Kamis, 25 April 2024

Yang Penting, Tetap Bersama Jama'ah Dakwah


Terkait jama'ah dakwah ini, seperti jawaban Kakek Rasulullah saat ditanya, "هل فعلا الكعبة لها رب يحميها؟" (Apakah Ka'bah memiliki Tuhan yang melindunginya?)

Saat itu Abdul Muthalib menjawab, لِلْبَيْتِ رَبٌّ يَحْمِيهِ (Ka'bah memiliki Tuhan yang melindunginya).

Jadi begitu pula dakwah ini, لِلدعوة رَبٌّ يَحْمِيها (Dakwah ini ada Tuhan yang menjaganya) atau لِلجماعة رَبٌّ يَحْمِيها (Jamaah ini ada Tuhan yang menjaganya). Oleh karena itu, insyaAllah jama'ah dakwah ini akan terus dijaga oleh Allah. Yang penting, kita tetap bersama jama'ah.

Allah subhanahu wata'ala telah menyebutkan dalam surat Al Ankabut ayat 2 - 3:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِينَ
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

Bila ada masalah, pandanglah itu sebagai ujian keimanan dari Allah. Hal itu dilakukan Allah untuk mengetahui siapa yang jujur keimanannya dan siapa yang dusta. Siapa dari kita yang jujur dalam keimanan, dan siapa dari kita yang dusta dengan keimanannya.

Karena itulah, kita menghadapi masalah dengan kerangka menghadapi ujian. Lalu kita berharap akan lulus, dan dinilai telah jujur dalam keimanan. Sehingga kita tidak justru lari dari ujian tersebut. 

Berikutnya, kita perlu memantapkan kembali diri kita masing-masing, bahwa loyalitas kita kepada Allah subhanahu wata'ala. Menjadi loyalis Allah itu berarti menjadi seorang yang Rabbani. Dalam surat Ali Imran ayat 79 disebutkan:
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ ٱللَّهُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحُكْمَ وَٱلنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا۟ عِبَادًا لِّى مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَٰكِن كُونُوا۟ رَبَّٰنِيِّنَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ ٱلْكِتَٰبَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya."

Jadi peran dakwah kita bukan untuk menambah loyalis bagi diri kita, melainkan menambah loyalis Allah. Menjadikan orang-orang di sekitar kita, termasuk kita, sebagai orang-orang yang Rabbani. Yaitu yang selalu mengajarkan Al Quran dan mempelajarinya, atau selalu membangun kesetiaan terhadap semua yang terkandung dalam Al Quran. 

Bagaimanapun, Al Quran adalah pesan dari Allah subhanahu wata'ala yang disampaikan oleh Rasulullah secara official. Maka keberadaan Rasulullah sebagai pembawa pesan juga memberikan penjelasan-penjelasan terkait pesan tersebut, baik dengan penerapan di kehidupan beliau maupun dengan pesan-pesan lisan dan isyarat-isyaratnya. 

Lalu dalam hal capaian-capaian kedudukan kita, Allah berfirman dalam surat Al Hajj ayat 41:
ٱلَّذِينَ إِن مَّكَّنَّٰهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ أَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَمَرُوا۟ بِٱلْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا۟ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۗ وَلِلَّهِ عَٰقِبَةُ ٱلْأُمُورِ
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

Jadi setiap posisi kita harus difungsikan untuk beribadah kepada-Nya, dan melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar. Tidak hanya amar ma'ruf (memerintahkan kepada kebaikan), tapi juga nahi munkar (mencegah keburukan). Ini yang harus kita jaga, dan peran ini tidak boleh hilang dari diri kita. 

Karena akhirnya seperti dalam surat Ali Imran ayat 152:
مِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلأاخِرَةَ ۚ
Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.

Akan ada orang-orang yang mengharapkan dunia, tapi tetap ada orang yang mengharapkan akhirat. Yang mengharapkan akhirat itulah orang-orang yang Rabbani, yang orientasi hidupnya sebagai pengabdian kepada Allah dan mengimplementasikan semua yang diarahkan oleh Allah. 

Dan akhirnya kita dalam posisi membuktikan janji kita masing-masing. Sebagaimana difirmankan dalam surat Al Ahzab ayat 23:
مِّنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا۟ مَا عَٰهَدُوا۟ ٱللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُم مَّن قَضَىٰ نَحْبَهُۥ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا۟ تَبْدِيلًا
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya).

Kita yang masih tersisa di dunia ini, terus berada dalam penantian. Sepanjang penantian itu, mestinya kita tidak mengubah janji kita kepada Allah.
 

[SM, 2023]

Tidak ada komentar: