Selasa, 13 Oktober 2015

KOMUNIKASI FLP: ANTARA KEBERANIAN SASTRA DAN KEARIFAN BAHASA



-I-

1. Tentu menjadi motivasi bila FLP menerima penghargaan Anugerah Komunikasi Indonesia (AKI) 2015 dari Kemenkominfo.

2. Penghargaan yang diterima oleh FLP kali ini untuk kategori Jaringan Komunikasi Sosial. Bahwa FLP dinilai telah membangun pola komunikasi beretika.

3. Di antara pola komunikasi beretika yang dibangun oleh FLP adalah memberikan informasi yang mendidik dan mencerahkan dalam karya-karyanya.

4. Mungkin juga menjadi nilai plus, karena FLP menggarap wilayah literasi. Di mana kita tahu, bahwa tulisan memiliki jangkauan komunikasi yang lintas ruang dan waktu.

5. Menyambut anugerah ini, Ketua Umum FLP Sinta Yudisia berpesan, “Untuk semakin giat memberikan informasi yang baik, serta mencerahkan masyarakat dengan karya-karya berkualitas.”



-II-

1. Mendengar kabar anugerah ini, saya jadi teringat salah satu fungsi FLP yang tercantum dalam Anggaran Dasar-nya.

2. Bahwa salah satu fungsinya adalah Pembentukan Jaringan, sebagaimana yang tertera pada pasal 5 Anggaran Dasar itu, selain fungsi Pembinaan dan fungsi Advokasi.

3. Yaitu fungsi FLP dalam membentuk jaringan penulis untuk membangun peradaban melalui karya-karya yang berkualitas dan mencerdaskan.

4. Jadi keberadaan FLP memang difungsikan untuk membentuk jaringan penulis. Sedangkan penulis adalah perantara komunikasi massa.

5. Maka membentuk jaringan penulis, berarti membentuk jaringan massa. Mungkin inilah titik vital yang menjadi perhatian dalam anugerah ini.


-III-

1. Sesungguhnya apa yang telah dilakukan oleh FLP dalam konteks komunikasi apik di ruang publik? Mungkin ini yang selanjutnya perlu kita cermati dan hayati.

2. Apakah sekadar memberikan informasi yang mendidik dan mencerahkan, dalam karya beretika? Menurut saya, itu hanya tampilan luarnya.

3. Saya justru lebih tertarik menyeksamai FLP sebagai sebuah organisasi yang bergerak di bidang sastra dan literasi yang merupakan kerja olah bahasa.

4. Sehingga ada pemahaman akan aspek yang lebih mendasar, yaitu pola komunikasi FLP yang tidak lepas dari zona Keberanian Sastra dan Kearifan Bahasa.

5. Sebab kata Umar bin Khathab, Sastra itu mampu mengubah anak pengecut menjadi pemberani. Sebab kata M Iqbal, Penyair mampu memuatkan ketak-terbatasan dalam satu baris.


-IV-

1. Ketika menggeluti sastra, maka secara tidak langsung FLP telah membangun pola komunikasi yang apik penuh keberanian di ruang publik.

2. Karena sastra melatih pegiatnya memperluas perspektif dalam setting, karakter tokoh, alur serta konflik cerita yang ditulisnya.

3. Memperluas perspektif inilah yang melatih pegiatnya terbiasa lebih utuh memahami lingkungan permasalahan dalam kehidupan.

4. Lebih utuh memahami itu membuat pegiatnya lebih memiliki keberanian dalam menjalani kehidupan. Sebab, ketakutan itu biasanya muncul karena minimnya perspektif.

5. Dan keberanian itu apik. Karena dengan keberanian ada kepedulian. Sebab mengapikkan itu artinya memedulikan.


-V-

1. Ketika menggeluti bahasa, maka secara tidak langsung FLP telah membangun pola komunikasi yang apik penuh kearifan di ruang publik.

2. Karena bahasa melatih pegiatnya merasakan beragam cita-rasa dari setiap olahan kata, frasa, dan kalimat yang ditulisnya.

3. Merasakan beragam cita-rasa inilah yang melatih pegiatnya terbiasa lebih mudah mengekspresikan setiap pikiran dalam kehidupan.

4. Lebih mudah mengekspresikan itu membuat pegiatnya lebih memiliki kearifan dalam menjalani kehidupan. Sebab, ketidak-arifan itu biasanya muncul karena minimnya cita-rasa.

5. Dan kearifan itu apik. Karena dengan kearifan ada keindahan. Sebab mengapikkan itu artinya merapikan.


-VI-

1. Begitulah FLP. Ia antarkan orang menjadi berani, yang kemudian lebih peduli dalam pergaulan. Ia antarkan orang menjadi arif, yang kemudian lebih indah dalam pergaulan.

2. Sebab sastra yang melatih kita memperluas cara mempersepsi sesuatu memang akan membuat kita menjadi lebih berani.

3. Sebab bahasa yang melatih kita mampu memuat ketak-terbatasan cita-rasa memang akan membuat kita menjadi lebih arif.

4. Maka, memang beginilah mekanisme alami di tubuh FLP dalam melahirkan pola komunikasi apik di ruang publik.

5. Yaitu pola komunikasi antara Keberanian Sastra dan Kearifan Bahasa. Itulah komunikasi apik, yang sarat muatan kepedulian dan keindahan.


Jakarta, 12 Oktober 2015

MUHAMMAD IRFAN ABDUL AZIZ
Staff Divisi Kaderisasi BPP FLP

Tidak ada komentar: