Rabu, 02 Mei 2018

KAPAN KITA BERHENTI DAN BOLEH TAK IKUT?


Rasulullah kembali diperintah untuk menyampaikan kepada orang-orang Arab Badui yang sebelumnya tak ikut. "Kamu akan diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar, kamu harus memerangi mereka kecuali mereka menyerah. Jika kamu patuhi (ajakan itu), Allah akan memberimu pahala yang baik; tetapi jika kamu berpaling seperti yang kamu perbuat sebelumnya, Dia akan mengazab kamu dengan azab yang pedih."


Pesan kedua kalinya itu diabadikan pada ayat ke-16 dari surat Al Fath. Ayo ikut, jangan lagi tak ikut seperti sebelumnya! Ayo ikut, sampai mereka menyerah! Kalau kamu patuh, maka akan dapat pahala kebaikan. Kalau kamu tak patuh, maka akan dapat azab kepedihan.

Jadi, jangan ulangi kesalahan untuk kedua kalinya. Jangan pula justru kita yang menyerah. Merekalah yang seharusnya menyerah. Dan bila kita tak ikut, maka artinya kita telah menyerah sebelum berjuang.

Inilah jawaban bagi pertanyaan, kapan kita berhenti? Yaitu bila mereka telah menyerah. Bukannya kita yang menyerah. Ini penting, agar agama ini tak dinistakan oleh mereka dengan semena-mena.

Lagi pula, ini perkara kepatuhan. Kita patuh atau tidak dengan seruan? Tentu patuh dan tak patuh punya konsekuensinya masing-masing. Tahulah kita...

Lalu, apa jawaban bagi pertanyaan, kapan kita boleh tak ikut? Ini yang disampaikan pada ayat berikutnya, ayat 17.

Pertama, orang buta. Kedua, orang cacat pincang. Ketiga, orang sakit. Nah, adakah kita dari ketiganya?

Ya Allah, ajarkanlah kami bersyukur atas anugerah fisik kami yang masih bisa melihat, tak pincang dan tetap sehat. Ya Allah, tetapkanlah langkah kami menapaki kepatuhan demi kepatuhan. Ya Allah, kuatkanlah kesabaran kami untuk bertahan dan terus maju tanpa sedikitpun mundur menyerah.


Jakarta, 11 April 2018

Tidak ada komentar: