Rabu, 19 Juli 2017

MASJID AL AQSHA DITUTUP, UMAT ISLAM DILARANG JUM'ATAN

Tentara Zionis bersenjata menyiksa Kaum Muslimin yang hendak beribadah di Masjid Al Aqsha.

Jum'at, 14 Juli 2017. Masjid Al Aqsha kembali berduka, dengan ditutupnya dan dilarangnya umat Islam menunaikan shalat Jum'at di dalamnya. Begitu semena-menakah tentara zionis Israel terhadap Masjid Al Aqsha tempat ibadah umat Islam?



Alasan mereka, karena ada penyerangan dari tiga pemuda Palestina. Tidak seperti biasanya yang hanya menggunakan batu, tiga pemuda ini menyerang dengan senjata tembakan. Serangan itu berhasil membunuh 2 tentara zionis Israel dan melukai tentara lainnya.

Tiga pemuda yang menyerang di luar pintu Huththah pada sisi utara Masjid Al Aqsha tersebut, sempat berhasil menerobos penjagaan polisi Israel di pintu Masjid Al Aqsha dan masuk berhadapan dengan tentara Israel yang siaga di dalamnya. Terjadilah pertempuran yang sesungguhnya tidak berimbang, baik jumlah tentara zionis yang dihadapi maupun senjata yang mereka gunakan. Hingga akhirnya ketiga pemuda tersebut menemui kesyahidan.

Dengan dalih adanya penyerangan tiga pemuda itulah kemudian tentara zionis Israel menutup Masjid Al Aqsha dari seluruh kaum muslimin, bahkan menutupnya untuk tidak digunakan shalat Jum'at. Sungguh menggelitik, apa haknya mereka menutup tempat ibadah umat Islam? Bukankah kalau mereka menutup tempat ibadah umat Islam itu artinya mereka merampas hak umat Islam? Lagi pula, yang dilakukan tiga pemuda tersebut sesungguhnya perlawanan, dan bukan penyerangan. Mereka melawan zionis Israel yang semakin semena-mena terhadap Masjid Al Aqsha.

Apa sesungguhnya kesemena-menaan zionis Israel? Ini yang perlu kita pahami.

Perlu diketahui, perkembangan terakhir bahwa pemerintah penjajah zionis dalam satu tahun belakangan ini telah membolehkan anggota Knesset kembali menyerang al Aqsha setelah sempat terhenti dengan adanya Intifadhah Al Quds pada Oktober 2015. Selain itu, dibuka keleluasaan bagi Yahudi untuk menghidupkan syiar Talmud di dalam Masjid al Aqsha, bahkan pernikahan Yahudi di dalam Masjid al Aqsha. Sebanyak 1391 pendatang zionis juga telah intensif memasuki Masjid Al Aqsha pada Juni lalu dan terus meningkat pada bulan Ramadhan kemarin. Sehingga Masjid Al Aqsha semakin riuh dengan orang-orang zionis Yahudi.

Lebih dari itu, juga gangguan yang meningkat bagi para penjaga Masjid Al Aqsha. Bahkan mereka diusir dari Masjid Al Aqsha, termasuk jamaah sholatnya pun diusir. Begitu pula kelompok-kelompok pengajian yang banyak di dalam Masjid Al Aqsha pun dibubarkan.

Dengan semua runutan kesemena-menaan zionis Israel, maka tidak bisa diterima kebijakan mereka menutup Masjid Al Aqsha. Toh, zionis Israel juga tidak punya hak atas Masjid Al Aqsha.

Kebijakan menutup Masjid Al Aqsha inipun dinilai kesemenaan yang lebih semena-mena, sebab kebijakan menutup total Masjid Al Aqsha belum pernah ada sejak tahun 1969. Dan inilah yang kemudian dilawan besar-besaran oleh kaum muslimin di sana, termasuk di seluruh dunia. Agar selanjutnya zionis Israel tidak bersikap semakin semena-mena terhadap Masjid Al Aqsha.

Sampai lima hari berselang, Masjid Al Aqsha belum dibuka juga untuk umat Islam. Perlawanan dari kaum Muslimin di sana pun terus berlanjut hingga tadi malam (18/7/2017). Termasuk yang turun melawan adalah Imam Besar dan Khatib Masjid Al Aqsha, Syeikh Ikrimah Shabri. Bahkan dalam aksi demontrasi umat Islam melawan kebijakan semena-mena penjajah zionis Israel tersebut, Syeikh Ikrimah Shabri terkena tembakan tentara zionis Israel dan membuat beberapa sisi tubuhnya terluka.

Sungguh keji zionis Israel yang menghadapi demontrasi tanpa senjata dengan sepasukan tentara lengkap dengan tongkat dan senjata mereka. Bahkan terhadap kaum tua sekalipun. Di mana nilai-nilai kemanusiaan? Sungguh teror yang sistemik kepada umat Islam di Palestina.

Umat Islam dihalangi shalat di Masjid Al Aqsha oleh Zionis Israel.

Imam Besar dan Khathib Masjid Al Aqsha, Syeikh Ikrimah Shabri terluka. 




1 komentar:

Billy Antoro mengatakan...

Zionis Yahudi kampret! Kekejaman penjajah ini terus terjadi, tidak ada yg bisa mengadili perilaku biadabnya, bahkan PBB sekalipun.