Saat melintasi kabupaten Pesisir Selatan, Solo
Touring JPRMI (Jaringan Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia) sempat masuk ke
Nagari Siguntur di kecamatan Koto XI Tarusan. Memasuki nagari ini, mengingatkan
pada sebuah kerajaan yang mulanya beragama Hindu-Budha namun kemudian menjadi
kerajaan Islam. Itulah kerajaan Siguntur, yang dalam bahasa minang disebut
Siguntua.
Singkatnya, kerajaan Hindu-Budha itu akhirnya
terwarnai oleh Islam pada abad ke 16, saat kerajaan dipimpin oleh Raja
Pramesora. Setelah agama Islam dianut oleh kerajaan itu, nama Raja-nya pun
diganti menjadi Sultan Muhammad Syah bin Sora Iskandarsyah. Lalu berturut-turut
kerajaan dipimpin oleh Abdul Jalil Sutan Syah (1575-1650), Sultan Abdul Qadir
(1650-1727), Sultan Amiruddin (1727-1864), Sultan Ali Akbar (1864-1914) dan Sultan
Abu Bakar (1914-1968).
Pada masa Sultan Abu Bakar inilah Republik Indonesia diproklamirkan.
Sekaligus inilah akhir eksistensi kerajaan Siguntur. Setelah wafatnya Sultan
Abu Bakar, kerajaan tak lagi memiliki wilayah kekuasaan lagi. Namun ahli
warisnya tetap bisa ditemui dengan Sultan Hendri yang menjabat sebagai kepala
kerajaan.
Di antara peninggalan kerajaan ini yang masih bisa
didapati adalah stempel berbahasa Arab milik Raja Muslim pertama dan Raja
Muslim kedua. Sultan Muhammad Syah bin Sora Iskandarsyah memiliki stempel bertuliskan
"Muhammad Sultan Syah Fi Siguntur Lillahi". Adapun Sultan
Abdul Jalil Sutan Syah memiliki stempel bertuliskan "Al-Watsiqubi
'inayatillahil 'azhiim Sutan Sri Maharaja Diraja Ibnu Sutan Abdul Jalil 'inaya
Syah Almarhum."
Di nagari ini, Solo Touring JPRMI mampir di Masjid
Raya Mahabbatul Qulub. Sebelum kemudian di hari yang sama (25 Agustus 2016)
bertolak ke kota sebelah utaranya, yaitu Kota Padang. Masih banyak titik-titik
masjid yang akan dikunjungi oleh Solo Touring JPRMI, untuk menyempurnakan
aplikasi android AyokeMasjid.
___________
Tim Humas JPRMI, 4 Oktober 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar