Rabu, 17 Agustus 2022

Materi Surat At Tiin

 

 

- I -

Kalau sedang dalam perjalanan, salah satu surat yang mungkin bisa sering dibaca saat shalat adalah surat At Tiin. Karena begitulah yang dilakukan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sebagaimana disampaikan dalam riwayat al Barra bin Azib. Surat ini termasuk surat Makkiyah yang turun setelah surat al Buruj. Berisi tentang kemuliaan manusia, yang ukurannya pada iman dan amal.

Surat ini singkat, hanya berisi 8 ayat. Allah subhanahu wata’ala mengawali pada ayat pertama dengan sumpah terhadap buah Tiin dan buah Zaitun. Buah, itu pemaknaan dari Mujahid. Namun ada pemaknaan lain terkait istilah Tiin. Ada yang mengatakan itu adalah gunung yang penuh pohon Tiin. Ada juga yang mengatakan itu adalah masjid di kota Damaskus. Al Qurtubi bahkan secara definitif menyebut itu sebagai masjidnya Ashabul Kahfi. Ibnu Abbas menyebut itu sebagai masjidnya Nabi Nuh di puncak bukit al Judi.

Bagaimana dengan zaitun? Selain dimaknai sebagai buah zaitun, juga ada yang mengatakan sebagai masjid di kota Al Quds, sebagaimana pendapat Qatadah. Sehingga kita juga temukan pemaknaan bahwa at Tiin dan Zaitun menunjuk pada Baitul Maqdis di Palestina.

Lalu, bagaimana dengan Thur Sina pada ayat kedua? Ka’bul Ahbar menyebutnya sebagai nama bukit tempat Allah berbicara langsung kepada Musa alaihissalam. Adapun Balad al Amin yang disebutkan pada ayat ketiga itu dimaksudkan sebagai Kota Makkah. Begitu menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Al Hasan, dan lainnya.

Maka secara umum bisa disimpulkan bahwa 3 ayat pertama surat at Tiin ini membahas 3 tempat istimewa, yaitu Baitul Maqdis (Palestina), Bukit Sinai (Mesir) dan Makkah (Arab Saudi). Ketiganya merupakan tempat diutusnya Nabi Ulul Azmi. Pada Baitul Maqdis ada Nabi Isa alaihissalam, pada Bukit Sinai ada Nabi Musa alaihissalam, dan pada Makkah ada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam.

 

- II -

Setelah sumpah terkait 3 tempat itu, Allah subhanahu wata’ala pun menegaskan pada ayat keempat bahwa manusia telah diciptakan dengan sebaik-baiknya bentuk. Namun meskipun dalam wujud sebaik-baiknya bentuk, ia bisa saja dikembalikan ke serendah-rendahnya tempat sebagaimana dinyatakan pada ayat kelima. Serendah-rendahnya tempat itu adalah neraka, begitu pendapat Mujahid. Kenapa begitu? Jika mereka tidak taat kepada Allah dan tidak mengikuti Rasul-Rasul-Nya.

Karena ada sebabnya, maka ada pula pengecualiannya. Hal itu dikarenakan tak semuanya terjebak pada sebab yang menjadikan mereka kembali ke tempat serendah-rendahnya. Itulah yang dijelaskan pada ayat keenam, “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.” Ini semakna dengan surat al ‘Ashr, ketika menjelaskan semua manusia merugi kecuali yang beriman, beramal shaleh, serta saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Bahkan tidak hanya selamat dari neraka, ujung ayat keenam surat at Tiin menyebutkan bahwa mereka akan mendapatkan pahala yang tiada habis-habisnya.

 

- III -

Sampai di penghujung surat At Tiin, kita dihenyakkan dengan pertanyaan di ayat ketujuh, “Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?” Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, setelah kita mendapat gambaran tentang penciptaan manusia yang sempurna, apakah masih ada keraguan pada hari pembalasan? Kesadaran inilah yang terus dibangunkan pada jiwa manusia. Kita diciptakan sebaik-baiknya bentuk, lalu dikembalikan ke serendah-rendahnya tempat bila tidak taat. Bila ingin selamat, maka beriman dan beramal shaleh. Maka, ingatlah terus hari pembalasan! Teruslah beriman dan beramal agar selamat di hari pembalasan.

Kita pun akan semakin terhenyak bila menyeksamai ayat terakhir yaitu kedelapan, “Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?” Ibnu Katsir memahami ayat ini bukan sekadar mengingatkan terkait keadilan Allah. Bahkan lebih dari itu, secara tersirat ayat ini menegaskan bahwa hari pembalasan itu menjadi penting adanya untuk menunjukkan keadilan Allah. Bagaimana penjelasannya? Ya, bukankah di antara mekanisme pembalasannya adalah orang yang teraniaya di dunia dapat membalas kepada orang yang pernah berbuat aniaya kepadanya di hari pembalasan itu? Maka jika demikian, sungguh adillah Allah. Karena yang membalasnya langsung yang teraniaya.

Ada hadits yang memberi arahan, bila sampai ayat kedelapan atau akhir surat at Tiin ini, maka hendaklah kita berucap, “Benar, dan aku termasuk orang-orang yang menjadi saksi atas hal tersebut.” Jadi, kita membenarkan bahwa Allah seadil-adilnya hakim di hari pembalasan kelak.

Begitulah, manusia diciptakan penuh kemuliaan. Untuk menjaga kemuliaan tersebut, perlu iman dan amal shaleh. Maka tetaplah dalam keimanan dan amal shaleh, agar kemuliaan kita terjaga. Semoga Allah teguhkan keimanan kita dan mantapkan perjalanan hidup kita untuk beramal shaleh. Aamiin.

 

Tidak ada komentar: