Minggu, 24 Juli 2016

Bagian VII: SUMBER DAYA FETHULLAH GULEN (Operasi Empat Puluh Tahun)


Tersiar kabar pada 20 Juli kemarin, Necmi Akman telah bunuh diri. Ia adalah pejabat setara kepala daerah di wilayah Manisa. Hal itu dilakukan setelah namanya keluar sebagai kader Feto. Kenapa harus bunuh diri? Mungkin itu pertanyaan di benak kita. Ketakutan, mungkin. Tapi, kenapa pula harus takut? Bila memang di pihak yang benar.


Necmi Akman tidak seorang diri. Banyak pula yang mulai keluar dari keanggotaan Sindika/Vakbond (Feto) di mana mereka bekerja. Mereka juga mulai menghapus semua jejak di sosial media. Sekali lagi, hal ini dilakukan setelah kudeta gagal, yang semula mereka harapkan berhasil.

Wakil Perdana Menteri Mehmet Simsek telah menyatakan, bahwa lebih dari 1000 tentara telah kabur. Kenapa? Lagi-lagi tambahan pertanyaan yang terus menumpuk di benak-benak kita. Kabur merupakan sebentuk lari dari kenyataan. Itu artinya tidak berani menghadapi konsekuensi. Hanya orang-orang berjiwa pengecut atau yang meang tidak punya pijakan kebenaran yang akan melakukan hal seperti itu.

Tapi perjalanan Feto bukanlah perjalanan beberapa tahun. Empat puluh tahun telah ia lalui. Dan selama itu pula, Feto terus mengembangkan sumber dayanya. Pada bidang Pendidikan saja, mereka memiliki guru sebanyak 60 ribu. Dari 60 ribu itu, sebanyak 15.200 guru masih terlibat aktif di organisasi Feto. Maka kita bisa bayangkan, jika para pembuat makar itu ditumpas, maka serta-merta terbuka lowongan pekerjaan untuk puluhan ribu orang.

Pendidikan memang program utama mereka. Di Indonesia saja telah berdiri beberapa sekolah Indonesia – Turki yang merupakan kerjasama dengan PASIAD, lininya Feto. Ada Lembaga Pendidikan Pribadi (Depok), Pribadi Bilingual Boarding School (Bandung), Kharisma Bangsa (Tangerang Selatan), Semesta (Semarang), Kesatuan Bangsa (Yogyakarta), Sragen Bilingual Boarding School (Sragen), Fatih Bilingual School Putra dan Putri (Aceh), dan Banoa (Kalimantan Selatan).

Namun kemarin (22/7) antaranews.com memberitakan bahwa UIN Syarif Hidayatullah telah menghentikan kerjasama dengan Fethullah Gulen Chair sebelum Ramadhan. “Pemutusan kerjasama ini berdasarkan berbagai pertimbangan mendasar,” kata Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Dede Rosyada.

“Pihak Dubes Turki di Jakarta memberi saran ke Dirjen Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama RI agar kerjasama dengan pihak Fethullah Gulen Chair ditinjau ulang,” tambah Profesor Dede memberikan alasannya. Ke depannya, ia ingin kerjasama dilakukan oleh pemerintah dengan pemerintah, dan bukan dengan LSM.

Selain bidang pendidikan, Feto juga membangun jaringan medianya. Tiga belas media televisi milik mereka adalah STV, Samanyolu Haber, Can Erzincan TV, Kanal 124, Yumurcak TV, Hira TV, MC TV, Dunya TV, Kanal Turk, Bugun TV, Mehtap TV, Merkur TV, dan Tuna Shoping TV. Adapun radio milik mereka ada 11 yaitu Samanyolu Haber Radyo, Kanal Turk Radyo, Berfin FM, Burc FM, Radyo Mehtap, Haber Radyo Ege, Dunya Radyo, Radyo Kure, Esra Radyo, Samanyolu Haber Radyosu, dan Samanyolu Haber Radyo Anadolu.

Terhadap para pelaku Kudeta kali ini, masyarakat telah menuntut untuk dikenakan hukuman mati. Menteri Agama pun telah mengeluarkan fatwa untuk tidak mensholati pelaku kudeta yang meninggal. Bahkan di kota Ordu, pemerintah setempat tidak mengizinkan kuburan umum bagi jenazah kudeta.

Dalam perjalanan Turki, tuntutan ini tentu tidak mudah. Mengingat sejak 1984 belum ada hukuman mati di Turki. Bahkan sejak 2004, Turki menghapus hukuman mati untuk memenuhi syarat bergabung dengan Uni Eropa. Tapi Erdogan menyambut tuntutan ini dengan menyatakan bahwa kali ini tidak akan menunda hukuman mati.

Tapi beginilah yang terjadi dan harus dihadapi. Kita teringat pesan Imam Syafi’i, ketika ditanya bagaimana mengetahui ahlul haq di zaman fitnah. Jawab beliau sederhana, “Ke mana arah senjata musuh itulah ahlul haq.”

Mari kita merunut awal pekan ini. Anadolu Agency telah melaporkan pada hari Senin (18/7) bahwa Atase Militer Turki untuk Kuwait yaitu Mikail Gullu telah ditahan oleh Pejabat Arab Saudi setelah adanya permintaan dari Ankara pada hari Minggu (17/7). Mikail Gullu sempat meninggalkan Kuwait setelah gagalnya Kudeta, lalu transit di Dammam untuk lanjut ke Amsterdam (Belanda). Di Dammam itulah ia ditangkap. Selanjutnya pemerintah Arab Saudi akan segera memproses ekstradisinya ke Turki.

Mikail Gullu diperkirakan akan ditunjuk sebagai Presiden Teknik dan Industri Chemical Corporation jika kudeta itu berhasil. Beginilah kerja agen-agen CIA yang ditanam di perusahaan-perusahaan swasta. Tidak perlu terkejut.

Merespon kondisi Turki, Raja Salman bin Abdul Aziz mengucapkan selamat kepada Erdogan. Sebagaimana disampaikan oleh Saudi Press Agency, “Yang Mulia (Raja Salman) mengucapkan selamat untuk Presiden Erdogan yang mengembalikan kondisi normal di Turki dan menyatakan Kerajaan Arab Saudi menyambut keamanan dan stabilitas yang dipulihkan oleh pimpinan Yang Mulia (Erdogan) dan melanjutkan kerja pemerintah Turki.”

Kini, di rumah-rumah dan di kendaraan-kendaraan kader-kader Feto marak mengibarkan bendera Turki. Ada apa? Bila mereka melakukan semua ini untuk kebaikan Turki, kenapa baru dalam kondisi tertekan merasa perlu mengibarkan bendera Turki?



Nusantara, 23 Juli 2016

Tidak ada komentar: