Minggu, 25 Oktober 2015

BAGAIMANA MENDAPATKAN KEBAHAGIAAN?


Ada sebuah tradisi yang baik dalam masyarakat Muslim, khususnya di negeri-negeri Arab. Bila mereka bersua, selalu mengawali sapaan setidaknya dengan dua pertanyaan. "Bagaimana kabarmu?" dan "Apa yang bisa dibantu?"


Begitulah, setiap jiwa yang terdapat keimanan pada hari pembalasan dalam hatinya, akan selalu bersemangat memupuk amal demi amal. Dan amal yang paling baik adalah yang didasari pada keikhlasan, paling luas dan lama manfaatnya, serta paling dibutuhkan saat itu.

Maka, ia akan selalu mencari kebutuhan-kebutuhan orang lain di sekitarnya, untuk ia penuhi. Maka, ia akan selalu berpikir, hal apa yang bisa ia berikan untuk meringankan kebutuhan orang-orang di sekitarnya.

Bahkan, ia tidak memandang itu sebagai sebuah pelayanan, namun lebih sebagai kewajiban. Sehingga, terkadang yang bertanya 'apa yang bisa dibantu' jauh lebih membutuhkan bantuan. Namun begitulah muslim, dengan keimanannya ia menghadirkan hari-harinya dengan beragam agenda pelayanan yang dianggap sebagai kewajiban. Sehingga perspektifnya, bukan karena orang lain itu butuh, tapi karena itu adalah kewajibannya.

Adapun agenda pelayanan itu sesungguhnya sangat banyak di sekitar kita. Pelayanan anak kepada orang tua, pelayanan orang tua kepada anak, pelayanan suami kepada istri, pelayanan istri kepada suami, pelayanan kakak kepada adik, pelayanan adik kepada kakak, pelayanan tetangga, pelayanan murid kepada guru, pelayanan guru kepada murid, pelayanan pemimpin kepada yang dipimpin, pelayanan yang dipimpin kepada yang memimpin, dan sebagainya.

Percayalah, saat kita melayani, maka akan kita dapati kebahagiaan. Sebab itu artinya kewajiban kita tertunaikan. Bukankah kebahagiaan akan hilang bila ada rasa bersalah? Bukankah rasa bersalah itu muncul saat kita abaikan kewajiban?

Maka, sederhana saja menimbang persoalan yang membuat hidup kita tidak bahagia. Mungkin terlalu banyak kewajiban yang belum tertunaikan, sehingga kewajiban-kewajiban itu menumpuk hingga semakin menghimpit kehidupan kita, atau dengannya tersemai rasa bersalah dalam jiwa kita.

Solusinya sederhana, segera tunaikan kewajiban. Jangan pernah menundanya. Termasuk pada kewajiban memberikan pelayanan. Kepada siapapun itu. Wallahu'alam.


Jakarta, 25 Oktober 2015

Muhammad Irfan Abdul Aziz

Tidak ada komentar: