Membahas Palestina selalu menarik bagi kita bangsa Indonesia. Terlebih
Menteri Luar Negeri Retno L. P. Marsudi tegas mengingatkan bahwa Palestina adalah jantung politik luar negeri Indonesia. “Setiap helaan napas diplomasi Indonesia, di sana
ada perjuangan untuk Palestina," begitu istilah Retno.
Nah, bagaimana dinamika Palestina bulan Januari 2018?
Pertama, pada hari Ahad 7 Januari, harian Times
of Israel melansir pernyataan Perdana Menteri Netanyahu yang menyarankan agar dana
bantuan UNRWA (lembaga PBB yang khusus menangani pengungsi Palestina) ditransfer
secara bertahap ke UNHCR (lembaga PBB yang menangani pengungsi selain dari Palestina).
Dia bahkan mengatakan bahwa pengungsi yang dikelola oleh UNRWA atau pengungsi
Palestina adalah pengungsi palsu. Padahal UNRWA sedang mengelola 500 ribu
anak-anak pengungsi Palestina yang tidak bisa bersekolah, 9 juta konsultasi
kesehatan oleh dokter UNRWA setiap tahunnya, 1,7 juta pengungsi miskin yang belum
tercukupi kebutuhan dasarnya, 40 ribu penyandang cacat, serta 200 ribu
anak-anak Palestina.
Kedua, pada hari Rabu 10 Januari, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia menginfokan
akan diberlakukannya tarif nol untuk bea masuk impor dari Palestina. Sebelumnya
ada bea masuk sebesar 5%. Hal ini telah disepakati antara Menteri Perdagangan
RI dan Menteri Ekonomi Nasional Palestina.
Ketiga, pada hari Selasa 16 Januari, Kementerian
Luar Negeri AS secara resmi merespon usulan Netanyahu dengan mengumumkan pembekuan sebesar 65 juta dari total 125 juta dolar AS dana bantuan
kepada UNRWA, lembaga PBB yang khusus menangani pengungsi Palestina.
Keempat, pada hari Rabu 17 Januari, Wakil Perdana Menteri Belgia Alexander
De Croo mengatakan bahwa Belgia akan mengalokasikan dana untuk Palestina selama
tiga tahun ke depan. Keputusan ini sebagai respon atas pengurangan dana dari
Amerika Serikat ke UNRWA. Besaran yang disiapkan Belgia pertahunnya 19 juta
euro, atau sekitar Rp 309,5 juta.
Kelima, pada hari Senin 22 Januari, sebanyak 12 warga di Tepi Barat
ditangkap tentara Israel, salah satunya adalah Anggota Parlemen Palestina dan
mantan Menteri Keuangan Omar Abdul Razek. Padahal Omar Abdul Razek
baru dibebaskan kurang lebih dua bulan lalu. Saat ini ada 15 Anggota Parlemen
Palestina yang ditahan. Alasan Israel menangkap warga di Tepi Barat karena
terus adanya protes sejak Presiden AS Donald Trump mengakui Al Quds (Jerusalem)
sebagai ibukota Israel. Berdasar data yang dikumpulkan, ada 6.742 warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza
selama tahun 2017 yang ditangkap.
Di antaranya ada 1.467 anak-anak, 156 wanita, 14 Anggota Parlemen dan 25 wartawan.
Keenam, pada hari Senin 22 Januari, penjajah Israel bukan hanya menangkap
warga namun juga mengumumkan penggusuran
dan penghancuran perkampungan warga Palestina di Khillat Al-Nakhla, Bethlehem,
Tepi Barat. Caranya sungguh kasar, sebagaimana diceritakan Hassan Brijea aktivis anti-pemukiman di Bethlehem. Seperti, tiba-tiba datang
ke keluarga Jubran untuk mengosongkan tanah pertanian
seluas 45 dunam. Atau tiba-tiba meminta Mohamed Ayesh untuk
berhenti bekerja di sumur air ladangnya, dan memintanya
membongkar yang sudah
dibangun.
Ketujuh, pada hari Rabu 24 Januari, Asosiasi
Persahabatan Turki-Palestina mengundang utusan Palestina untuk hadir dalam jamuan
bersama Presiden Turki Recep Tayyip
Erdogan demi semakin mengeratkan dukungan Turki atas Palestina.
Di forum ini Erdogan menginfokan bantuan Turki yang masih akan terus berjalan
bersama Rusia.
Kedelapan, pada hari Rabu 24 Januari, sebanyak 21 organisasi kemanusiaan internasional berkirim surat kepada Duta
Besar AS untuk PBB Nikki Haley, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson, Penasehat
Keamanan Negara HR McMaster dan Menteri Pertahanan James Norman Mattis, guna mendesak AS agar membatalkan pembekuan dana bagi
UNRWA.
Kesembilan, pada hari Kamis 25 Januari, Hoping
Foundation yang berkantor di London bersama artis-artis mengecam keputusan Donald
Trump yang mengurangi donasi ke UNRWA.
Kesepuluh, pada Selasa 30 Januari, perwakilan WHO di wilayah Palestina Gerald Rockenshawp mengatakan bahwa situasi begitu
sulit bagi rumah sakit dan layanan kesehatan di Gaza. Akhir Februari atau paling lambat bulan Maret nanti
krisis kelangkaan bahan bakar akan terus berlanjut pada fasilitas kesehatan, wantinya yang disampaikan seusai pertemuan dengan wakil
Kementerian Kesehatan di Gaza.
Jakarta, 5 Februari 2018
Muhammad Irfan Abdul Aziz
Asia Pasific Community for Palestine
(ASPAC for Palestine)
6 komentar:
Semoga saudara kita semua dalam lindungan Allah SWT, amiin.
Semoga Allah selalu melindungi saudara-saudara kita di Palestina.. amiiin
masyaa Allah infonya komplit..semoga Allah senantiasa menjaga saudara kita di Palestina
selalu kagum dan berdecak kagum kalo membaca bahasan soal Palestina
Semoga Allah memberikan rahmat dan kekuatan untuk saudara kita disana....
Ya Allaj smoga Allah memberikan kekuataan utk saudara kita di sana...
Artikel yg bagus dan luar biasa mencerahkan...
Posting Komentar