![]() |
sumber: akarsejarah.wordpress.com |
Bila
dikatakan bahwa masyarakat Islam adalah masyarakat yang berperadaban, sementara
masyarakat jahiliyah adalah masyarakat yang tidak berperadaban; apakah benar?
Mari kita cermati beberapa indikasi dari masyarakat Islam dan masyarakat
jahiliyah berikut.
Indikasi
masyarakat Islam. Pertama; manusia dilepaskan dari penghambaan kepada sesama
menuju penghambaan kepada Allah semata, sehingga merasakan kebebasan dan
memiliki martabat yang hakiki. Kedua; menghimpun manusia atas kebebasan
kehendak dan pilihan dengan landasannya adalah ruh dan akal. Ketiga; menitik
pada sisi kemanusiaan.
Indikasi
masyarakat jahiliyah. Pertama; sebagian manusia membuat aturan yang menekan
sesamanya dan menundukkan sebagian lainnya. Kedua; menghimpun manusia atas
kepentingan di luar naluri manusia seperti kewarganegaraan, kebangsaan, warna
kulit, dan tanah air. Ketiga; menitik pada sisi materi.
Setelah
kita cermati indikasi-indikasi tersebut, maka benarlah bila dikatakan bahwa
masyarakat Islam adalah masyarakat yang berperadaban. Tidakkah kebebasan dan
martabat yang hakiki adalah standar beradab? Sedangkan sikap saling menekan dan
menundukkan sesama manusia adalah tanda pandangan sempit yang tidak beradab.
Tidakkah
membebaskan manusia sesuai kehendak dan pilihannya berdasar ruh dan akal adalah
standar beradab? Sedangkan memaksakan kepentingan di luar naluri manusia adalah
tanda pemaksaan yang tidak beradab. Sebab manusia tetaplah manusia meski tanpa
kewarganegaraan, kebangsaan, warna kulit, dan tanah air. Namun manusia tidak
lagi sebagai manusia bila tanpa ruh dan akal. Karenanya manusia bisa saja
beralih aqidah, konsepsi, pemikiran, serta pedoman kehidupan. Namun tidak bisa
mengubah kesukuan dan warna kulit, karena tidak bisa menentukan tempat lahir dan
orang tua.
Tidakkah
menitikkan pada sisi kemanusiaan adalah standar beradab? Sedangkan menitikkan
pada sisi materi adalah tanda mengeliminasi kemanusiaan yang tidak beradab.
Meskipun pencapaian fisik merupakan salah satu faktor pendukung kedudukan manusia
sebagai khalifah di muka bumi, namun khilafah tetaplah bukan nilai tertinggi
bila tidak menghargai unsur kemanusiaan.
Dari
tiga indikasi tersebut, maka jelaslah bagi kita bahwa sesuatu itu berperadaban
bila telah memenuhi aspek Kemerdekaan hakiki bagi setiap manusia, menghormati
Ruh dan Akal yang dimiliki setiap manusia, serta memperhatikan Nilai
kemanusiaan bagi setiap dinamika kehidupannya.
Masyarakat
Islam dan Masyarakat Jahiliyah
Begitulah
masyarakat Islam sebagai masyarakat yang berperadaban. Sementara masyarakat
jahiliyah sebagai masyarakat yang tidak berperadaban. Sesungguhnya apa yang
dimaksud masyarakat Islam dan apa yang dimaksud masyarakat jahiliyah?
Sederhananya,
masyarakat Islam adalah masyarakat yang mempraktekkan bimbingan Islam dan masyarakat
jahiliyah adalah masyarakat yang tidak mempraktekkan bimbingan Islam. Adapun praktek
bimbingan Islam ini mencakup Aqidah, Ibadah, Syariat dan Akhlak.
Bekal
peradaban itu adalah bimbingan Islam, sebab itulah bimbingan dari Pencipta dan
Penguasa alam semesta. Yang Maha Tahu akan segala isi peradaban ciptaan-Nya.
Maka tidak cukup dengan berislam, namun juga hendaknya mempraktekkan bimbingan
Islam. Karenanya meski beragama Islam, bisa pula terjatuh dalam kejahiliyahan
bila tidak mempraktekkan bimbingan Islam.
Sebagaimana
jahiliyah itu mewujud karena dua hal. Pertama;
karena mengakui Tuhan berkuasa atas kerajaan langit, namun tidak mengakui Tuhan
berkuasa atas kerajaan bumi. Kedua;
karena mempersilahkan penyembahan kepada Tuhan, namun melarang berpedoman
dengan syariat-Nya.
Inilah
yang dinyatakan dalam surat az Zukhruf ayat 84, “Dan Dia-lah Tuhan (yang
disembah) di langit dan Tuhan (yang disembah) di bumi dan Dia-lah yang Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”
Perbedaan
Mendasar
Dalam
masyarakat yang berperadaban, sendi utamanya adalah keluarga. Pada keluarga
itulah terdapat pembagian tugas antara suami dan istri, serta prioritas pendidikan
anak-anak. Sebab nilai-nilai dan moralitas mustahil tumbuh di dalam satuan
wadah selain keluarga.
Sementara
dalam masyarakat jahiliyah, sendi utamanya adalah seks bebas. Sehingga tidak
ada tanggungjawab laki-laki dan perempuan, serta mengabaikan pendidikan generasi
masa depan. Maka nilai-nilai dan moralitas pun tak mungkin tumbuh dalam kondisi
masyarakat seperti itu.
Padahal
perbedaan mendasar berperadaban itu ada pada nilai-nilai dan moralitas. Bila
nilai-nilai dan moralitas tiada dalam sebuah masyarakat, maka tiada pula wujud
masyarakat berperadaban.
Bagaimana
Membangun Peradaban?
Mulanya
adalah pergerakan sekelompok orang, hingga kemudian terbangunlah masyarakat.
Namun meskipun masyarakat telah terbangun, pergerakan sekelompok orang di
dalam masyarakat tersebut hendaknya tetap berjalan. Sebab dari pergerakan sekelompok itulah,
dapat dilakukan penilaian kapasitas tiap-tiap individu dalam masyarakat
sehingga dapat ditentukan tugas dan kompetensi masing-masing. Demikianlah
setiap individu anggota masyarakat harus berinisiatif pergerakan, sehingga
sempurnalah susunan masyarakat dengan keseimbangan antara jumlah anggota dan
jumlah tugasnya.
Begitulah
proses terbangunnya sebuah peradaban. Pergerakan sekelompok orang itu awalnya
mungkin tidak disadari kebanyakan manusia. Setelah muncul dan mulai disadari,
sangat mungkin terjadi konflik dalam masyarakat baru tersebut yang memiliki keyakinan
dan konsepsi tersendiri. Tetapi seiring perkembangannya, akan dapat
menyeimbangkan masyarakat dengan keyakinan dan konsepsi tersebut.
Memahami
Peradaban Islam
Peradaban
Islam adalah peradaban yang mengakomodasi implementasi nilai-nilai kemanusiaan,
bukan kemajuan teknologi, ekonomi, ataupun ilmu pengetahuan yang diiringi
keterbelakangan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, peradaban Islam sangat
mungkin diwujudkan di setiap tempat dan lingkungan manapun yang bisa
mengakomodasi nilai-nilai kemanusiaan.
Peradaban
Islam memiliki bentuk yang beragam, namun asas dan nilainya bersifat permanen.
Yaitu beribadah kepada Allah, berhimpun karena aqidah, berpedoman pada
manhaj-Nya, serta menjunjung nilai kemanusiaan yang sejati. Bila asas dan nilai tersebut tidak ada, maka bukanlah peradaban Islam.
Ketika peradaban Islam telah terwujud, ia memanfaatkan
kemajuan yang ada lalu mendorongnya untuk terus berkembang dengan terus
menjunjung tinggi orientasinya. Jika belum ada kemajuan, maka peradaban Islam akan
memeloporinya dan menjamin berkembangnya hingga mapan. Demikianlah Islam
membangun peradabannya dengan berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan,
sehingga cocok pada semua situasi dan kondisi.
من كتاب معالم في الطريق لسيد قطب
Tidak ada komentar:
Posting Komentar