqsa. Fatwa tersebut juga didasarkan pada peristiwa hijrah Rasulullah SAW yang meninggalkan Masjidil Haram dan Makkah untuk hijrah ke Madinah. Dalam kuliah yang pernah saya ikuti pun dosen pernah mengatakan bahwa saat berperang melawan Darul Harb, perhitungan kekuatan kaum muslimin vs Darul Harb pun penting. Dosen mengatakan apabila kekuatan kaum muslimin lebih lemah maka sebaiknya tidak memulai perang. Sampai saat ini yang kita lihat adalah zionis senantiasa menjajah dan menindas masyarakat Palestina. Menurut ustadz, solusi terbaik adalah, apakah terus berjuang atau mengikuti fatwa hijrah?

Saya coba rincikan jawabannya per-poin berikut:

1. Bila pertimbangannya adalah lebih penting menjaga darah muslim daripada masjid Al Aqsha.

Bukankah Masjid Al Aqsha termasuk 1 dari 3 masjid yang kita dibolehkan bersusah payah menujunya?

عن أبي هريرةرضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "لا تشد الرحال إلا إلى ثلاثة مساجد: المسجد الحرام، ومسجد الرسول صلى الله عليه وسلم، ومسجد الأقصى.”

2. Bila pertimbangannya adalah menjaga kehormatan dan darah kaum muslimin.

Apakah setelah menjauh dari "Masjid Al Aqsha yang telah Kami berkahi sekitarnya" (al Isra' : 1), umat akan terhormat?

Bukankah kemarin warga Palestina yang ada di luar tanah palestina yaitu di Malaysia ditembak di kepalanya saat hendak sholat Shubuh dan darahnya tumpah?

3. Bila pertimbangannya karena kekuatan kaum Muslimin.

Bukankah 3 peperangan di tanah Palestina dalam kurun 10 tahun terakhir (2008, 2012 dan 2014) telah membuat pasukan Israel mengalah? Artinya kekuatan umat Islam di sana gagal ditaklukkan oleh pasukan Israel.

Lalu kenapa masih kita lihat zionis masih menjajah? Ini perkara waktu. Kemenangan sebentar lagi, insyaAllah.

Tidak ada komentar: